"Jayie mau kemana?!"
Kamal lari-larian nyamperin si Jay yang lagi nangkring di atas motor matic punya Sunghoon. Mana ganteng banget lagi pake outfit item-item. Cowok bule itu baru pulang kuliah barengan sama Jake yang bodo amat ngeliat penampilan Jay yang tumbenan beda banget dari biasanya. Cowok manis itu langsung melipir masuk ke kostan setelah ngelepas sepatunya.
"Jalan."
"Ikuuut!"
"GAK BOLEH!" Jungwon dateng, ngegas. Nyegat Kamal yang udah mau naik ke boncengan motor, padahal tas ranselnya aja masih nempel di punggung. "Bang Jay pergi sama gue."
"Gue juga mau ikut."
"Kalau ikut, mau duduk dimana lo, Bang?" Tanya Jungwon yang lagi pake sepatunya.
"Kan bisa boti."
"Gilak lo!" Jay auto ngamok. Bayangin aja dia, Jungwon, sama Kamal naik motor bertiga. Selain resiko kena tilang polisi, ngeliatnya juga agak gimana gitu. Pasti paham kan kalian.
Kamal cemberut. "Yaudah gue titip siomay aja. Es teh jangan lupa."
"Sip. Nanti yang lainnya juga dibeliin." Jungwon udah pake sepatu, helm bogo juga udah nyangkut di kepalanya. Cowok manis itu naik ke boncengan motor Sunghoon.
Sebenernya Jay punya motor sendiri. Tapi motor dia tipe CBR dan Jungwon agak kurang nyaman duduk di boncengan motor itu yang tingginya udah kayak harapan orangtua. Jadinya Jay pinjem punya si Sunghoon--meskipun ijinnya diem-diem soalnya yang punya motor lagi molor, masalah bensin biar diisi nanti sama Jay.
"Hati-hati lo pada, jangan pulang malem-malem."
Setelah ngasih jempol ke Kamal, Jay ngegas motornya membelah jalanan kota petang itu. Menikmati hiruk-pikuk perkotaan yang seakan-akan tidak pernah istirahat, jalanan padat oleh orang-orang yang hendak kembali ke rumah masing-masing setelah seharian penuh berkutat dengan aktivitas yang terasa tidak ada habisnya, ditemani langit oranye yang membentang menaungi mereka.
"Langitnya cantik banget ya, Bang." Kata Jungwon yang habis memotret lukisan cakrawala sebagai seorang astrophile sejati saat keduanya berhenti di persimpangan lampu merah.
Jay ngedongak. Melihat langit bersama sekumpulan awan-awannya yang berarak lembut seperti permen kapas berwarna keunguan. Cowok itu ngalihin pandangannya ke kaca spion motor, dimana pantulan dari wajah Jungwon dengan matanya yang berbinar menatap ke atas terlihat. "Iya, cantik."
Perjalanan dilanjutkan saat lampu berubah menjadi hijau. Sampai Jay memarkirkan motornya di depan sebuah cafe yang katanya baru saja buka dua mingguan yang lalu dan sangat recommended untuk remaja seperti mereka. Cafe itu mengusung tema modern, selain menyajikan makanan cepat saji, disini juga ada deretan dessert dan ice cream yang menggugah selera. Cocok bagi orang-orang yang menyukai makanan manis seperti Jungwon. Selain itu juga harganya yang ramah di kantong.
"Mau pesen apa?" Jay ngasih buku menu di atas meja ke Jungwon. Ngebiarin cowok manis itu memesan apapun yang dia mau.
"Gue bingung. Keliatannya ini enak-enak semua." Jungwon malah bengong ngeliatin buku menunya.
Jay terkekeh. "Pesen yang paling lo pengen."
Akhirnya mereka mesen dua porsi spaghetti carbonara, satu milkshake strawberry, satu vanilla late, sepotong cheesecake, satu cup ice cream vanilla dan cokelat ukuran medium. Karena emang pada dasarnya mereka berdua sama-sama laper, sengaja gak makan dulu di kostan, gak butuh waktu lama semua makanan di atas meja itu ludes.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Serumah [TXT & Enhypen]
FanficJangan tertipu sama covernya yang dark. Ini cuma cerita sederhana tentang indekos yang diberi nama Pelangi, alasannya jelas karena penghuninya kaum pelangi semua. Warning! Boys love, bxb, lokal, fluff, comedy, 17+, freaky, non baku, bahasa kasar. So...