⊱──────ஓ๑☬๑ஓ──────⊰
Dari dalam mobil, Arin menatap punggung Nathan yang berlalu pergi mendatangi rumah di seberang sana.
Sesaat Arin merenung. "'Tidak ingin ada orang lain yang mengalami hal yang sama dengan yang kau alami'? Kau sangat polos."
Arin melihat seorang pria keluar dari halaman belakang dan meletakkan kantong sampah di depan pagar. Pria itu kembali memasuki rumah, tapi lewat pintu depan.
"Gawat!" Arin yang panik segera keluar dari mobil.
Nathan melihat buku dan kertas yang acak-acakan di meja. Terdapat beberapa foto anak di bawah umur juga. Sementara pria di depannya tampak sibuk menelepon sembari membelakanginya.
Nathan mengendap untuk melihat foto-foto di meja. Ia juga mencari informasi lainnya yang mungkin berguna.
"Sedang apa kau di sini?" Pria satunya muncul dari belakang Nathan.
Nathan terlonjak kaget.
Pria yang sedang menelepon juga menoleh. Ia terkejut melihat kehadiran Nathan yang sedari tadi tidak ia sadari.
"Bukankah kau pria yang tadi?" Pria itu masih ingat dengan jaket yang dipakai oleh Nathan.
Tanpa menunggu jawaban dari Nathan, kedua pria berbadan kekar itu menyerangnya.
Karena memakai helm, kepala Nathan terlindungi. Ia bisa dengan leluasa melawan balik mereka berdua. Dengan menggunakan payung sebagai senjata, Nathan menghajar mereka. Meski tidak terlalu bagus dalam berkelahi, tapi Nathan cukup gesit dam lihai dalam menggunakan senjata seadanya.
Pintu kamar mandi terbuka. Keluarlah seorang pria berkumis tipis dengan jubah mandi yang menutupi tubuhnya yang masih basah. Pria berkumis terkejut melihat dua temannya berkelahi dengan seseorang berhelm.
Nathan juga terkejut melihat wajah pria berkumis yang ternyata adalah polisi yang sedang menyelidiki kasus yang sedang panas ini. Dan polisi berkumis itu juga yang sudah mengamankan korban beserta adiknya.
Salah satu dari pria itu menghantam kepala Nathan yang bengong dengan kursi. Nathan sedikit keliyengan, tapi beruntung yang penyok hanya helmnya, bukan kepalanya.
Nathan mengambil tongkat besi perapian dan menjadikannya sebagai pedang. Ketiga pria itu mundur karena tidak ingin terluka.
"Bung, letakkan itu. Itu berbahaya!" kata polisi berkumis.
"Berbaliklah!" suruh Nathan.
Akhirnya ketiga pria itu berbalik membelakangi Nathan.
Namun, ternyata polisi berkumis menyimpan pistol dibalik jubah mandinya. Ia berbalik dan menodongkan pistolnya ke arah Nathan. Jadi, sedari tadi di kamar mandi, ia mendengar suara keributan di ruang tengah. Istilah sebabnya ia membawa pistol untuk antisipasi.
Ketika Nathan akan mengaktifkan mata diamond-nya, seseorang menyentuh bahunya. Nathan menoleh, tangan itu milik Arin yang sudah berada di dalam ruangan. Kedua manik matanya sudah berubah merah. Dan polisi berkumis itu berada dalam kendalinya sekarang.
Nathan segera mengalihkan pandangannya karena tidak ingin terhipnotis juga.
"Aku bisa mengendalikan siapa saja yang ingin aku kendalikan," kata Arin dingin.
"Tembak pria di samping kirimu," suruh Arin.
Sesuai perintah, pria berkumis itu menembak kaki temannya. Pria yang ditembak berteriak kesakitan.
Nathan terkejut. Ia menatap Arin dengan tatapan tak percaya. Ia mencegah Arin melakukan tindakan yang lebih jauh lagi.
"Dan juga orang yang di samping kananmu," ujar Arin.
KAMU SEDANG MEMBACA
DRUSILLA
Fantasía⊱──────ஓ๑☬๑ஓ──────⊰ SERIES DRUCLESS ORIGINAL KARYA UCU IRNA MARHAMAH ⊱──────ஓ๑☬๑ஓ──────⊰ Nathan adalah pria yang memiliki kekuatan menghentikan waktu. Ia tidak tahu dari mana kekuatannya berasal. Sejak kecil, Nathan hidup sendirian di jalanan. Ia...