Plak!
Satu tamparan berhasil mendarat di pipi Chandra. Sepertinya kini tamparan itu akan menjadi makanan sehari-harinya. Padahal ia baru saja bernafas lega lantaran sudah tak pernah mendapat perhatian dari sang kepala keluarga itu.
"Kamu mau jadi apa Sadewa, jam segini baru pulang. Kata Kanza kamu sudah sering pulang malam begini" tanya Niko pada anak bungsunya.
Sekarang jam menujukkan pukul 01.00 malam. Dan memang benar bahwa Chandra baru saja pulang ke rumah. Belakangan ini ia memang bekerja paruh waktu sebagai photographer untuk menghilangkan stresnya.
"Aku kerja yah" jawab Chandra jujur.
"Kerja? Kerja apa larut malam begini. Ayah tak pernah mengajarimu untuk melakukan hal buruk Sade"
"Sade paruh waktu sebagai photographer ayah"
Niko yang mendengar itu kemudian mengambil kamera yang sedari tadi dipegang Chandra dan meleparnya dengan keras hingga hancur.
Prang!
"AYAH!" teriak Chandra
"Mulai sekarang tak ada lagi photographer, kamu harus fokus sekolah dan harus melanjutkan bisnis ayah"
"Aku tidak mau ayah"
"Kamu ini bandel sekali, seperti bundamu tak mau menurut"
"STOP NGEJELEKIN BUNDA AYAH!" ucap Chandra tiba-tiba berteriak ketika sang ayah menyebut sosok bundanya itu.
"Lancang sekali kamu berteriak pada ayah!"
Plak!
Tamparan itu kembali mendarat, padahal rasa perih yang tadi belum sembuh tapi kini sudah bertambah.
"Makin dewasa bukannya makin baik, malah makin menjadi kamu Sade"
"Setidaknya aku tak segila ayah" ucap Chandra tak ada rasa takut pada Niko.
"Kurang ajar!" Jawab Niko lalu menendang perut sang anak hingga terpental.
Kini emosinya benar-benar sudah tak dapat di tahan. Ia melepas ikat pinggangnya dan memberikan sekitar 30 cambukan pada tubuh Chandra.
Mengapa Chandra tak kabur? Percuma. Karena di sekitarnya sudah ada bodyguard Niko dengan mengarahnya pistol ke arahnya. Ketika ia beranjak sedikit saja peluru itu akan langsung melesat.
Sementara itu di sudut ruangan ada seorang gadis tengah menonton kejadian itu dengan senyum merekah.
"Kayanya gue harus benar-benar bikin lo hancur Sadewa" ucap gadis itu yang tak lain ialah Kanza.
Kanza lah yang melaporkan pada Niko bahwa beberapa hari belakangan Chandra dan Arseno pulang tengah malam dengan keadaan mabuk dan bau alkohol.
Niko yang mendengar awalnya tak percaya. Namun, ia mengamati dua hari ini. Arseno memang pulang malam sekitar pukul 11.00 malam. Kala itu Niko langsung menghentikan Arseno yang hendak masuk kamar. Tapi ia tak melakukan apapun pada Arseno ketika melihat sekotak macaron di tangan putranya. Ia yakin Arseno tak melakukan hal itu.
Namun berbeda dengan anak bungsunya ini. Selama dua hari ia selalu pulang pukul 01.00 dengan keadaan cukup berantakan. Pekerjaan paruh waktu pasti hanya alibi. Itu menurut Niko, karena lamat-lamat ia juga mencium bau alkohol dari tubuh Chandra.
Setelah puas menjambuk, Niko berjongkok dan mengangkat dagu Chandra.
"Jangan main-main dengan ayah, jika kamu tak ingin mendapatkan hal ini lagi"
Kemudian Niko pergi tanpa perasaan bersalah. Padahal ia memberikan jambukan hingga baju Chandra sedikit robek. Chandra yang kesakitan berusaha beranjak dari duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadewa || On Going
Teen FictionSadewa Chandra Mahendra pria yang tak pernah bisa menjalani kehidupan dengan tenang, bertemu dengan seorang gadis yang membuatnya jatuh hati. Namun, karenanya gadis itu justru mengalami teror dari musuhnya. Bagaimanakah Chandra melindungi sang gadis...