ஓ๑ BAB 02 ๑ஓ

61 6 0
                                    

⊱──────ஓ๑☬๑ஓ──────⊰

Nathan menautkan alisnya. "Apa yang kau lakukan pada anak itu?"

Romanov tertawa. "Wah, kau terlihat begitu marah. Apakah dia saudaramu? Memangnya kau mengenalnya?"

Nathan tidak merespon.

Romanov menunjuk ke tirai hijau pudar di samping Nathan. "Hidup di kota kejam ini pasti melelahkan. Aku hanya ingin mengurangi penderitaannya."

Seorang pria berjas putih membuka tirai. Terlihat bercak darah di jas putihnya itu.

Kedua mata Nathan terbelalak melihat Torrez yang terbaring kaku di atas ranjang. Perutnya tampak menganga lebar di mana organ dalamnya sudah diambil. Bahkan darah segar masih menetes dari perutnya yang menganga itu. Tampaknya kedua matanya juga telah diambil karena terlihat darah yang mengalir di pipinya.

Nathan baru sadar kalau suara mesin pemotong yang tadi ia dengar adalah alat yang digunakan dokter itu untuk membedah Torrez. Alat itu bahkan masih berada di meja samping ranjang dalam kondisi berlumuran darah.

Romanov menghela napas panjang. "Sekarang harga organ tubuh manusia sedang naik, jadi aku mengambil organ tubuh anak gelandangan itu untuk mendapatkan untung."

Nathan kembali menatap pada Romanov dengan tatapan tajam. "Kau melukai anak tak berdosa itu?!"

Romanov menyahut, "Dan kau juga akan mengalami hal yang sama seperti anak itu untuk melunasi semua hutangmu padaku. Jadi, mau apa dulu yang kau keluarkan dari tubuhmu? Mata? Ginjal? Hati? Yang pasti jantung diambil belakangan."

Nathan menelan saliva ketakutan.

Ketika salah satu preman berambut gondrong mendekat, tiba-tiba semuanya menjadi berhenti bergerak. Ternyata warna mata Nathan kembali berubah menjadi kuning terang.

Dalam kesempatan itu, Nathan berusaha melepaskan tali yang mengikat tangannya ke kursi.

"Ah, sial! Seandainya waktu sekolah aku belajar Pramuka, mungkin aku sudah bisa melepaskan tali sialan ini," gerutu Nathan.

Beberapa menit kemudian, Nathan berhasil melepaskan ikatan tersebut. Sesaat ia menatap mayat Torrez dengan tatapan sedih. Nathan pun segera berlari keluar dari gedung terbengkalai.

Ketika sampai di depan pintu, Nathan tersungkur jatuh. Ia terlihat lemas. Warna matanya kembali berubah menjadi biru. Otomatis para preman itu kembali bergerak dan tersadar. Mereka terkejut melihat Nathan sudah di depan pintu.

"Bagaimana bisa dia lepas?! Cepat tangkap dia!" teriak Romanov.

Nathan segera berlari pergi.

Para preman itu pun segera mengejar Nathan.

Nathan berlari menerobos kendaraan yang berlalu-lalang di jalanan kota. Hampir saja ia tertabrak. Anak buah Romanov terus mengejarnya. Lalu lintas jalanan menjadi kacau.

Nathan berhenti sejenak di bawah tiang listrik. Ia terlihat begitu lemas. Pandangannya tertuju pada seorang wanita yang duduk di bangku taman. Ada makanan di sampingnya. Tanpa pikir panjang, Nathan mencuri makanan tersebut kemudian berlari.

"Hei! Kau mencuri makananku!" gerutu wanita itu.

Nathan memasuki toilet umum pria. Ia memakan roti curiannya dengan lahap. Pria itu juga meminum air dari wastafel. Nathan bersendawa kecil.

Beberapa anak buah Romanov memasuki toilet umum. Mereka menemukan Nathan. Terjadilah perkelahian yang tidak imbang.

Nathan tidak terlalu pandai berkelahi. Beberapa kali ia mendapatkan pukulan dan tendangan. Ia juga dibanting ke lantai oleh preman bertubuh besar. Fasilitas toilet menjadi rusak dan hancur.

Beberapa warga sipil yang menggunakan toilet tersebut tampak ketakutan dan mencoba keluar, tapi mereka juga dipukuli oleh anak buah Romanov padahal mereka tidak tahu apa-apa.

Ketika preman bertubuh besar itu melayangkan kepalan tangannya ke wajah Nathan, tiba-tiba ia berhenti dan membeku. Ternyata warna mata Nathan kembali berubah menjadi kuning terang.

Nathan menampar wajah para preman yang telah memukulinya itu. Ia juga menurunkan celana mereka dan menendang bokong mereka dengan keras. Setelah puas menjahili mereka, Nathan segera berlalu pergi meninggalkan toilet umum.

Di luar, Nathan melihat para penghuni kota dan fasilitas juga berhenti seperti biasa ketika ia mengaktifkan mata kuningnya yang terang.

Nathan menghentikan langkahnya ketika melihat wanita berambut coklat keemasan berdiri di depannya. Ia adalah wanita yang sama yang dilihat Nathan waktu itu. Tampaknya wanita itu tidak terpengaruh oleh kekuatan Nathan. Ia bisa mengedipkan matanya bahkan bergerak dan berjalan menghampiri Nathan.

"Kau siapa? Kau ini apa?" tanya Nathan.

Wanita misterius itu tidak merespon. Tangannya bergerak dan menyentuh dada Nathan. Ia merasakan detak jantung pria itu.

Nathan merasa risih sehingga ia menjauh dari wanita itu.

"Kau adalah seseorang yang aku cari," kata wanita misterius itu.

Nathan mengernyit.

Wanita itu kembali berbicara, "Sebaiknya kau berlari sekarang."

Nathan mengernyit. Ia melihat ke sekeliling ternyata semuanya kembali berjalan normal karena matanya berubah kembali menjadi biru. Nathan segera berlari sebelum para preman kembali mengejarnya.

Sementara di toilet umum, anak buah Romanov tampak kerepotan memakai celana mereka kembali. Beberapa dari mereka menyebar mencari Nathan.

Merasa kondisi di kota tersebut sudah tidak aman lagi untuk Nathan, ia pun pergi ke luar kota untuk menghindari Romanov dengan sisa uangnya.

"Ah, uangku!" Nathan mendengus kesal mengingat semua uang tabungannya berada di tangan Romanov.

Nathan teringat dengan wanita misterius yang tidak terpengaruh oleh kekuatannya. Ia mengerutkan keningnya.

"Wanita itu siapa? Aku sering melihatnya belakangan ini yang tiba-tiba muncul di mana pun aku berada. Sepertinya dia sedang mengawasiku," gumam Nathan.

Ternyata wanita misterius itu sudah lama mengawasi Nathan sejak beberapa hari terakhir, tapi Nathan baru tahu hari ini kalau wanita itu tidak terpengaruh oleh kekuatannya.

"Apa mungkin... dia juga punya kekuatan yang sama sepertiku?" pikir Nathan. "Itulah sebabnya dia tidak terpengaruh oleh kekuatanku."

Kereta telah berhenti di stasiun. Nathan keluar dari kereta. Ia melihat papan di dekat terminal bertuliskan Kota Boanatta.

Karena uangnya sudah habis, Nathan pun berniat untuk bermalam di bangku stasiun. Namun, security mengusirnya.

Alhasil Nathan harus pergi. Ia melihat gelandang yang tidur di teras atau pelataran toko di kota. Melihat itu, Nathan merasa sedih dan prihatin. Ia merasa iba pada mereka, juga iba pada dirinya sendiri.

Nathan pun memilih untuk tidur di bangku taman. Pria itu menatap langit malam. Cahaya bulan purnama membuat malam itu tidak terlalu gelap.

Perlahan kedua mata Nathan tertutup. Ia pun tertidur.

Seseorang menghantam perutnya dengan keras membuat Nathan terlonjak bangun. Ia mendapati dirinya berada di sebuah kamar. Nathan menatap pria di depannya yang menatap Nathan dengan tatapan penuh kemarahan.

"Kenapa jam segini kau masih tidur?! Dasar pemalas! Bangun dan bekerja!" Pria itu melemparkan baju kumal ke wajah Nathan kemudian berlalu.

Nathan beranjak dari ranjang dan berjalan menuju ke cermin. Ia terkejut saat melihat pantulan dirinya di cermin. Ternyata ia adalah seorang anak kecil.

Nathan kecil mengganti pakaiannya dengan pakaian kumal yang diberikan pria tadi. Nathan keluar dari bangunan tersebut yang ternyata merupakan panti asuhan.

Di jalanan kota, Nathan kecil mengemis meminta belas kasihan pada orang-orang yang lewat. Ia mendapatkan beberapa lembar uang recehan dan uang koin dari orang-orang yang iba padanya.

⊱──────ஓ๑☬๑ஓ──────⊰

12.00 | 4 Oktober 2016
Penulis Asli : Ucu Irna Marhamah

DRUSILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang