Bunyi dari pintu yang terbuka terdengar nyaring. Seorang perempuan yang menyadarinya lantas melirik sekilas lalu kembali fokus terhadap obyek pandangannya tadi.
"Apakah sangat serius?" sang perempuan membuka suara di dalam ruangan berdominan putih tersebut.
"Tidak terlalu. Dia hanya butuh waktu untuk menetralisir kembali emosinya." jelas lawan bicaranya dengan tenang.
Terdengar helaan napas lega dari sang perempuan.
"Sampai kapan?"
Sebuah pertanyaan ambigu itu terdengar jelas saat sang perempuan bangkit dari duduknya lalu membenarkan selimut di hadapannya. Gerakannya terhenti sebentar lalu kembali melanjutkannya hingga selimut itu menutupi batas dada sang pasien.
"Apa yang kau maksud?" sang perempuan balik bertanya seraya berjalan melewati lawan bicaranya untuk mengambil segelas air.
Sang lawan bicara tersenyum tipis dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku. "Kau tidak bodoh untuk mengerti maksudku Nona Roséanne Park."
Rosé tersenyum miring, tangannya menuangkan air ke dua gelas lalu membawanya. Ia kembali berjalan ke arah lawan bicaranya dan memberikan salah satu gelas yang ia bawa.
"Pertanyaanmu itu terlalu ambigu Tuan Kim Mingyu, aku tidak menangkap maksudmu." ujar Rosé sembari menenggak air di dalam gelasnya.
Mingyu terkekeh lirih ia kemudian meletakan gelas di tangannya lalu menarik pinggang Rosé mendekat, menyatukan kedua tangannya untuk mengunci tubuh mungil perempuan itu.
"Sampai kapan kau akan berpura-pura seperti ini Nona Park?" Mingyu menatap lurus ke arah bola mata yang menatapnya penuh kebingungan itu.
"Berpura-pura seperti apa yang kau maksud?" tanya Rosé seraya menahan kedua tangannya pada dada bidang Mingyu untuk memberikan jarak di antara mereka.
"Ah..!" Mingyu memutar bola matanya malas. "Roséie..." tekannya kemudian.
"Jika kau lupa, aku masih tidak percaya denganmu setelah semua yang terjadi!" Rosé mendorong tubuh Mingyu menjauh.
Masih dalam posisi berhadapan, Mingyu memasukkan kedua tangannya ke saku, matanya menatap lurus ke arah Rosé.
"Aku hanya menjalankan tugas Rosé" belanya.
"Dengan berpihak kepada Tuan Jeon?"
"Itu hanya--"
"Menculik Somi lalu memberikannya kepada Tuan Jeon?"
"Yah itu--"
"Kemudian mengkhianatinya?"
"Oke-oke!" Mingyu manahan Rosé segera setelah berkali-kali perempuan itu memotong ucapannya. "Kau tahu, aku hanya melakukan tugasku, aku tidak benar-benar mengkhianatinya, aku sudah melakukan semua yang diperintahkannya yang berarti setelah itu aku kembali lagi kepada organisasi, bukan?" ujarnya membela diri.
"Kau memang pintar sekali mengambil serta merusak kepercayaan orang" Rosé menggelengkan kepalanya.
Mingyu hanya terkekeh pelan lalu tersenyum miring. "Itulah keahlianku, babe"
Rosé berdecak malas lalu berdiri di depan jendela yang mengarah langsung pada jalanan luar.
"Kau yang meletakan dokumen itu 'kan?" tebak Rosé tanpa menoleh.
Mingyu tersenyum tipis. "Jadi, kau sudah membaca semuanya?"
"Belum semua" Rosé mengamati beberapa mobil hitam yang masuk dan terparkir rapi secara beruntun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving you | Jaerose
Fanfiction"Ini apa?" Jaehyun mengernyitkan dahi setelah meminum habis beer digelasnya. "Beer" Rosé menjawab dengan singkat. "Kau tidak se-waras itu hanya dengan memberi ku segelas beer saja" Jaehyun membuka dua kancing atas kemejanya. Suhu tubuhnya meni...