Will you marry me?

6.9K 445 43
                                    

Barbara dan Jane sedang duduk di sofa ayunan gantung di teras rumah bernuansa Gardenia menunggu Freen berkonsultasi. Akhirnya mereka memutuskan untuk membawa Freen ke seorang psikiater karena sangat khawatir dengan kesehatan mentalnya.

"Untung saja kau pernah punya client seorang psikiater. Kita jadi bisa membawa Freen ke sini dengan cepat. Aku beruntung punya teman sepertimu. Terimakasih, Jane." Kata Barbara sambil memegangi tangan Jane.

"Lepaskan tanganmu, bodoh. Lama-lama aku bisa tidak normal kalau sikapmu terus seperti ini." Jane melepas pegangan tangan Barbara.

"Harusnya kau bangga jika punya pacar sepertiku. Aku seorang influenser terkenal."

"Kau selalu menggodaku, Barbara. Sepertinya kau ingin sekali menjadi pacarku."

"Kalaupun iya, bagaimana menurutmu? Apa kau mau jadi pacarku?"

"........."

"Kenapa kau tidak menjawabnya, Jane?"

"Aku mau jadi pacarmu kalau kau punya penis."

".........."

Sin berpindah ke lapangan basket di kompleks perumahan Leo.

"Apa ini? 20 pesan dari Barbara. Apa dia sudah gila? Dia meneleponku 15 kali sejak semalam." Gumam Leo melihat ponselnya.

Leo sedang berdiri di pinggir lapangan basket dengan memainkan ponselnya. Sementara Becky sedang sibuk memasukkan bola ke dalam ring bersama beberapa teman yang terdiri dari dua orang laki-laki dan tiga orang perempuan. Semua adalah teman lama mereka saat di sekolah.

Setelan pakaian olahraga yang casual. Celana jogger warna hitam dipadukan tanktop crop warna putih dengan sepatu olahraga warna senada, penampilan Becky cukup menarik perhatian beberapa orang yang berada di sana. Rambutnya tidak diikat, tapi ia sudah melepas kembali sambungan rambutnya. Sekarang penampilan Becky kembali lagi ke awal dengan rambut pendeknya sebahu. Tapi itu tidak mengurangi pesonanya di mata para wanita yang sama-sama menyukai sesama jenis sepertinya.

Beberapa wanita berteriak kencang memanggil namanya dari bangku penonton saat ia berhasil memasukkan bola ke dalam ring yang tingginya hampir tiga meter. Tapi Becky merasa risih mendengarnya.

"Leo!!!" Panggil Becky dari kejauhan.

Leo menengok Becky yang melambaikan tangannya untuk mengajaknya segera kembali bergabung ke dalam permainan.

"Kenapa ada banyak orang di sini? Mereka berteriak memanggil namaku. Aku jadi malas melanjutkan permainan." Gerutu Becky saat Leo sudah berada di depannya.

Leo memberikan sebotol air mineral pada Becky. Kemudian Becky meminumnya.

"Ini tempat umum. Apalagi ini hari Minggu. Lagipula kenapa kau merasa risih? Ini justru bagus. Ini adalah saat yang tepat untukmu mencari pacar baru. Pilih saja salah satu dari mereka untuk kau kencani." Jawab Leo.

"Tidak segampang itu, bodoh. Aku tidak sama denganmu. Lagipula aku sedang malas berurusan dengan drama percintaan. Mereka semua sama. Mereka hanya membuat hidup kita menjadi lebih rumit. Aku tidak peduli lagi dengan para wanita seperti mereka."

"Tapi bagaimana dengan Freen?"

"Sama saja. Tidak Alice tidak Freen. Semua sama."

"Tapi menurutku Freen berbeda. Dia setia padamu."

"Kau jangan terlalu cepat menyimpulkan. Kau tidak tahu di Bangkok dia juga sering keluar bersama seorang laki-laki."

"Benarkah? Apa dia biseksual? Aku tidak menyangka."

"Entahlah. Aku tidak peduli. Jangan sebut namanya lagi di depanku."

"Apa kau benar-benar tidak peduli lagi dengannya?"

Boss Manja KekasihkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang