Happy Reading!
><
Langkah Acha membawanya menuju toilet perempuan di ujung koridor. Belum sampai ia melangkah masuk, tarikan kasar dari seorang gadis membuatnya terhuyung dan jatuh tepat di lantai yang keras. Acha meringis kesakitan, lututnya memerah dan sepertinya terluka.
Rahangnya mengetat saat tau siapa yang melakukan ini padanya, tiga gadis dengan seragam yang tak sesuai dengan ukuran tubuh mereka, rok sekolah yang terlalu pendek, serta baju ketat yang memperlihatkan lekuk tubuh mereka.
Melihat tampilan mereka sudah membuat Acha menahan tawa, padahal ia tengah menahan sakit akibat benturan pada lututnya. Gadis itu menarik kerah seragam Acha dengan kasar, tak terima jika Acha terlihat meremehkan ketiganya.
"Gue kasih peringatan ke lo ya anak baru! Jangan gatel sama Revicks apalagi sama Atlanta! Emangnya lo siapa? Cih, tampilan burik kaya lo mana mau si Atlanta!" bentak gadis itu dengan keras, dan mampu mengundang perhatian beberapa siswa yang berlalu lalang.
Sebelum berbicara pun Acha sudah tahu bahwa gadis tak jelas itu adalah penggemar berat Atlanta. Dan ya, inilah resiko menyembunyikan identitasnya dari semua orang.
Acha mengangkat sebelah alisnya, seraya tersenyum menantang. "Well, lo bilang gue gatel kan? Seenggaknya gue bisa deket sama mereka, sedangkan lo?" Acha menjeda kalimatnya, menatap gadis itu dari bawah sampai atas sambil sesekali berdecak.
"Harusnya lo dikasih kaca ya biar tau siapa yang burik? Mata lo mines kali nggak lihat kecantikan gue," balas Acha kelewat percaya diri. Gadis itu dengan santainya bersedekap tangan, sedangkan sang lawan sudah mendidih kepanasan.
Gadis yang diketahui bernama Resa itu mengepalkan tangannya geram. Sedangkan yang lain mulai berbisik, saling bertanya mengapa anak baru itu begitu berani dengan Queen bullying.
"Belagu banget lo ya! Habis lo sama gue!" Resa hendak meraih rambut Acha, namun dengan cepat Acha menepis tangan Resa, memutarnya hingga menimbulkan suara retakan tulang yang terdengar ngilu.
"Akhh! Sakit brengsek!" pekik Resa kesakitan. Kedua temannya ingin menolong, namun melihat tatapan Acha membuat nyalinya menciut. Sepertinya mereka telah salah sasaran.
Acha mendekatkan bibirnya ke telinga Resa. "Masih berani ganggu gue, hm? Perlu gue patahin tangan lo?" Acha semakin menekan tangan Resa ke belakang tubuhnya, gadis itu hampir saja menangis jika tak ada banyak orang di sekelilingnya.
Merasa lawannya terlalu lemah, Acha melepas cekalannya pada Resa. Mendorong gadis itu namun dengan sigap kedua temannya menahan tubuhnya.
"Kurang ajar lo sialan! Awas lo ya!"
Belum sempat Resa kembali menyentuh Acha, sebuah tubuh kekar melindungi Acha dari gadis gila itu. Resa termangu sesaat, tubuhnya mendadak tegang melihat siapa yang saat ini ada di hadapannya. Dia Atlanta, sosok lelaki yang menjadi alasan dia ingin melabrak Acha hari ini.
Tatapan tajam dari Atlanta mampu membuatnya gemetar, apalagi ditambah kehadiran inti Revicks yang sudah membelah kerumunan siswa yang menonton.
"A-atlanta.." panggil Resa dengan sorot penuh ketakutan.
Atlanta berdecih, mendorong tubuh gadis itu agar menjauh dari adik kembarnya. "A-aku nggak bermaksud.. d-dia.."
"Shut up! Siapa lo berani sentuh adik kembar gue, huh?" tanya Atlanta penuh benci. Sedangkan Acha sudah menyunggingkan senyum di belakang tubuh sang Abang.
Resa membelalakkan mata, dia benar-benar tak menyangka akan melakukan kesalahan sefatal ini. "Aku minta maaf Atlan.. Aku benar-benar nggak tahu kalau dia adik kamu. Aku cuma nggak suka kalau dia deket sama inti Revicks," ucap Resa mencoba menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELGARA : LITTLE PROMISE [END]
Novela Juvenil[SEQUEL GRAVITASI - BACA GRAVITASI TERLEBIH DAHULU] "Keajaiban tuhan mana yang kamu maksud, Prince? Tuhan aku, atau tuhan kamu?" Jatuh cinta antara dua seniman, gadis pelukis dan seorang pemusik yang misterius, itu terlihat indah. Mengabadikan sekel...