26

1.4K 147 13
                                    

...

"appa"

Jay yang sedari tadi sibuk dengan laptop dan tumpukan berkas di meja kerjanya lantas menoleh pada Jungwon yang baru saja memasuki ruang kerjanya dengan piyama bergambar donat dan tentu saja boneka kesayangan di pelukannya.

"hei, kenapa terbangun ?..." tanya Jay, matanya melirik sejenak pada jam dinding "...ini masih jam 2 pagi"

bocah tampan itu berjalan mendekati ayahnya, begitu sampai sang ayah langsung mengangkat tubuhnya untuk di dudukkan di pangkuannya.

"kenapa ? heum ? Jungwon bermimpi buruk ?" tanya Jay setelah mengecup pipi gembil anaknya

anak itu tidak langsung menjawab, kepalanya ia dusel-duselkan di leher si ayah dengan mata terpejam "appa kenapa kerja lagi ? kan siang tadi sudah. Jungwon mau tidur bersama appa, mau di peluk appa juga" ujar Jungwon

mendengar penuturan anaknya sedikit banyak membuat Jay merasa tertampar dan merasa sedih di saat yang bersamaan. belakangan ini ia sadar, kalau waktunya bersama Jungwon benar-benar sangat terbatas. hal itu bukan tanpa alasan, ia bekerja dengan jam lebih karena Vonex sedang dalam masa-masa pemulihan ekstra setelah kekacauan yang pernah Niki lakukan beberapa waktu lalu, di tambah lagi rencana untuk membangun cabang perusahaan baru yang akan di didirikan di Busan.. Jay sungguh di buat sibuk untuk itu.

kedua tangan Jay mendekap hangat tubuh kecil anaknya, metanya terpejam serta bibirnya  dengan aktif mengecupi kepala Jungwon "maaf, maafkan appa"

"appa jangan bekerja terlalu lama, nanti appa kelelahan, terus nanti sakit, terus masuk rumah sakit, terus di suntik sama dokter. terus... terus nanti Jungwon sedih sekali. Jungwon tidak mau appa sakit. sudah ya kerjanya, ayo kita tidur saja" aka itu berbicara dengan suara paraunya, oh.. daripada di sebut bicara Jungwon lebih mendekati kata bergumam. wajar saja, anak itu pasti masih sangat mengantuk, terbukti dari kedua matanya yang masih terpejam.

hal-hal seperti inilah yang terkadang membuat Jay merasa sedih, posisinya yang sebagai orang tua tunggal membuatnya harus memiliki tenaga ekstra untuk membagi waktunya antara pekerjaan dan anaknya. dia ingin sekali sepenuhnya bisa terus menjadi teman untuk Jungwon, tapi pekerjaan yang ia lakukan juga tidak bisa ia sisihkan. ia bekerja untuk Jungwon, semua yang ia lakukan... itu untuk Jungwon. begitupun Vonex.

"appa, ayo bawa noona cantik kesini biar Jungwon ada temannya terus, ada yang menggantikan appa memasak sarapan, mengantar sekolah, dan memeluk Jungwon tidur sampai lelap. jadi appa tidak akan terlalu lelah" gumam Jungwon lagi, kedua tangan kecil itu mengeratkan pelukannya pada boneka podong di pelukannya.

"apa Jungwon sangan suka noona cantik ?" tanya Jay dengan lembut

"eum, Jungwon suka sekali sama noona cantik" balas Jungwon dengan suara yang semakin mengecil pada akhir kalimat.

Jay menunduk, melihat putra kesayangannya itu akhirnya kembali tertidur di pangkuannya dengan bibir yang sedikit terbuka.

"Jungwon-a... maafkan appa"

Jay mengecupi kepala Jungwon sembari terus mengucapkan kata maaf. berkali-kali dalam hati ia kembali menyalahkan dirinya sendiri atas sikap buruknya di masa lalu. jika saja dulu dia tidak melakukan hal itu, pasti Jungwon tidak akan menjadi korban seperti sekarang, dia tidak akan menjadi anak dengan orang tua tunggal, tidak akan selalu memendam kerinduannya pada sosok ibu di kehidupannya, serta menumpuk kesedihannya karena melihat teman-temannya yang memiliki ibu sedang dia sendiri tidak memilikinya.

semua ini karenanya

karena dirinya yang terlalu mencintai wanitanya tanpa memikirkan akan ada banyak hati yang terluka karena perasaan yang ia punya

Arrogant Boss (JayHoon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang