ஓ๑ BAB 39 ๑ஓ

23 2 0
                                    

⊱──────ஓ๑☬๑ஓ──────⊰

Nathan menemui Caesonia di belakang panggung setelah acara pertunjukannya selesai.

Caesonia menoleh pada Nathan. "Bagaimana pertunjukanku?"

"Luar biasa!" sambut Nathan.

Caesonia tersenyum senang mendengar jawaban Nathan.

Nathan bertanya, "Tapi, bagaimana bisa kau membawa hewan-hewan itu? Kau membawa mereka dari Drusilla?" Ia menyingkap tirai, melihat ke bawah meja, mengintip ke dalam tong dan ember.

Caesonia memperhatikan Nathan. "Kau mencari apa? Aku tidak membawa apa pun ke panggung."

Nathan kembali menoleh pada Caesonia. "Lalu hewan-hewan tadi? Kau bahkan membawa beruang kutub."

"Maksudmu seperti ini?" Caesonia menggerakkan tangannya.

Muncul air yang entah dari mana asalnya membentuk seekor beruang kutub. Lama-lama bentuknya menjadi nyata.

Nathan terpukau. Ia menghampiri beruang kutub di depannya itu. Nathan menyentuh beruang kutub tersebut. Tangannya bergerak menyentuh bulu putih si beruang kutub yang benar-benar nyata dan terasa halus.

"Kau tidak menggunakan kekuatan ilusi seperti Hideo, kan? Atau hipnotis seperti Arin?" tanya Nathan yang masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Caesonia melipat kedua tangannya di depan dada. "Aku tidak memiliki kekuatan seperti itu. Apakah kau pernah melihatku menggunakan mata diamond yang membuat warna mataku berubah?"

Nathan tampak berpikir kemudian ia menggeleng. "Kau bisa mengendalikan air tanpa harus menggunakan mata diamond."

"Lihatlah ke belakangmu," suruh Caesonia.

Nathan menoleh ke belakang. Ia terbelalak melihat dinosaurus yang sangat besar. Sudah pasti itu adalah air yang dikendalikan Caesonia.

"T-rex! T-rex! Caesonia, bisakah kau membuatnya bersuara?" mohon Nathan seperti anak kecil.

"Kau mau orang-orang di luar panggung panik?" gerutu Caesonia.

Nathan terkekeh.

T-rex dan beruang kutub pun kembali berubah menjadi air dan menghilang.

Nathan menghempaskan bokongnya di samping Caesonia. "Caesonia, ajak aku ke pentasmu lain kali, ya."

"Tidak," tolak Caesonia.

"Kenapa? Aku bisa menjadi asistenmu atau menjadi kelinci percobaanmu juga tidak apa-apa," pinta Nathan.

Caesonia menggeleng. "Tidak."

"Aku mohon, aku mohon," mohon Nathan sembari mengatupkan kedua tangannya di depan dada.

Caesonia melipat kedua tangannya di depan dada. "Tidak, kenapa kau begitu memaksa?"

Nathan terkekeh. "Kau bisa membaca pikiranku tentunya."

Caesonia membuang napas kasar. "Uang yang banyak, kan? Ya, selalu ada uang di dalam pikiranmu."

Nathan tersenyum manis. "Ya, uang."

"Jawabanku, tetap tidak," sahut Caesonia kemudian berlalu.

"Caesonia," rengek Nathan.

Keesokan harinya.

Nathan yang berhelm terlihat cemberut. Ia melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Ia menghentikan motornya di depan rumah bercat kuning pudar.

Nathan turun dari motor sembari mengambil sesuatu dari tas paket di motornya. Ya, Nathan bekerja sebagai pengantar paket di negara ini.

Bel pintu ditekan oleh Nathan.

DRUSILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang