ஓ๑ BAB 30 ๑ஓ

21 2 0
                                    

⊱──────ஓ๑☬๑ஓ──────⊰

Tangan Galendra muncul dari dalam tanah. Tanah di sekitarnya retak dan Galendra pun berhasil keluar.

Ketika akan menyerang Martell dan Torrez (yang sedang melawan pasukannya), tiba-tiba muncul sulur dari dalam tanah yang mengikat kaki Galendra dan menariknya kembali ke dalam tanah.

Rupanya di kejauhan, Nienna menggunakan kekuatannya mengendalikan tumbuhan dari dalam tanah.

Galendra bertahan dengan menancapkan pisau ke tanah agar tubuhnya tidak masuk lagi ke dalam tanah. Ia memotong sulur tersebut menggunakan perisainya yang berubah menjadi tongkat besi seperti bentuk awal.

Akhirnya Galendra berhasil lepas. Ia menatap Nienna yang berdiri di kejauhan.

"Mengendalikan tumbuhan? Sungguh kekuatan yang sangat menarik. Aku juga menginginkannya," gumam Galendra.

Torrez menghentakkan kedua kakinya ke tanah. Kedua tangannya terangkat ke atas. Benteng pertanahan empat sisi dari tanah muncul dan menjulang ke atas. Senjata dari pasukan Galendra menghujani benteng itu.

"Mereka membawa energi petir dan juga penangkal petir dari tongkat besi yang mereka bawa," ucap Martell.

"Kau punya rencana? Mereka sangat banyak," tanya Torrez.

Deonna tiba-tiba muncul dan melompat ke pangkuan Torrez. Hewan itu bersuara seperti sedang mengatakan sesuatu. Tampaknya Martell dan juga Torrez tidak mengerti.

Pasukan Galendra menggunakan senjata berat untuk menghancurkan benteng pertahanan Torrez. Tombak beraliran listrik diluncurkan dan langsung menancap ke benteng tanah yang dibuat oleh Torrez. Ujungnya yang besar dan runcing hampir mengenai kepala Torrez.

Martell meninju sisi tombak itu dengan tangannya yang terbungkus aliran listrik dari tubuhnya, tombak itu pun terlempar, tapi benteng tanah Torrez menjadi bolong.

Deonna melompat turun dari benteng Torrez. Ia keluar lewat lubang benteng tersebut.

"Tidak!" Torrez panik.

Pasukan Galendra kebingungan melihat hewan aneh yang tiba-tiba muncul dari dalam benteng tersebut.

"Apakah kita harus membunuhnya?"

"Bunuh saja."

Sebelum mereka menyerang, Deonna langsung membuka mulutnya lebar-lebar, kobaran api yang cukup besar keluar dari mulutnya membuat pasukan Galendra panik.

Torrez yang mengintip dari lubang bentengnya terkejut melihat itu. "Somogol itu bisa mengendalikan api!"

"Huh?" Martell melongo. Ia meninju benteng Torrez sehingga sekarang bolongnya ada dua.

Martell dan Torrez menonton aksi Deonna melawan para pasukan Galendra.

Salah satu dari mereka membidik Deonna dengan senapan petirnya. Ia menarik pelatuk, petir menyambar tubuh Deonna hingga jatuh tersungkur ke tanah.

Namun, Deonna tertawa seperti kegelian. Hewan itu bangkit dengan tubuh yang membesar.

Pasukan Galendra kembali menembaki Deonna dengan senapan petir mereka. Saat terkena sambaran petir, tubuh Deonna semakin besar dan besar, bahkan saat ini tubuhnya menjadi sebesar bus bertingkat dua.

Martell dan Torrez keluar dari benteng mereka kemudian membantu Deonna melawan para pasukan Galendra.

Sebuah ide terlintas di kepala Martell. "Api dan petir bisa membuat ledakan."

Martell keluar dari benteng tanah lewat lubang yang ia buat tadi. "Deonna!"

Deonna menoleh pada Martell yang melemparkan petirnya ke arah pasukan Galendra.

DRUSILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang