15 - Bagian dari Masa Lalu

6.6K 833 37
                                    

Happy Reading!

-_-

Dinginnya angin malam mulai menusuk kulit. Acha berkali-kali menggosokkan telapak tangannya agar menciptakan rasa hangat.

Paham bahwa gadis di sebelahnya kedinginan, Raven melepas jaket yang membalut tubuhnya. Menyampirkan itu di tubuh Acha, menutupi celakanya yang sobek akibat terjatuh di aspal yang keras.

"Ven, lo bisa kedinginan," ucap Acha tak enak. Wajah sembab bercampur pucat itu membuat Raven merasa iba. Tangannya terulur mengusap bekas air mata di pipi Acha yang masih basah.

"Dingin nggak akan bikin gue mati, Cha," celetuk lelaki itu sembari tertawa.

Belum sempat Acha melayangkan protes, suara dering telfon dari saku celana Raven membuatnya mengurungkan bicara.

"Gue angkat telfon bentar ya," izin Raven yang langsung berjalan menjauhi Acha.

Lelaki itu tampak serius dalam mendengarkan seseorang di sebrang sana, tak sadar rahangnya mengetat seiring dengan telfon yang diputuskan secara sepihak.

Acha mengernyit bingung kala melihat aura Raven yang berubah menjadi lebih dingin.

"Ada masalah?" tanya gadis itu yang peka.

"Sorry. But, gue harus pergi sekarang. Lo mau gue anter atau gue panggil temen gue buat temenin lo pulang?" tawar Raven dengan raut wajah cemas.

"Nggak perlu, gue habis ini balik," tolak Acha.

Sebelum benar-benar pergi, Raven menyempatkan diri mengusap surai halus milik Acha. "Jangan ngebut lagi ya. Kalau lo lagi sedih, cukup tatap bintang dan menangis di sana, mungkin lo bisa merasa lebih baik," peringat Raven lembut.

Acha terkesiap, cara berbicara Raven mengingatkannya pada seseorang.

"Kalau lo sedih, berdiri aja di balkon ini. Tatap bintang, dan tumpahin semuanya di sana."

Benar, itu adalah kalimat milik Delgara.

"Makasih, Ven. Dan jaket lo--"

Belum sempat Acha berbicara, Raven sudah lebih dulu menyela. "Lo bawa dulu jaket gue. Kali aja, tuhan kasih kesempatan kedua buat kita ketemu lagi," guraunya sembari tertawa. Membuat matanya menyipit membentuk bulan sabit.

Raven memakai helm miliknya, lalu melambai kepada Acha seiring laju motor yang membawanya menjauh.

Acha kembali sendiri, berteman dalam sepi di bawah gemerlap bintang tanpa bulan.

"Mereka semua pasti nunggu gue buat pulang..."

"Maaf Pa, Acha nggak mau kecewa lagi sama Papa. Acha butuh waktu buat sendiri."

🦖🦖

Setelah mendapatkan kabar bahwa Acha pergi entah kemana. Atlan segera meminta bantuan Inti Revicks untuk mencari keberadaan sang kembaran. Nara memberitahunya bahwa kemungkinan Acha pergi setelah melihat berkas masa lalu pernikahan keduanya orang tuanya.

Sebab itu Atlan merasa sangat khawatir, terakhir kali Acha mengetahui fakta bahwa ia terlahir karena accident. Dan sejak itu pula dia memutuskan untuk tinggal di Swiss selama dua tahun bersama Reiga.

Inti Revicks berpencar, menyusuri jalanan yang mereka pikir ada Acha di sana. Gerimis mulai membasahi bumi, harum hujan dan aspal yang basah mulai tercium, namun mereka belum kunjung menemukan Acha.

Di sisi lain, Delga yang memilih menyusuri area taman kota dan masuk ke dalam jalanan yang lebih sepi terpaku pada sosok gadis yang duduk terdiam di halte kosong. Penerangan lampu yang minim, membuat Delga sangat khawatir. Apalagi hujan belum juga reda, dan gadis itu nampak kedinginan di sana.

DELGARA : LITTLE PROMISE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang