ஓ๑ BAB 08 ๑ஓ

41 7 0
                                    

⊱──────ஓ๑☬๑ஓ──────⊰

Dua pria berpakaian serba hitam menyeret seorang pria paruh baya yang terikat dan sudah babak belur ke dalam ruangan. Galendra dan Arin berada di dalam ruangan itu.

"Bos, kami berhasil menangkapnya," kata salah satu dari kedua pria itu.

Galendra melangkah menghampiri mereka. Ia menatap pria paruh baya di depannya.

"Apakah kekuatanmu adalah pengendalian api?" tanya Galendra.

Pria tua itu tidak menjawab.

"Tapi, aku tidak butuh kekuatan yang biasa seperti itu. Aku menginginkan kekuatan yang lebih besar dari itu," sambung Galendra.

Pria paruh baya itu menatap tajam pada Galendra. "Bangsa manusia memang serakah dan licik, tapi kau lebih buruk dari itu. Kau bahkan lebih mengerikan dari iblis."

Galendra tersenyum sinis. Ia mengambil pisau lalu menusuk dada pria paruh baya itu. Cairan kental berwarna hitam menetes keluar dari luka tusukan di dadanya.

Arin mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia tidak tega melihat itu.

Galendra memasukkan tangannya ke dalam dada pria paruh baya itu. Ia menarik sesuatu dari dalam sana. Ternyata sebuah diamond berwarna jingga. Ketika benda tersebut dikeluarkan, tubuhnya langsung berubah menjadi butiran debu berwarna hitam pekat.

Galendra tersenyum senang sembari menatap diamond di tangannya itu. Ia memberikannya pada kedua anak buahnya yang barusan membawa pria paruh baya itu.

"Jual ini, kita membutuhkan lebih banyak uang untuk membeli peralatan yang lebih canggih," ucap Galendra.

"Baik, Bos!" Kedua orang itu pun berlalu pergi.

Galendra melihat ke arah Arin yang terlihat kesal. "Apa yang membuatmu marah?"

Arin menoleh pada Galendra. "Bisakah kau memilih neigless saja untuk diambil diamond-nya? Setidaknya neigless masih bisa hidup dengan jantung mereka. Drucless akan mati total jika diambil diamond-nya."

Galendra mendekatkan wajahnya. "Drucless tua itu menyinggungku. Lagipula lambat laun dia akan mati juga. Drucless, manusia, dan neigless tidak akan bisa hidup abadi."

Arin membuang muka ke arah lain karena tidak ingin melihat wajah Galendra.

"Aku juga ingin membunuh wanita itu dan mengambil diamond-nya," ucap Galendra. Wajah Caesonia terbayang dalam benaknya.

"Ya, hanya wanita itu, aku setuju kau membunuhnya," ujar Arin.

Galendra tampak berpikir. "Jika aku berhasil mendapatkan diamond darinya, maka aku akan menjadi lebih kuat dibanding neigless dan juga drucless. Aku tidak akan bisa dikendalikan oleh mereka."

Arin tidak merespon.

Sementara itu di tempat lain.

Tampak keenam orang itu duduk melingkar di atas rumput tengah hutan. Nathan, Hideo, Nienna, Caesonia, Martell, dan Torrez.

"Apakah menurutmu kekuatan Nathan termasuk ke dalam bagian ilusi?" Torrez bertanya pada Martell.

Martell menganggukkan kepalanya. "Ya, aku pikir begitu."

"Artinya Hideo lebih cocok membimbing Nathan," ucap Nienna.

"Tapi, aku pikir kekuatan Nathan bukan membuat ilusi seperti Hideo. Dia seperti berkonsentrasi dan mengendalikan pikiran orang-orang di sekitarnya untuk berhenti bergerak," ujar Torrez.

"Tapi, bukan hanya orang-orang yang berhenti bergerak. Hewan, benda mati, tetesan air, dan kobaran api juga berhenti ketika mata diamond Nathan aktif," ucap Nienna.

DRUSILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang