Happy Reading!
><
Suasana kediaman Gravitasi cukup ramai sebab kehadiran inti Revicks yang ada di sana. Sejak kepulangan Acha, mereka memilih untuk berkumpul sejenak, saling melepas rindu pada gadis kesayangan mereka.
Acha sendiri tak peduli jika kopernya masih berantakan, ataupun tubuhnya yang lelah akibat flight berjam-jam. Melihat kehebohan Paris dan Kei saja sudah membuat lelahnya reda sejenak.
"Tante Nara, mau dong coklatnya satu lagi," pinta Kei sedikit merengek pada Nara yang duduk di sofa.
Bumi mendelik, menepis tangan Kei yang masih meminta coklat pada Mamanya. "Nggak boleh, Abang Kei udah makan dua ya, sisanya milik Bumbum," ucap Bumi dengan menggembungkan pipinya kesal.
"Satu lagi aja ya ya ya? Nanti Bumbum minta Abang Atlan lagi, oke?" balas Kei belum menyerah ingin meminta coklat lagi.
"Sayang, ini coklatnya masih banyak, Abang Kei kasih satu lagi ya? Nanti nangis, kasian loh," sela Nara ikut menasihati. Sebab Bumi harus diajarkan berbagi sejak kecil, namun jika yang menerima adalah modelan seperti Kei, Bumi sedikit berat melepas coklatnya.
"Ngalah dong Kei sama anak kecil. Nggak usah dikasih Bum, biar nangis aja tuh anak," sahut Paris dengan wajah jahilnya.
Kei mendengus malas, memasang wajah kesal kepada Paris yang sudah terbahak kencang. "Udah ini, dari Bumbum buat Abang Kei. Jangan nangis sama Abang Delga ya?" pesan Bumi dengan polosnya. Namun mampu mengundang gelak tawa dari yang lain.
Bersamaan dengan itu, Acha keluar dari dapur, membawa berbagai macam camilan yang sudah Bi Asih siapkan untuknya.
Gadis itu duduk di samping Atlanta dan Delgara. Entah kenapa, Acha yang biasanya selalu bergelayut manja kepada Delga kini sedikit menjaga jarak, menciptakan suasana canggung di antara mereka. Mungkin karena sudah dua tahun berlalu, terakhir kali Acha melihat Delga adalah ketika gadis itu duduk di bangku SMP.
"Kakek lo nggak ikut pulang, Cha?" celetuk Agam bertanya.
Acha menggeleng tipis. "Kemarin dia udah ke sini tapi nggak ajak gue. Biasa lah urusan bisnis sama Papa," paparnya. Meskipun Reiga Valentiorus sudah dikatakan tak muda lagi, namun pria itu tetap menghabiskan sebagian waktunya untuk bekerja.
"Lah, padahal gue pengen minta serpihan sahamnya dikit-dikit," ceplos Paris dengan wajah lesu.
"Sok miskin lo," cibir Kei dengan mata memicing. Menyindir Paris yang juga berasal dari golongan berada, walaupun tak sekaya Gravitasi.
Acha menulikan telinga, gadis itu menyandarkan kepalanya pada bahu Atlanta yang cukup nyaman.
"Tumben lo nggak ngintilin si Delga. Perasaan dari lo mirip cebong sampai gede, emak lo itu bukan Tante Nara tapi bapak ketua," ucap Agam merasa bingung. Sebab Acha yang seringkali membuat Delga kesal kini bahkan tak menyapanya secara benar sama sekali.
"Biasa lah, angin-angin bule tuh bikin Acha agak tobat. Lagian ya, kalau dia banyak ngintilin Delga, takut failing in love ya kan? Dia kan udah gede, nggak pernah ngerengek minta boneka barbie yang kepalanya sering dia copotin," kekeh Kei dengan senang saat berhasil membuat wajah Acha merah padam.
"Sialan lo Kei!" desis Acha penuh permusuhan.
Bugh!
Satu tendangan kecil mendarat di bokong Kei, tak lain pelakunya adalah Acha sendiri.
Delga tersenyum tipis, melihat wajah memerah Acha yang nampak menggemaskan.
Gravi baru turun dari kamarnya dengan memakai setelan jas lengkap, kali ini lebih rapi dari terakhir kali dia menjemput Acha tadi.
![](https://img.wattpad.com/cover/335319002-288-k422544.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DELGARA : LITTLE PROMISE [END]
Teen Fiction[SEQUEL GRAVITASI - BACA GRAVITASI TERLEBIH DAHULU] "Keajaiban tuhan mana yang kamu maksud, Prince? Tuhan aku, atau tuhan kamu?" Jatuh cinta antara dua seniman, gadis pelukis dan seorang pemusik yang misterius, itu terlihat indah. Mengabadikan sekel...