Part 7

130 21 2
                                    

"Pada dasarnya rasa sayang itu sukar di logika, terkadang dapat terbaca jelas terkadang nampak menyebalkan"

Saat ini Reyna tengah berjalan di koridor hendak menuju kelasnya bersama sang kakak tersayang.

"Hai Rey!!" tegur seseorang dari arah belakang kini mensejajarkan langkah dengan Reyna. Sang empu nama menoleh sekilas kemudian memutar bola matanya malas. Enggan menjawab teguran sapa dari pemuda yang menyebabkan kerusuhan hari lalu.

"Hallo Reyna!!" teguran kedua muncul dari arah samping Haikal. Reyna menoleh dan tersenyum.

"Hallo kak Arsen" ucap Reyna.

"Eh kok Arsen doang yang dijawab?" Tanya Chandra begitu menyadari kejanggalan itu. Sontak gelak tawa Haikal dan Arseno pecah. Sementara Reyna masih acuh berjalan tanpa menoleh sedikitpun.

"Rey.." ucap Chandra lagi masih berusaha. Tapi tetap tak ada respon.

"Kalian jalan cepetan sana gih" ucap Chandra kepada Haikal dan Arseno. Arseno menggeleng tidak mau.

"Mau lo apain adek gue?" Ucap Haikal to the point. Siaga nomor satu.

"Engga gue apa-apain, lo engga percaya sama gue?" tanya Chandra pada Haikal.

"Engga" ucap Haikal singkat, padat, dan mencelos hati Chandra.

"Tanya Arseno kal" ucap Chandra lagi. Haikal lalu menolehkan pandang ke arah Arseno meminta jawaban.

"Sama sekali jangan percaya dia" ucap Arseno membuat Chandra cengo sedikit frustasi karena tak mendapat dukungan sedikit pun.

Kini Chandra memilih bungkam sembari berjalan lurus ke depan, meski sesekali mencuri pandang ke arah gadis yang 10 cm lebih pendek darinya.

Tak lama Reyna pun merasakan sebuah kejanggalan. Tapi karena otaknya yang sedikit lemot ia harus memutar ingatan yang sempat terlupakan itu. Ya! Sekarang dia tau.

"Kalian kenapa masih disini?" Tanya Reyna kepada ketiga pemuda di sebelahnya lantaran mengikutinya hingga ia hampir sampai kelasnya.

"Mau anter lo" ucap Chandra sedikit menyungging senyum karena Reyna berkata kalian yang otomatis ia termasuk di dalamnya.

"Jagain lo dari dia" ucap Arseno bertimbal balik dari harapan Chandra, seketika Chandra memalingkan pandangannya ke arah kembarannya itu nampak menyebalkan.

"Kenapa harus dianter?" Tanya Reyna polos.

"Biar lo aman" ucap Chandra setelah mengembalikan pandangannya ke arah Reyna.

"Caca" panggilan seseorang sukses membuat keempat remaja itu menoleh ke arah suara. Seketika Reyna bergetar tangannya mulai meremes ujung rok abu-abu miliknya, dan berjalan mundur. Sementara Haikal maju membiarkan dirinya menjadi tameng sang adik. Arseno dan Chandra hanya diam, bingung dengan pemuda di depannya. Setau mereka tak ada yang bernama Caca, namun respon Haikal dan Reyna mampu membuat kedua pemuda itu mengerti, lalu mendekatkan diri ke arah Reyna dan Haikal.

"Mau apa lo kesini?" Ucap Haikal tegas, suaranya sudah berubah tak seperti biasanya yang terdengar lembut.

"Gue mau ngomong sama Caca bang" jawab Hariz lalu menolehkan pandangannya ke arah gadis yang bersembunyi di balik tubuh Haikal.

Sadewa || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang