Koala 23: harapan
•••
Milly dan Yumi berjalan pulang ke kelas, selepas selesai melaksanakan shalat di mushola di dekat gerbang itu. Tadi mereka terbangun, ketika menyadari para siswa putra mulai membuat bising di koridor sekolah, karena telah menyelesaikan aktivitas mereka.
Kini, gantian para siswi putri yang mulai bergerak kembali untuk menunaikan ibadah. Mereka juga sempat bertemu Jihan yang ikut datang kesana. Jihan tadinya izin untuk meninggalkan Adam sebentar, karena memang pria itu tidak beragama islam seperti mereka.
Jihan menjelaskan, bahwa beberapa jam nanti ia tidak bisa masuk kelas dulu, karena akan ada rapat bersama pak Harto untuk membahas tentang masalah olimpiade yang akan ia ikuti nanti. Jadi, Jihan meminta bantuan kepada mereka untuk mengizinkannya, apabila ada guru yang masuk dan mengajar.
Tadi juga saat berjalan menuju mushola, Milly dan Yumi terlihat mencabut kembali poster pencarian anggota band yang ditempelkan oleh Milly.
"Udah, gak usah sedih," bujuk Yumi pada Milly yang mulai cemberut kembali.
Mereka baru mencabut poster itu di beberapa mading di lorong yang menuju ke arah mushola saja, belum sepenuhnya mereka ambil semua. Milly pun sedari tadi terlihat tidak bersemangat karena realita yang ia inginkan tidak sesuai dengan ekspektasi.
Milly menyeka air bekas wudhu yang masih menetes dari rambut hingga membasahi dahinya itu. Mereka masuk ke dalam kelas, yang dimana terdengar sangat-sangat bising sekali akibat siswa putra yang sedang main bareng game online di ponsel mereka.
"Udah?" tanya Nathan pada Yumi. Pria itu terlihat tengah memakan bekal yang dibuatkan ibunya tadi pagi, dengan sangat lahapnya.
"Udah," balas Yumi mengangguk, dengan kalimat yang serupa, namun dengan suara nada yang berbeda.
Milly menyimpan alat-alat tulisnya yang ada di atas sana ke dalam laci mejanya. Ia berjalan menuju kipas angin itu, untuk mengeringkan tubuhnya yang lembab.
"Eh?" Mata Milly tertuju pada ponselnya yang di cas di jendela itu. Layarnya menyala, memperhatikan sebuah nomor tidak dikenal, yang mencoba melakukan panggilan suara dengannya.
"Siapa, Mil?" Yumi bertanya, sambil memasukkan tas berisi mukenah itu ke dalam ransel miliknya yang berukuran lebih besar.
"Selingkuhan lo ya? gue bilangin Nuca lo!" celetuk Nathan ikut menimbrung percakapan mereka. "Hayo Milly selingkuh!"
Milly menatap tajam ke pria itu, kemudian menoleh melihat Yumi dengan mengangkat bahu tidak tau.
"Number unknown," balas Milly. Nathan tertawa cekikikan hingga nasi yang tadi ia kunyah sedikit menyembur keluar.
"Unknown number, curut! lagian sok Inggris banget, tinggal bilang nomor tidak dikenal aja!" Nathan menahan air yang ingin keluar dari matanya.
Milly menggaruk tengkuknya yang tak gatal, merasa malu karena salah. "Heh, nilai ulangan bahasa Inggris gue kemarin lebih gede ya dari lo! gue 45 lo 40, jangan sok iye deh!"
"Modal contekan Jihan aja bangga. Kayak gue dong, ngehafal sendiri!"
"Nyenyenye, gue sumpel donat, lemes lo!" Gadis dengan rambut setengah basah tersebut berdeham, kemudian mulai mengangkat panggilan itu. "Ehem."
KAMU SEDANG MEMBACA
NUCA VS KOALA (END)
Teen FictionSetelah ditolak untuk menjadi pacar sekaligus vocalist band kebanggaan sekolah yang diketuai oleh si tampan Nuca, seorang Milly pun berinisiatif untuk membentuk sebuah band-nya sendiri, demi dapat mengalahkan pria itu di acara bergengsi antar sekola...