ஓ๑ BAB 03 ๑ஓ

66 6 0
                                    

⊱──────ஓ๑☬๑ஓ──────⊰

Anak-anak panti asuhan berpakaian kumal itu berdiri berjejer. Pria pemilik panti mengambil uang yang mereka dapatkan.

Salah seorang anak ada yang tidak mendapatkan uang sama sekali. Pria itu marah lalu menyeretnya ke salah satu ruangan kemudian mengunci pintunya.

Entah apa yang dilakukan oleh pria pemilik panti, tapi terdengar suara teriakan kesakitan anak laki-laki itu dari dalam ruangan.

Nathan mengepalkan tangannya geram. Ia sudah tidak bisa lagi menahan kemarahannya yang sudah menumpuk dan terpendam selama ini.

Perlahan manik birunya berubah menjadi kuning terang. Seketika waktu berhenti, begitu pula dengan orang-orang di sekitarnya.

Nathan perlahan berjalan menuju ke ruangan itu. Ia membuka pintu yang ternyata dikunci dari dalam.

Pandangan Nathan tertuju ke tongkat baseball di kolong meja. Nathan mengambilnya lalu menghantam pintu ruangan itu dengan tongkat baseball tersebut hingga retak karena sudah lapuk.

Nathan menendang pintu sampai tengahnya menjadi bolong besar. Ia pun bisa masuk ke dalam melewati lubang tersebut.

Kedua mata Nathan terbelalak lebar ketika melihat anak laki-laki itu terbujur kaku di lantai dengan darah segar mengalir dari perut dadanya.

Ada pisau di tangan pria pemilik panti asuhan. Nathan mengambil pisau itu. Tanpa bada-basi, ia langsung menusuk perut pria itu berkali-kali. Cairan kental berwarna merah tampak merembes membasahi pakaian pria itu lalu menetes ke lantai.

Clak!

Clak!

Clak!

Perlahan Nathan membuka matanya ketika merasakan tetesan air yang mentes ke wajahnya. Ternyata hari sudah pagi dan rintik hujan mulai turun membasahi bumi.

Para gelandangan mencari tempat teduh untuk berlindung dari hujan, tapi pagi itu orang-orang sudah memulai aktivitasnya, termasuk para pemilik toko yang pelatarannya digunakan para gelandangan untuk tidur semalam. Mereka mengusir para gelandangan itu.

Nathan pun berjalan tanpa arah di bawah guyuran hujan.

Hujan mulai reda. Beberapa orang tampak melakukan aktivitas masing-masing. Entah mereka yang berdasi, memakai celemek, syal, atau orang biasa sekali pun tampak melakukan pekerjaan mereka dengan tekun.

Nathan duduk termenung di meja restoran. Ia merogoh saku celananya. Senyuman kecil terpatri di bibirnya ketika merasakan lembaran uang yang tebal di dalam sana. Ternyata hari itu Nathan mencopet orang-orang kaya yang lewat dan tak sengaja berpapasan dengannya.

"Mencuri dari pencuri," gumam Nathan.

Sore harinya, Nathan pergi ke penginapan terdekat untuk menyewa sebuah kamar. Ia memakai masker untuk berjaga-jaga agar tidak dikenali meskipun poster wajahnya belum menghiasi Kota Boanatta.

Karena banyak yang antre di meja resepsionis, Nathan pun duduk untuk menunggu. Biasanya Nathan akan memilih penginapan yang sepi untuk bermalam, tapi tampaknya tidak ada penginapan lain di kota itu selain penginapan yang didatanginya itu.

Nathan tidak mengenal kota itu. Ini adalah pertama kalinya ia datang ke Kota Boanatta.

Seseorang yang duduk di samping Nathan menurunkan koran yang dibacanya. Wanita berkacamata hitam itu berkata, "Sepertinya kau menggunakan metode nomaden."

Nathan terkesiap kaget melihat melihat wanita misterius itu yang ternyata sedari tadi berada di sampingnya.

"Apakah selama ini kau menguntitku?" tanya Nathan penuh selidik.

Dengan jujur, wanita berambut cokelat itu menganggukkan kepalanya. "Ya."

Nathan memundurkan wajahnya. "Apakah kau tidak punya pekerjaan? Kenapa kau selalu ada di tempat aku berada?"

Wanita itu menatap Nathan. "Kau yang tidak punya pekerjaan, bukan aku."

Nathan merasa tersinggung, tapi ucapan wanita itu memang benar adanya.

"Bekerjalah padaku. Ini gaji pertamamu." Wanita itu meletakkan tas berukuran sedang ke samping Nathan.

Ketika Nathan membuka tas itu, ia mengernyit melihat uang yang banyak di dalam tas tersebut.

Bagaimana bisa wanita ini memiliki uang yang banyak? Apalagi saat ini ekonomi negara sedang tidak stabil. Apa pekerjaan dia? Dia terlihat seperti orang jahat. Apa mungkin pekerjaan yang dia berikan untukku adalah membunuh seseorang atau melakukan tindakan kejahatan lainnya? Batin Nathan.

"Apa pekerjaan yang harus aku lakukan?" Nathan mengeluarkan pertanyaan dalam kepalanya.

Wanita itu menjawab, "Ikutlah denganku maka kau akan mengerti dengan pekerjaanmu."

Nathan tampak berpikir. Bagaimana jika ini hanya umpan? Mungkin saja dia sama seperti Romanov, menjual organ tubuh manusia ke pasar gelap. Atau mungkin ini adalah jebakan?! Bisa jadi wanita ini adalah suruhan Romanov untuk menangkapku.

"Aku tidak mau bekerja padamu, tapi jika kau punya banyak uang, bagaimana jika kau meminjamkannya padaku? Aku akan melunasinya," kata Nathan yang mulai melancarkan aksinya seperti yang biasa ia lakukan ketika meminjam uang pada seseorang.

Wanita itu tidak merespon. Tampaknya ia sedang berpikir.

"Berapa bunganya? Aku akan membayarnya secepatnya. Saat ini aku sangat butuh uang," kata Nathan.

Wanita itu melipat kedua tangannya di depan dada. "Jika aku memberikan pinjaman uang padamu, bagaimana caramu membayar hutang padaku, sementara kau sendiri tidak punya pekerjaan?"

Nathan terdiam sejenak. Beberapa saat kemudian, ia pun mendekat dan berbisik, "Pokoknya aku akan membayarnya. Kau tidak percaya padaku? Kau tidak terpengaruh oleh kekuatanku, jadi kau tidak perlu takut ditipu olehku. Lagipula kau juga suka menguntitku, kan? Kau akan mudah menemukanku."

"Tapi, jika aku memberikan pinjaman uang untukmu, apa untungnya bagiku? Ini hanya menguntungkan bagimu," tanya wanita itu.

"Bunganya yang menguntungkan bagimu," kata Nathan.

Wanita itu berkata,"Aku akan meminjamkan uang ini tanpa bunga, tapi kau harus bekerja padaku. Jika kau bekerja padaku, maka uang ini akan aku anggap sebagai gaji pertamamu. Jika kau tidak mau bekerja padaku, aku akan terus menguntitmu sampai kau melunasi hutangmu."

Nathan tampak berpikir lalu ia menganggukkan kepalanya. "Aku pasti akan membayarnya, tenang saja."

Tampaknya Nathan memang tidak tertarik untuk bekerja pada wanita itu.

"Antrean nomor 42!"

Nathan mengambil tas uang itu sembari beranjak dari kursi untuk pergi ke meja resepsionis yang menyebutkan nomor antreannya. Ketika menoleh ke sampingnya, wanita itu sudah tidak ada.

Nathan tidak ambil pusing. Ia segera pergi ke meja kasir.

Malam harinya, Nathan pergi berkeliling Kota Boanatta dengan uang pinjaman dari wanita misterius itu.

Nathan melihat bangunan tempat hiburan malam. Ia pun memberhentikan taksi kemudian turun. Pria itu memberikan uang pada sopir taksi kemudian ia masuk ke dalam klub malam tersebut.

Di depan pintu masuk, sudah terdengar suara musik yang kencang dari dalam.

Nathan masuk ke dalam kemudian ia duduk di salah kursi yang berjejer di depan meja bar. Ia meminta segelas minuman. Seorang bartender yang merupakan pria Asia Timur menghampiri Nathan. Ia menuangkan minuman yang diminta oleh Nathan.

"Sepertinya kau telah menjalani hari yang buruk," sapa bartender.

Nathan menjawab, "Ya, begitulah."

Tentu, Nathan masih memikirkan uangnya yang diambil Romanov. Ia memerlukan lebih banyak tenaga dan juga persiapan untuk mengambil kembali semua uangnya dari lintah darat tua itu.

Nathan mendengar suara keributan. Ia melihat pria berambut pirang sedang bertengkar dengan pria berkulit hitam di depan sana.

⊱──────ஓ๑☬๑ஓ──────⊰

12.00 | 4 Oktober 2016
Penulis Asli : Ucu Irna Marhamah

DRUSILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang