ஓ๑ BAB 01 ๑ஓ

88 10 0
                                    

⊱──────ஓ๑☬๑ஓ──────⊰

Terlihat seorang pria berambut coklat tengah berlari kencang di sebuah gang. Ternyata ia sedang dikejar oleh beberapa orang pria garang.

Langkah pria berambut coklat itu terhenti kala menemukan jalan buntu di depannya. Ia bersungut-sungut sembari mengatur napasnya yang terengah-engah.

Para pria berwajah garang itu pun akhirnya berhasil menangkap pria berambut coklat itu.

"Berhenti di sana, Nathan!"

Pria berambut coklat bernama Nathan itu pun menyerah. Ia mengangkat kedua tangannya.

"Ya, aku tertangkap," ujar Nathan.

Namun, ketika salah satu dari mereka mencoba mendekat, Nathan dengan cepat menendang dada pria itu kemudian ia melompat ke dinding jalan buntu dan nekat memanjatnya.

Lagi-lagi para preman itu kembali mengejarnya. Beberapa dari mereka mencoba memanjat dinding, sementara yang lainnya mencari jalan lain.

Nathan berhasil melarikan diri. Merasa situasi sudah aman, Nathan pergi ke sebuah penginapan untuk menyewa kamar.

Ketika berbicara dengan resepsionis, perhatian Nathan tertuju ke poster buronan di dinding. Kedua matanya terbelalak melihat wajahnya yang terpampang dalam poster tersebut. Tertera nama Nathaniel Jobs di bawah foto tersebut sebagai orang yang dicari karena dia seorang penipu dan pencuri.

Nathan terbatuk-batuk karena tersedak salivanya sendiri.

Resepsionis yang sedang mengotak-atik komputer menoleh sebentar pada Nathan.

Nathan segera menutup mulutnya dengan masker. Ia meminta maaf pada resepsionis karena kondisinya sedang kurang sehat.

Resepsionis itu memaklumi. Ia pun memberikan kunci yang terdapat nomor kamar yang akan disewa Nathan.

"Terima kasih."

Malamnya Nathan menginap di tempat itu. Ia membuka pakaiannya. Ternyata ada rompi di balik kaosnya. Terdapat banyak saku yang mana di dalamnya terdapat banyak uang.

Nathan mengeluarkan semua uangnya. Ia pun menghitungnya. Pria itu tersenyum puas kemudian memasukkan semua uang itu ke dalam kantong plastik hitam.

Keesokan harinya, Nathan pergi ke bank terdekat. Ia membuat akun rekening dengan tanda pengenal palsunya. Nama akun rekeningnya adalah Simon.

Ketika akan kembali ke penginapan, Nathan melihat seorang anak laki-laki yang merupakan gelandangan tengah berjalan menyeberangi jalan raya. Lampu merah berubah menjadi hijau. Tampaknya anak itu tidak menyadarinya karena sepertinya dia sedang melamun.

Sebuah mobil melaju kencang, sementara pengendara mobil tersebut sedang mengotak-atik ponselnya.

Nathan yang mengetahui itu segera bertindak. Ia menarik anak laki-laki itu dari tengah jalan. Namun, mobil itu sudah sangat dekat.

Pengendara mobil melihat ke depan. Ia terbelalak melihat ada dua orang di depan mobilnya. Ia segera menginjak rem.

Bagian depan mobil nyaris menyentuh kaki Nathan, tapi tiba-tiba semuanya berhenti. Jarum jam raksasa berhenti bergerak.

Mobil-mobil, manusia yang berlalu-lalang, serangga sekalipun membeku seperti patung. Waktu seolah yang berhenti membuat semuanya berhenti.

Hanya Nathan yang bisa bergerak. Warna matanya yang tadinya biru kini menjadi kuning terang. Ia membawa anak laki-laki yang diselamatkannya ke tepi jalan.

Warna mata Nathan berubah menjadi biru kembali. Semuanya kembali normal. Mobil-mobil itu melaju di jalanan, orang-orang berjalan di trotoar, beberapa serangga terbang di udara, detik jarum jam kembali bergerak.

Anak laki-laki yang diselamatkan Nathan tampak masih syok.

"Kau baik-baik saja?" tanya Nathan.

Anak laki-laki itu mengangguk dengan kedua kaki yang masih gemetar. "Te-terima kasih, Tuan."

Nathan mengangguk. Ia menatap punggung anak laki-laki itu yang berlalu pergi.

Merasa ada yang memperhatikan, Nathan melihat ke seberang jalan. Terlihat seorang wanita berdiri di depan sana dengan mantel biru gelap tengah menatap ke arahnya. Wanita berambut cokelat keemasan itu tiba-tiba menghilang ketika bus lewat dan menghalangi pandangan Nathan.

Tanpa pikir panjang, Nathan berlalu pergi.

Keesokan harinya, Nathan pindah ke penginapan lain. Ia menyewa kamar untuk menginap seperti biasa.

Karena poster wajahnya tersebar di seluruh kota sebagai buronan yang dicari, Nathan pun terpaksa harus selalu memakai masker. Ia berpura-pura batuk untuk menghindari kecurigaan orang-orang.

Sore itu Nathan tidak sengaja melihat anak laki-laki yang sama. Namun, kali ini anak itu sepertinya sedang dipukuli oleh beberapa anak gelandangan lainnya yang bertubuh lebih besar darinya.

Nathan menghampiri mereka. Ia menolong anak laki-laki itu dan mengusir ketiga anak gelandangan yang mengeroyoknya.

"Tuan telah menolongku lagi, terima kasih," kata anak laki-laki itu.

"Apakah mereka mengambil uangmu?" tanya Nathan.

Anak laki-laki itu mengangguk.

Nathan mengeluarkan beberapa lembar uang dari saku celananya. Ia memberikan uang itu pada si anak gelandangan. "Simpan uang ini dengan baik. Kau bisa pergi ke luar kota dengan uang ini. Tempat ini sudah tidak aman. Sekarang banyak preman dan gangster yang menguasai kota. Selain itu, ada juga pencuri dan penipu yang berkeliaran di kota ini."

Anak laki-laki itu mengangguk.

"Siapa namamu?" tanya Nathan.

"Namaku Torrez."

Setelah itu, Torrez berlalu pamit untuk pergi. Nathan berbalik untuk meninggalkan tempat itu.

Saat Torrez berjalan melewati belokan, tiba-tiba seseorang membekap mulutnya dan membawanya pergi.

Sementara di penginapan, Nathan merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Perlahan kedua matanya tertutup. Ia pun tertidur.

Keesokan paginya, ia terbangun ketika mendengar suara alat pemotong. Nathan terkejut ketika mendapati dirinya terikat pada sebuah kursi. Ia melihat ke sekeliling. Ternyata ia sedang berada di dalam gedung terbengkalai.

Terlihat beberapa preman yang kemarin mengejarnya berada di sana membawa senjata di tangan mereka. Nathan menelan saliva.

"Kau sudah bangun, Pencuri?" Pria paruh baya berkepala plontos menghampiri Nathan.

Nathan menatap pria itu.

Pria plontos menampar wajah Nathan. "Kembalikan uangku beserta bunganya."

Nathan menyahut, "Aku sudah bilang kalau aku akan segera membayarnya, Tuan Romanov."

"Selain pencuri, kau juga penipu. Aku tidak akan percaya lagi padamu," ucap pria berkepala plontos bernama Romanov itu.

Romanov menunjukkan sebuah rekening pada Nathan. "Bahkan seluruh uang yang kau punya ini tidak akan bisa melunasi hutangmu padaku."

Kedua mata Nathan terbelalak ketika rekeningnya berada di tangan Romanov. Masuk akal karena mungkin saja semalam anak buah Romanov menyelinap masuk ke kamar yang ia sewa untuk menculiknya dan mengambil rekeningnya.

Romanov kembali bersuara, "Kau mungkin bertanya-tanya, bagaimana bisa aku mengetahui di mana kau berada setelah kau kabur waktu itu. Aku bertemu dengan seorang anak bernama Torrez yang mengetahui di mana kau menginap. Dia yang memberitahuku."

Nathan terkejut mendengarnya. Ia menautkan alisnya. "Apa yang kau lakukan pada anak itu?"

Romanov tertawa. "Wah, kau terlihat begitu marah. Apakah dia saudaramu? Memangnya kau mengenalnya?"

Nathan tidak merespon.

Romanov menunjuk ke tirai hijau pudar di samping Nathan. "Hidup di kota kejam ini pasti melelahkan. Aku hanya ingin mengurangi penderitaannya."

⊱──────ஓ๑☬๑ஓ──────⊰

12.00 | 4 Oktober 2016
Penulis Asli : Ucu Irna Marhamah

DRUSILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang