Di dalam sebuah ruangan gelap yang pengap akan udara, Rosè terbangun dari pingsannya. Ia merasakan tubuhnya tidak dapat bergerak dengan leluasa, bahkan untuk menyentuh lehernya yang terasa nyeri pun tidak bisa.
Sedetik, dua detik berlalu hingga dia menyadari jika tubuhnya terikat di kursi yang ia duduki. Matanya mengedar berusaha mencari setitik cahaya yang memungkinkannya untuk melihat sesuatu, namun nihil. Tidak ada cahaya sedikit pun yang dapat tertangkap oleh indera penglihatannya.
Dan saat dirinya hendak bersuara, satu kenyataan lagi ia dapatkan, yaitu mulutnya tertutupi oleh sebuah kain yang membuat suaranya terpedam.
Sial! Siapa yang sudah melakukan ini!!?
Rosè memberontak, membuat suara dari kursi yang didudukinya menggema. Namun, usahanya itu hanya sia-sia. Ikatan pada tubuhnya tidak mengendur sedikit pun.
Menyadari usahanya tidak membuahkan hasil, Rosè memutuskan untuk berhenti dan dalam waktu yang bersamaan telinganya mendengar sebuah ketukan sepatu yang berjalan mengarah kepadanya.
Insting waspadanya naik seketika. Dia berusaha melihat seseorang yang tengah berjalan ke arahnya walau hal itu sangatlah sulit dengan keadaan sekitar yang gelap.
Hingga ketukan sepatu tersebut berhenti bersamaan dengan bunyi sakelar lampu yang ditekan hingga membuat seisi ruangan menjadi terang benderang.
Rosè langsung menyesuaikan matanya yang terkena cahaya secara tiba-tiba. Perlahan kedua matanya terbuka sempurna dibarengi dengan perasaan terkejut saat melihat seseorang yang sedang berdiri beberapa meter darinya.
Seharusnya dari awal Rosè sudah menduganya. Tidak ada orang se-nekat 'dia'.
Hanya dia yang berani menculik seorang Black Rose! Rosè menyeringai dalam hati.
"Bagaimana keadaanmu Black R?"
Apa dia sedang berbicara denganku? Ck, membuang waktu! Rosè mendengus di balik kain di mulutnya.
"Apa kau marah?"
Rosè tidak lagi menanggapi di dalam hati, dia hanya menatap tajam kepada pria di depannya setelah itu membuang muka.
"Ah, iya aku lupa untuk membukakan penutup di mulutmu. Kau pasti merasa kesal karena ini yah?"
Rosè hanya diam, sampai pria itu selesai membuka ikatan kain pada mulutnya. Yang pertama ia rasakan hanya kaku pada rahangnya.
"Selesai. Kau bisa berbicara sesukamu"
Setelah melakukan sedikit peregangan pada rahangnya, Rosè menatap lurus ke arah pria itu.
"Talinya?"
Pria itu terlihat mengernyit lalu menatap tubuh Rosè yang masih terikat dan langsung mengerti maksud dari perkataan Rosè.
"No! No, Mrs. Rosè! Untuk itu aku tidak bisa. Karena kau pasti akan langsung memukulku atas semua yang telah aku lakukan. Jadi, tahan saja untuk beberapa waktu, oke?"
"Sialan kau Consigliere Hee!" maki Rosè.
Heeseung tertawa ringan. Dia meraih dagu Rosè, membuat mata perempuan itu beradu tatap dengan matanya.
"Bibir ini terlalu lembut untuk berkata kasar, Nona Rosè" Heeseung mengusap lembut bibir bawah Rosè dengan ibu jarinya yang disambut gigitan keras dari perempuan itu.
Mendengar ringisan lirih dari mulut Heeseung membuat Rosè tersenyum kemenangan. Apalagi dengan cairan merah yang sedikit keluar dari jari pria itu.
Namun, Heeseung tidak marah. Dia malah menempelkan ibu jari yang tadi menyentuh bibir Rosè ke bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving you | Jaerose
Fanfiction"Ini apa?" Jaehyun mengernyitkan dahi setelah meminum habis beer digelasnya. "Beer" Rosé menjawab dengan singkat. "Kau tidak se-waras itu hanya dengan memberi ku segelas beer saja" Jaehyun membuka dua kancing atas kemejanya. Suhu tubuhnya meni...