Waktunya

4.2K 289 22
                                    

London Inggris, pukul 8 pagi.

Seorang pria keluar dari mobil BMW X5 berwarna hitam dan menginjakkan kakinya di halaman depan rumah keluarga Amstrong. Asap keluar dari hembusan nafasnya melewati mulut akibat proses kondensasi udara dingin yang ada di sekitarnya. Saat ini sedang musim salju di bulan Desember.

Pria itu merapikan mantel dan syal di lehernya sebelum melangkah masuk menuju pintu utama. Dengan penuh percaya diri, ia menenteng sebuah keranjang buah berukuran besar di tangannya. Tampak seorang asisten rumah tangga menyambutnya lalu mengantarnya masuk ke dalam menemui tuan rumah di ruang tengah.

"David...? Selamat datang nak..." Sapa nenek yang sedang duduk santai di sofa panjang berbentuk leather L di ruangan itu.

"Bagaimana kabar nenek? Aku sangat mengkhawatirkan keadaanmu setelah mendengar kabar dari ibuku." Jawab David sambil berjalan mendekat. Kemudian ia meletakkan keranjang buahnya di atas meja setelah itu mencium tangan nenek dengan sopan.

"Keadaanku sudah membaik, meskipun kata dokter aku masih harus istirahat total. Mereka memenjarakanku di rumah sakit seperti orang jompo. Aku tidak mau seperti itu. Aku lebih baik di rumah merawat bungaku."

"Maaf tidak bisa mengunjungimu saat masih di rumah sakit. Aku baru saja kembali dari Irlandia."

"Tidak masalah. Ibu dan ayahmu sudah datang menjengukku. Aku tahu kau sangat sibuk. Kau adalah laki-laki yang bertanggung jawab dan sayang keluarga. Siapapun akan bahagia jika mendapatkan suami sepertimu."

"Ngomong-ngomong... bagaimana kabar Patricia?" Tanya David dengan nada serius.

"Itu dia. Dia sudah tidak ada kabar sama sekali sejak keluar dari rumah ayahnya. Aku sudah berusaha membujuknya saat datang ke sana. Tapi dia lebih memilih keluar dari rumah meninggalkan semua fasilitas dari keluarga. Sebenarnya aku sangat tidak setuju dengan cara Paul mendidik anaknya. Tapi kau tahu, aku hanya seorang nenek yang tidak berdaya. Dari dulu aku tidak bisa mencegah tindakannya. Andai saja Patricia mau ikut pulang denganku, dia pasti tidak akan hidup sengsara di luar sana. Tapi itu adalah pilihannya sendiri. Dia lebih memilih bersama wanita itu."

"Ini sudah lebih dari 6 bulan dari kesepakatan kita. Jujur saja, kami sekeluarga ingin mempertanyakan hal ini sekarang. Kami tidak ingin menundanya lebih lama lagi. Seharusnya aku dan Patricia sudah menikah sekarang. Lalu bagaimana kelanjutannya?"

"Aku pasti senang sekali jika melihat kalian berdua menikah. Melihat keadaanku yang terus saja menurun akhir-akhir ini, aku ingin sekali melihat cucuku bahagia bersama orang yang tepat. Bicaralah dengan Paul. Dia pasti akan membantumu mengatasi hal ini."

Senyum David mengembang di sudut bibirnya. Setelah ia berbicara lagi selama beberapa menit, kemudian ia memutuskan untuk pamit meninggalkan rumah itu.

Ia segera menelepon seseorang begitu sampai di dalam mobilnya.

["Bagaimana hasilnya? Apa kau sudah bertemu dengan si nenek tua?"]

"Tentu saja sayang. Kau tidak perlu khawatir lagi. Aku akan bergerak dari sudut ini dan kau bergerak dari sudut yang lain. Kita harus saling mendukung agar misi kita cepat selesai."

["Sebenarnya aku sangat benci dengan caramu. Aku pikir kau tidak perlu menikah dengannya jika aku sudah menduduki jabatan sebagai CEO di sini. Nyatanya Paul masih belum membatalkan ahli warisnya. Aku belum bisa membujuknya untuk menyerahkan cabang Thailand sepenuhnya padaku."]

"Tenanglah, kita masih punya cara lain. Aku akan terus menekan keluarganya untuk segera mempercepat pernikahan ini."

["Baiklah, tidak ada cara lain. Aku akan sabar menunggu. Tapi aku sangat merindukanmu. Ternyata bekerja di perusahaan tidak semenarik yang aku kira. Aku sangat bosan dengan pekerjaan yang sangat tidak penting ini. Aku tidak bisa bepergian ke luar negeri dengan bebas."]

Boss Manja KekasihkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang