Happy Reading!
><
"Raven ajak kita balapan di Arena, siapa yang mau turun?" tanya Atlan begitu mendudukkan dirinya di sofa Markas.
Saat inti inti Revicks tengah berkumpul di Markas seperti biasa. Esok adalah hari Minggu, sehingga mereka tak perlu khawatir jika pulang sampai pagi.
Begitupun Atlan yang bebas keluar rumah karena Acha menginap di rumah Gaver. Tadi sore pria itu menjemputnya, dengan embel-embel mengajak Acha ke pembukaan galeri seni. Tentu saja, Acha tak bisa menolak hal itu.
"Gue," jawab Delga singkat setelah meletakkan satu mangkuk ramyeon buatan Gio. Lelaki itu memang pandai memasak sama seperti Delga, maka tak heran jika Revicks tak pernah kelaparan bila tengah berkumpul di Markas.
"Yakin nggak papa lo? Muka lo aja pucat gitu," sahut Agam. Karena sejak datang tadi, Delga tak banyak berinteraksi dengan teman-temannya. Lelaki itu juga banyak diam, dengan wajah pucatnya.
Yang lain mengangguk menyetujui, merasa khawatir jika Delga yang turun ke Arena dengan keadaannya yang seperti ini. "Gue nggak papa. Buruan berangkat, ntar yang lain nunggu," ajak Delga langsung dan menyambar jaket yang ada di atas meja.
"Udah woy makannya!" Agam merebut mangkok Paris yang di dalamnya masih tersisa ramyeon sedikit. Tentu saja, lelaki itu mendelik tak terima.
"Woy, ramyeon gue!" pekik Paris dengan mulut penuh makanan. "Agam monyet, balikin nggak lo!"
Dan tak terhindarkan lagi acara kejar-mengejar antara Paris dan Agam. Memang keduanya akan diam jika tengah tertidur saja.
"Bisa berhenti nggak?" suara Atlan menginterupsi dengan tegasnya. Membuat kedua anak curut itu mematung di tempat. Jika Atlan sudah bersuara, maka keduanya tak berani membantah.
"Ampun, pewaris Leonidas grup," ucap Agam dengan membungkukkan badannya.
Dan sukses membuat Atlan merasa kesal, sembari melempar bantal ke arah dua temannya itu.
🦖🦖
Suasana Arena yang dijuluki sebagai evil road itu cukup ramai. Deru kendaraan motor saling bersahutan, memekakkan telinga bagi siapa saja yang tak terbiasa mendengarnya.
Keenam lelaki dengan jaket Revicks yang menjadi identitas itu berjalan bersamaan setelah memarkirkan motor. Dipimpin oleh Delga, beserta kelima printilannya. Tentu hanya mata Kei dan Paris yang memang tidak bisa jauh dari para wanita yang ada di sana.
"Gila, mantep banget Kei. Lo kalau mau bawa pulang satu juga nggak papa kali," celetuk Paris dengan wajah tengilnya.
Sontak satu toyoran keras mendarat di kepala belakangnya. Tak lain pelakunya adalah Atlan yang tak sengaja mendengar percakapan tadi.
"Nggak usah aneh-aneh lo berdua," peringat Atlan dengan garangnya. Perlu diakui walaupun Delga adalah penyandang gelar sebagai ketua Revicks, Atlan lebih memiliki aura yang menyeramkan, sehingga baik Kei ataupun Paris tak pernah berani dengan lelaki bermarga Leonidas itu.
Atlanta itu, duplikat Gravi. Sangat mirip, entah dari segi wajah ataupun sifatnya sebagai seorang Revicks.
"Gue jual lo di sini kalau berani genit sama cewek," timpal Delga ikut memperingati.
"Hahaha, mampus," melihat temannya yang nampak tertekan, Agam tergelak dengan puas.
Hingga candaan mereka terhenti kala melihat Raven yang juga berjalan mendekat ke arahnya. Diikuti oleh beberapa temannya yang merupakan anggota Dargez.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELGARA : LITTLE PROMISE [END]
Novela Juvenil[SEQUEL GRAVITASI - BACA GRAVITASI TERLEBIH DAHULU] "Keajaiban tuhan mana yang kamu maksud, Prince? Tuhan aku, atau tuhan kamu?" Jatuh cinta antara dua seniman, gadis pelukis dan seorang pemusik yang misterius, itu terlihat indah. Mengabadikan sekel...