Happy Reading!
><
Keributan kecil di pagi hari tercipta pada rumah berlantai dua dengan gaya minimalis itu. Jawabannya sederhana, yaitu karena ketiga anak Gravi terlambat bangun semuanya.
Bumi dan Acha lebih dulu bersiap, sedangkan Atlan masih bermimpi di kasur empuk miliknya. Lelaki itu memang kelewat santai, padahal hari ini adalah hari senin.
"Ma, Papa udah berangkat ya? Acha dianter siapa dong?" tanya Acha sembari mengunyah oats yang ia sendok dari mangkuknya.
Nara mengangguk kecil, tangannya sibuk menata bekal makan Bumi sebab anak laki-laki itu juga sudah masuk taman kanak-kanak.
"Pak Adi juga nganter Papa ke Bandara. Kalau kamu mau ya nungguin Abang, tapi dia pasti telat nanti. Kamu naik gojek aja ya? Nanti Mama pesenin," saran Nara. Dan mau tak mau Acha harus mengangguk patuh. Gadis itu tidak mau di minggu kedua masuk sekolah dirinya harus mendapat hukuman hanya karena menunggu Atlan bangun tidur.
Motor milik gadis itu belum Gravi ambil dari bengkel, sebab ada beberapa titik yang harus dibenahi, karena sudah lama motor itu tak digunakan Acha untuk berkendara.
Setelah menyelesaikan sarapannya, Acha berpamitan kepada sang Mama. Lalu keluar dari gerbang rumah untuk menunggu gojek yang Nara maksud.
Matanya menyipit saat sinar matahari menerobos masuk ke dalam pupil matanya. Atensinya teralih pada suara motor dari gerbang samping rumahnya. Itu Delga, sudah bersiap untuk berangkat sekolah bersama motor ninja kesayangannya.
Awalnya gadis itu acuh, namun ia urungkan sebab lelaki itu sudah berhenti tepat di depannya. Melepas helm full face hingga wajah visual sempurna itu terpampang nyata di depannya.
"Ngapain belum berangkat sekolah jam segini?" tanya Delga penasaran.
Acha terlihat menarik nafas sebelum menjawab, kedua tangannya bertaut tanda ia gugup dengan kehadiran Delga. "Lagi nunggu mang ojek. Papa sama Pak Adi lagi ke Bandara, Abang belum bangun," jawab gadis itu lesu.
Delga melirik sekitar, belum ada tanda-tanda Atlan maupun ojek yang diorder itu datang. "Mau bareng gue aja?" tawar lelaki itu ragu, sebab dia tak yakin Acha akan menyetujui ajakannya.
"Terus gimana kalau mang ojeknya dateng? Kan nggak enak tau," tolak gadis itu dengan wajah cemberutnya.
"Ntar gue titipin duit ke satpam kalau ojeknya datang dan di cancel. Buruan naik, lima belas menit lagi gerbang tutup," ajak Delga sedikit memaksa. Merasa tak ada pilihan, Acha pun akhirnya naik ke motor besar milik Delga.
Tangannya bertumpu pada bahu lebar lelaki itu, menyesuaikan diri pada motor yang cukup tinggi sebab dirinya memakai rok hari ini. Melihat posisi duduk Acha yang kurang nyaman, Delga melepas almamater miliknya, memasangkannya pada pinggang gadis itu agar pahanya tak terekspos.
Acha termangu sesaat, tubuhnya membeku melihat perlakuan manis Delga yang dari dulu sialnya tidak berubah. Lelaki itu masih sama, si manis yang ia temui dua belas tahun lalu di depan gerbang rumah, anak lelaki yang selalu menemaninya sepanjang ia tumbuh. Si penuh perhatian, Prince miliknya dulu ataupun hari ini. Delgara masih orang yang sama.
"Ngapain bengong? Motor gue nggak akan jalan kalau lo nggak pegangan," instruksi Delga. Acha menyadarkan dirinya sendiri dari lamunan, tangannya terulur mengenggam ujung seragam Delga, berusaha agar tak memeluk lelaki bertubuh tegap itu.
Dibalik helmnya, Delga menahan senyum. Acha tak lebih seperti seekor anak kucing yang tengah malu-malu.
Lucu, batinnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/335319002-288-k422544.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DELGARA : LITTLE PROMISE [END]
Ficção Adolescente[SEQUEL GRAVITASI - BACA GRAVITASI TERLEBIH DAHULU] "Keajaiban tuhan mana yang kamu maksud, Prince? Tuhan aku, atau tuhan kamu?" Jatuh cinta antara dua seniman, gadis pelukis dan seorang pemusik yang misterius, itu terlihat indah. Mengabadikan sekel...