Happy Reading!
><
Sesuai permintaan Delga tadi, kini Acha sudah duduk manis di motor sport Delga yang ia beri nama Jeki. Motor kesayangannya yang sudah menemani perjalanannya semenjak ia berada di bangku SMP.
Sang puan hanya diam sembari melingkarkan tangannya di pinggang Delga. Menyapu pandangannya pada jalanan kota yang tertimpa sinar matahari sore. Artinya hari hampir menginjak malam.
"Mau mampir kemana dulu sebelum pulang?" tanya Delga sedikit keras, sebab suaranya teredam dari balik helm yang ia pakai.
Acha tampak berpikir sejenak, mengingat hal apa yang ia butuhkan atau inginkan hari ini. "Gue masih laper, cari jajan boleh nggak, Prince?" tanyanya.
"Sate padang Mang Ujang mau?" tawar Delga membuat Acha memekik kecil. "Mau dong, mau! Kangen banget tau sama satenya mang Ujang!" serunya senang.
Delga terkekeh kecil di balik helmnya. Lantas mengambil jalan ke kiri untuk menuju warung sate padang yang dimaksud. Tak lama kemudian, motor itu berhenti tepat di sebuah warung makan yang tak terlalu besar. Aroma sate yang khas membuat perut mereka kembali keroncongan. Lantas, Delga genggam tangan mungil itu untuk masuk ke dalam warung.
"Mang, satenya dua porsi ya," ucap Delga pada sang penjual. Pria paruh baya itu mengerutkan kening, mencoba mengingat sosok pemuda jangkung di depannya ini yang membawa seorang gadis.
"Ya Allah, nak Delga ya? Mang Ujang lupa," keluh pria itu sembari menepuk jidatnya.
"Iya Mang, ini Delga. Inget nggak sama yang ini?" tanya Delga melirik kepada Acha.
Sejenak pria itu kembali berpikir keras, dan senyuman kecil di wajah keriputnya saat tahu siapa gadis di depannya ini. "Non Acha? Non udah pulang dari Swiss? Kumaha damang atuh non?"
Sang puan membalas senyum tak kalah ramah. "Acha sehat Mang. Kangen banget, udah lama nggak ke sini," ucap Acha seraya mengedarkan pandangannya pada warung dengan bilik bambu itu.
"Haha, ya sudah, monggo duduk dulu," ucap sang penjual mempersilahkan.
Delga dan Acha memilih duduk di gazebo kecil, semburat senja yang mulai terlihat tak mengurungkan mereka untuk menunggu dan menikmati sate padang walaupun seragam Acha masih melekat di badannya.
"Eh, ya ampun, gue lupa kabarin Mama kalau pulang telat," panik Acha, mencari ponsel yang terselip di dalam tasnya.
Tangan Delga terulur untuk menahan pergerakan Acha. Mengusap rambut sang puan agar membuatnya tenang. "Nggak udah khawatir, gue udah bilang sama Atlan kalau lo sama gue," ucapnya lembut.
Seolah tersihir manik hazel itu terus bersitatap dengan pemilik manik hitam pekat di depannya. Butuh waktu beberapa detik sebelum Acha memutuskan kontak dengannya dan kembali kikuk.
Delga tahu, Acha-nya tengah salting.
"Lusa mau ikut nonton konser gue? Kalau lo mau, gue bisa keep kursi VIP buat lo sama yang lain," tawar Delga setelah pesanan mereka dihidangkan.
"Kalau Abang ikut, gue mau deh. Kalau nggak ada dia, Papa nggak bolehin gue pulang malem," balas Acha terlihat setuju. Lalu mulai meraih sate padang itu agar masuk ke dalam mulutnya.
"Anak cewek emang nggak boleh pulang terlalu malem. Bahaya," ucap Delga lalu menghapus noda sate yang ada di sudut bibir Acha menggunakan jempolnya.
Acha yang awalnya santai menikmati sate itu kini diam mematung. Ritme jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Selalu saja begini, Delga membuatnya mati kutu tanpa aba-aba.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELGARA : LITTLE PROMISE [END]
Novela Juvenil[SEQUEL GRAVITASI - BACA GRAVITASI TERLEBIH DAHULU] "Keajaiban tuhan mana yang kamu maksud, Prince? Tuhan aku, atau tuhan kamu?" Jatuh cinta antara dua seniman, gadis pelukis dan seorang pemusik yang misterius, itu terlihat indah. Mengabadikan sekel...