•MARMUT 16: RUANG SENDU

449 78 79
                                    

•Koala 16: Damai
•••

Jihan menyeruput secangkir teh hangat yang Sekar bawakan tadi, setelah tadinya menangis terisak bersama, dalam rangka melepas rindunya.

Sekar memperhatikan Jihan, yang kini mengenakan daster hariannya, karena memang pakaian gadis itu telah basah karena hujan.

"Papa mu, tau?" tanya Sekar memecah keheningan. Jihan menatap ke arahnya, dengan tatapan sendu. Sudah lama sekali mereka tidak bertemu, karena memang jarak rumah mereka lumayan jauh, dan belum lagi Juanito melarang keras Jihan bertemu dengan Sekar tanpa seizinnya.

Jihan pun bisa sampai disana karena mau membayar taxi dengan harga mahal, agar dapat bertemu dengan ibunya.

Walaupun dipertengahan jalan, Taxi itu mogok sehingga Jihan turun dan menerjang derasnya hujan untuk melanjutkan perjalanannya.

Jihan menggeleng pelan, lalu memeluk tubuh ibunya itu. "Tenang aja, ma."

"Jihan, cuma mau disini selama dua sampai tiga hari aja," kata Jihan memberitahu. "Kalau papa datang marah-marah, Jihan bakal bela mama kok."

Sekar mengangguk dengan senyuman tipis, kemudian balik membelai lembut rambut panjang anaknya, begitu hangat. Sudah lama sekali Jihan tidak merasakan kehangatan seperti ini.

Hanya Milly dan Yumi tempat dimana gadis itu dapat bercerita dan merasa bahagia kembali.

Tapi, entah mengapa untuk sekarang dirinya tak ingin bertemu dengan mereka berdua. Padahal, ia tidak marah, ia hanya sedikit cemburu, pada Milly.

"Kamu sudah makan? biar ibu masakin dulu," kata Sekar, seraya membangkitkan diri. Jihan menatap kepergian wanita itu, dengan senyuman hangat tercetak di wajahnya.

Ia menatap ke sekeliling rumah sederhana itu, dengan lampu remang-remang yang dikelilingi sekumpulan serangga terbang.

Matanya pun tertuju pada foto yang terpajang di dinding itu, foto Sekar dan dirinya sewaktu masih kecil.

Ia ingat sekali, itu adalah saat dimana dirinya pertamakali masuk dalam taman kanak-kanak dan tidak memiliki satu pun teman.

Karena hal itu, Sekar pun akhirnya terpaksa menemani Jihan hingga anak itu beralih ke nol besar, dan dari sanalah ia mulai memiliki teman. Vanya, Jihan masih bisa mengingat betul nama teman pertamanya itu, yang pada akhirnya menjadi sahabat terbaiknya kala itu.

Namun, Vanya dikabarkan meninggal saat mereka sudah selesai melewati taman kanak-kanak.

Jihan tidak tau, anak itu meninggal disebabkan oleh apa, tapi banyak orang kala itu mengatakan kalau ia meninggal akibat tenggelam di sumur belakang rumahnya.

Jihan tertawa kecil, sekaligus merasa sedih melihatnya. Ternyata secepat itu ia tumbuh, banyak sekali kenangan dirinya di masa lampau yang tak akan pernah dirinya lupakan, percayalah.

"Jihan, ayo makan dulu!" suruh Sekar yang ternyata memasak mie kuah untuknya. Jihan berjalan mendekat, lalu duduk di atas kursi kayu itu.

"Makasih ma." Jihan langsung saja menikmati setiap suapan yang ia lakukan. Kapan lagi, ia bisa menyantap masakan yang ibunya buatkan, walau hanya sebatas memasak mie instan.

NUCA VS KOALA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang