Happy Reading!
><
"Abang, bareng dong berangkatnya!" pekik Acha dengan suara yang keras. Gadis itu menuruni tangga dengan tergesa-gesa. Satu tangannya menenteng ransel dan tangannya yang lain membawa sepatu.
"Acha, sarapan dulu!" peringat sang Mama tak kalah heboh. Gravi yang baru saja bangun langsung menutup telinga rapat-rapat, sebab hari masih pagi dan kegaduhan sudah tercipta.
Acha kembali, mengambil satu potong sandwich dan memakannya sembari membenarkan sepatu. "Jangan buru-buru Cha, nggak akan telat kok," peringat sang Mama sembari membantu Acha memasukkan bekal ke dalam ranselnya. Umurnya memang sudah tujuh belas tahun, namun kelakuannya masih sama seperti Bumi.
"Tumben berangkat bareng Abang, Delga kemana?" tanya Gravi setelah duduk di meja makan. Menyesap kopi buatan Nara yang memang sudah disiapkan khusus untuknya.
Itulah masalah Acha hari ini, dia tak menemukan Delga di rumahnya. Lelaki itu juga tidak bisa dihubungi sejak semalam, membuat Acha sedikit khawatir.
"Rumahnya kosong, Gra. Tadi pagi aku mau kasih Delga makanan, tapi aku ketuk nggak ada orang," jawab Nara.
Gravi mengangguk paham, lantas melanjutkan sesi sarapannya yang sempat tertunda. Karena Nara merasa tak enak badan sejak semalam, maka Gravi memutuskan untuk masuk ke kantor pada siang hari, toh kantor itu juga miliknya sekarang kan?
"Acha pamit dulu ya, Ma, Pa!" teriak Acha dari ambang pintu dan langsung menghilang begitu saja dari hadapan kedua orang tuanya.
Gravi dan Nara tertawa kecil melihat itu. "Anak kamu tuh Gra," cetus Nara dengan menahan gemas.
🦖🦖
Seperti biasa, kedatangan Acha serta Atlan di SMA Kalingga seolah menjadi daya tarik tersendiri bagi siswa yang lain. Mengapa tidak, si kembar bermarga Leonidas itu selalu mempunyai pesonanya sendiri.
Dari kejauhan, nampak inti Revicks yang lain sudah berkumpul di parkiran, tentu saja tanpa kehadiran Delga di sana.
"Ey bocil, tumben nggak sama Delga lo?" tanya Kei begitu Atlan memarkirkan motornya di samping mereka.
Acha turun dari motor dengan berpegangan pada bahu Atlan, lalu menyerahkan helm yang dipakainya kepada sang Abang. "Delga nggak ada di rumahnya, gue nggak tahu dia pergi kemana," jawabnya dengan lesu.
"Lah, semalam juga nggak ke Markas, Gi?" tanya Agam pada Gio. Sebab Gio menginap di Markas semalam bersama anak-anak Revicks yang lain.
"Nggak ada," jawab Gio dengan acuh, lelaki itu sibuk menggulir layar ponsel yang ada di tangannya. "Dari kemarin dia sama sekali nggak ke Markas."
Jarang sekali Delga menghilang seperti ini. "Kalaupun Starze ada acara sampai ke luar kota, Delga pasti bakal bilang." Paris ikut berbicara, karena jika ada suatu kegiatan tentang Starze pasti Delga akan langsung menceritakannya.
"Nggak mungkin lah Starze ada kegiatan, si Cakra aja semalem ke Arena," balas Kei tak membenarkan.
"Dia nggak hubungin lo sama sekali, Cha?" tanya Atlan yang hanya dibalas gelengan kecil oleh Acha.
Sejak semalam Acha menunggunya di balkon seperti biasa, sekedar untuk mendengarkan nyanyian pengantar tidur dari Delga. Namun gadis itu justru tak mendapati Delga di sana. Sampai pagi pun, tak ada tanda-tanda lelaki itu pulang.
"Gue khawatir, tapi gue harap Delga nggak kenapa-napa."
🦖🦖
"Cha, Atlan, serius kalian nggak mau nginep di rumah Kakek Gaver aja? Mama sama Papa pulang minggu depan loh," bujuk Nara kepada si kembar.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELGARA : LITTLE PROMISE [END]
Novela Juvenil[SEQUEL GRAVITASI - BACA GRAVITASI TERLEBIH DAHULU] "Keajaiban tuhan mana yang kamu maksud, Prince? Tuhan aku, atau tuhan kamu?" Jatuh cinta antara dua seniman, gadis pelukis dan seorang pemusik yang misterius, itu terlihat indah. Mengabadikan sekel...