Setelah kejadian tadi mereka memilih untuk pulang dan tidak melanjutkan acara makan-makan itu. Keheningan pun masih terasa ketika mobil Arseno sudah melaju meninggalkan parkiran Pizza Hut. Bahkan Chandra yang awalnya kekeuh ingin duduk bersebelahan dengan Reyna pun memilih mengalah untuk bertukar dengan Kirana, ia tak ingin saudara kembarnya makin terlihat mengerikan.
"Rey, alamat rumah lo di mana ?" tanya Chandra sembari membuka aplikasi google maps.
" Eh, kalian engga tau?" tanya Reyna dengan polosnya, ia berpikir mereka sudah tahu alamat rumahnya karena mereka berteman baik dengan Haikal.
"Belum" ucap Chandra singkat, sedangkan Arseno hanya diam fokus menyetir.
" Di Perum Melati rumah nomor 15" ucap Reyna
" Oke" jawab Chandra lalu mengetikkan alamat itu di ponselnya, kemudian ia segera memberikan arahan jalan kepada Arseno.
"eum kak?" ucap Reyna memanggil Kirana yang sedari tadi membisu, padahal setaunya Kirana ini anak yang banyak berbicara dan tak menyukai suasana sepi.
"Iya Rey?" jawab Kirana menolehkan arah pandangnya yang sedari tadi menatap jendela beralih menatap Reyna.
"Kita engga jadi ke bunbin?" Tanya Reyna masih dengan muka polosnya itu. Ternyata benar kata Haikal bahwa adiknya ini begitu polos. Kirana terdiam tak tau harus menjawab apa, ia tak mungkin meminta Arseno untuk mengantar mereka ke kebun binatang setelah insiden beberapa menit yang lalu.
Chandra yang mendengar pertanyaan Reyna pun menoleh ke belakang terkejut.
"Lain waktu aja ya Rey ke bunbinnya, kaki gue sakit kalau buat jalan" ucap Chandra ingin menenangkan kegelisahan Reyna. Seketika Reyna paham mengapa mereka tak jadi ke kebun binatang, itu semua karena kaki Chandra yang masih sakit. Reyna pun mengangguk merasa paham akan situasinya. Tanpa ia tau bahwa situasi yang sebenarnya jauh lebih buruk daripada itu.
15 menit kemudian mereka sudah tiba di rumah Reyna.
" Makasih ya kak udah nganterin gue sampai rumah" ucap Reyna kepada Chandra dan Arseno. Arseno hanya menjawab dengan anggukan.
" Iya Rey sama-sama, kalau gitu kita pamit ya" ucap Chandra.
"eh, engga mau mampir dulu kak?"
"engga usah Rey, lain waktu aja"
" okedeh kalau gitu kak, hati-hati yaa" ucap Reyna lalu turun dari mobil.
Namun, tiba-tiba Kirana juga ikut turun mengikuti Reyna.
" Eh kak Kirana kok turun?" tanya Reyna bingung.
" Gue mau main di rumah lo, boleh kan Rey?" Jawab Kirana
" Tentu aja boleh dong kak, ayok!"
"Makasih Rey" Ucap Kirana sembari mengulas senyum. Kelegaan kini terasa di hatinya, tadi ia sempat bingung bagaimana ia akan menghadapi Chandra dan Arseno apabila Reyna sudah tiba di rumahnya. Hingga ajakan Reyna untuk mampirlah yang kini menjadi tujuannya.
"Lah lo mau main Kir?" tanya Chandra setelah membuka kaca mobil.
"Iya gue pengin mampir, kalian duluan aja" ucap Kirana
"Ya udah kalau gitu, kita duluan" Ucap Chandra lalu menutup kembali kaca mobil. Seperdetik kemudian mobil Arseno segera melaju meninggalkan rumah Reyna dengan kecepatan cukup tinggi.
" Ish, kok ngebut sih" ucap Reyna begitu saja ketika melihat mobil Arseno berlalu.
"Udah biarin aja Rey, yuk kita masuk" ajak Kirana
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadewa || On Going
Teen FictionSadewa Chandra Mahendra pria yang tak pernah bisa menjalani kehidupan dengan tenang, bertemu dengan seorang gadis yang membuatnya jatuh hati. Namun, karenanya gadis itu justru mengalami teror dari musuhnya. Bagaimanakah Chandra melindungi sang gadis...