ஓ๑ BAB 19 ๑ஓ

20 4 0
                                    

⊱──────ஓ๑☬๑ஓ──────⊰

Arin menatap ujung pedangnya yang meneteskan darah. Mayat Romanov tergeletak di lantai dengan luka sayatan di sekujur tubuhnya. Cairan kental berwarna merah menggenang di lantai.

Tatapan Arin tertuju pada mayat Torrez kecil yang terbujur kaku di ranjang operasi. Lalu ia kembali menatap mayat Romanov. "Orang jahat sepertimu tidak pantas hidup."

Arin melihat buku rekening dan kartu ATM milik Nathan di meja. Ia mengambilnya. Saat berbalik untuk pergi, mayat Torrez menghilang karena itu hanya ilusi yang dibuat oleh Hideo sebelumnya. Arin tidak menyadarinya. Ia berjalan pergi meninggalkan tempat itu.

Tak lama kemudian, Martell dan Torrez mendatangi tempat itu. Mereka berdua terkejut melihat mayat-mayat manusia yang bergelimpangan di lantai.

"Apa yang terjadi?" gumam Torrez.

"Kau dan Hideo tidak membunuh mereka, kan?" tanya Martell.

"Tidak, kami tidak membunuh mereka. Hideo hanya menggunakan ilusinya untuk memanipulasi keadaan," sanggah Torrez.

Martell tampak berpikir.

"Apa mungkin ini adalah ulah dari orang-orang yang mengincar pria itu (Nathan)?" ujar Torrez. Orang-orang yang dimaksud oleh Torrez adalah Galendra dan Arin yang sempat dilihat Martell sewaktu kedua orang itu mengawasi Nathan.

Sementara itu, Arin kehilangan jejak Nathan. Ia berjalan menyusuri terowongan stasiun kereta bawah tanah. Pandangannya tertuju pada salah satu gerbong yang mulai bergerak. Arin melihat ada Nathan di dalamnya. Arin mengubah wujudnya menjadi angin untuk membuntuti kereta yang membawa Nathan.

Setelah beberapa mil melakukan perjalanan, akhirnya kereta berhenti di stasiun Kota Boanatta.

Arin berdiri di seberang. Ia melihat Nathan keluar dari gerbong dan pergi. Arin mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi seseorang.

"Dia sekarang berada di Kota Boanatta," setelah berkata demikian, Arin menutup panggilannya. Wanita itu kembali berubah menjadi desir angin dan menghilang.

Dari gerbong lain, Caesonia dan Nienna keluar. Kedua wanita itu membuntuti Nathan.

Keesokan harinya saat sore, Nathan menyewa sebuah penginapan. Ketika duduk di kursi untuk mengantre, Caesonia menemuinya. Keduanya terlibat percakapan serius di mana Caesonia menawarkan pekerjaan pada Nathan agar bergabung ke dalam timnya dengan mengiming-imingi uang di dalam tas yang dibawanya.

Nathan tidak menerima tawaran Caesonia, tapi juga tidak menolaknya. Ia memilih untuk meminjam uang itu.

Caesonia akhirnya meminjamkannya setelah berpikir dengan matang.

Ketika nomor antreannya disebutkan resepsionis, Nathan pun beranjak ke meja resepsionis, sementara Caesonia menghilang.

Malam harinya, Nathan pergi berkeliling Kota Boanatta dengan uang pinjaman dari Caesonia. Ia ingin mencoba merasakan sensasi hiburan malam di Kota Boanatta, sebuah tempat yang asing dan baru dikenalnya.

Nathan melihat bangunan tempat hiburan malam. Ia pun memberhentikan taksi kemudian turun. Pria itu memberikan uang pada sopir taksi kemudian ia masuk ke dalam klub malam tersebut.

Arin sudah memperhatikannya di kejauhan. Ia memakai gaun merah yang sangat indah dan seksi di tubuhnya.

Nathan masuk ke dalam klub. Arin mengikutinya.

Nathan terlihat duduk di salah kursi yang berjejer di depan meja bar. Ia meminta segelas minuman.

Seorang bartender yang tak lain adalah Hideo menuangkan minuman yang diminta oleh Nathan.

DRUSILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang