Happy Reading!
>_<
"Puji tuhan, kemoterapi kedua kamu berhasil dilakukan. Hari ini kamu bisa langsung pulang karena Pak Gravi sudah melunasi semua administrasi," pesan Dokter Agra pada Delga yang kini tengah ditemani oleh Raden, Bastian, Cakra dan Gravi.
Delga mengulas senyum tipis, menghela nafas lega setidaknya ia bisa keluar dari rumah sakit ini. Dan memikirkan bagaimana caranya untuk mengganti semua uang yang sudah Gravi keluarkan untuknya.
Sepeninggal Dokter Agra, anggota Starze segera membantu mengemasi barang-barang milik Delga. "Om, terimakasih banyak sudah membantu saya. Saya janji akan segera mengembalikan semua uang itu sama Om nantinya," ucap Delga tak enak hati.
Gravi yang berdiri di dekat Delga segera mengusap rambut lelaki itu dengan lembut. Seakan Delga adalah putranya yang berhak mendapat kasih sayang lebih.
"Melihat kamu sembuh saja sudah cukup bagi saya, Delga. Jangan terlalu memikirkan itu, fokus saja sama pengobatan kamu. Saya akan membantu, kapanpun ketika kamu butuh," pesan Gravi menasihati.
Bersama Gravi, Delga seolah mendapatkan figur ayah kembali. Terkadang rindu itu masih ada, karena pada dasarnya Gravi dan Darren hampir mempunyai sifat yang sama, yaitu memperhatikan hal-hal kecil yang Delga alami. Namun Delga memilih untuk ikhlas, ia yakin Ayahnya di sana akan tersenyum bangga melihat Delga berhasil melewati semua proses ini.
"Atlan dan Acha tidak bisa ke sini karena mereka sedang sekolah. Tapi, apa kemarin kamu lagi marahan sama Acha? Atlan sempat ajak dia kemari, tapi dia menolak. Kalian ada masalah?" Gravi menanyakan hal yang dari kemarin membuatnya penasaran. Acha memang terlihat lebih murung, dan tak pernah ke rumah sakit selama beberapa hari ini.
"Nggak kok, Om. Sejauh ini nggak ada masalah," balas Delga menenangkan.
"Oh iya, Ga. Lo mau pulang ke mana setelah rumah lo disegel sama bank kaya gitu? Lo bisa kok ke rumah gue, Ian ataupun Raden," tanya Cakra menawarkan. Sebab ia baru ingat bahwa saat ini Delga tidak mempunyai rumah untuknya pulang.
Delga nampak berpikir, jika ia memilih untuk mengontrak, ia sudah tak mempunyai simpanan uang lebih. Jikapun ada, maka itu digunakan untuk pengobatan selanjutnya.
"Kamu bisa tinggal di rumah Om kalau kamu mau. Sebelum rumah kamu kembali." Gravi ikut menawari, namun Delga tak ingin menganggu Acha terlebih dahulu. Ia tahu bahwa gadis itu masih butuh waktu untuk sendiri.
"Saya pulang ke kontrakan Raden aja, Om. Setelah itu saya mungkin akan cari tempat tinggal lain, tapi sementara saya tinggal sama Raden," ucap Delga memutuskan. Sebab sebelum ini dia sudah berbincang dengan Raden, dan lelaki itu setuju agar Delga tinggal di kontrakannya.
"Iya Om, biar Delga sama saya aja. InsyaAllah aman," ucapnya sungguh-sungguh.
Gravi melirik Delga untuk memastikan keputusan lelaki itu sekali lagi. Namun Delga hanya mengangguk meyakinkannya.
"Ya sudah kalau begitu, Raden sama Delga ikut mobil saya saja. Sekalian mengambil barang-barang Delga yang sudah saya ambil kemarin, setelah itu biar supir yang mengantar kalian pulang," saran Gravi pada anak muda di depannya.
Tanpa ada protesan, Cakra membantu Delga untuk turun dari brangkar. Menuntun tubuhnya yang masih lemah karena Delga menolak memakai kursi roda. Sedangkan Bastian dan Raden membantu membawa barang bawaan mereka.
Mobil milik Gravi sudah bersiap di depan rumah sakit, Cakra dan Bastian berpisah di parkiran karena mereka membawa motor sendiri. Sedangkan Raden dan Delga masuk ke dalam mobil Gravi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELGARA : LITTLE PROMISE [END]
Fiksi Remaja[SEQUEL GRAVITASI - BACA GRAVITASI TERLEBIH DAHULU] "Keajaiban tuhan mana yang kamu maksud, Prince? Tuhan aku, atau tuhan kamu?" Jatuh cinta antara dua seniman, gadis pelukis dan seorang pemusik yang misterius, itu terlihat indah. Mengabadikan sekel...