Happy Reading!
><
"Cha, ayo bangun," tepukan lembut di pipi Acha berhasil mengembalikan kesadaran gadis yang masih bergelung dengan mimpinya.
Acha menggeliat kecil, manik cantiknya kembali tertutup rapat. Namun Nara tak menyerah, wanita itu menarik selimut Acha hingga sang empu memekik kedinginan.
"Ish, Mama, lima menit lagi deh," keluhnya dengan suara serak khas bangun tidur.
Nara mendengus kesal, kebiasaan susah bangun pagi dari Gravi ternyata menurun kepada anak-anaknya. Hingga setiap pagi, dia harus mengumpulkan kesabaran ekstra karena seperti mengurus empat bayi.
"Ada Delga di bawah, buruan bangun kalau nggak biar pergi sama Mama."
Tepat setelah mengatakan itu, Acha langsung membelalak sempurna. Tanpa sepatah kata, Acha bangkit dari kasur, tak peduli bahwa rambutnya masih seperti singa.
Nara yang melihat itu hanya bisa geleng-geleng kepala. Tak habis fikir dengan kelakuan sang putri.
Sementara Acha turun dari tangga dengan tergesa, bahkan ia belum sempat mencuci wajahnya. "Woi, singa dari mana lo? Buruan cuci muka, jorok banget," cercaan Atlan langsung keluar begitu melihat wajah Acha yang terlihat menggemaskan.
Delga yang juga ada di sana hanya mengulum senyum. "Hehe, ada Delga," ucapnya sembari menyengir lebar. Dan begitu sadar langsung berlari ke kamar mandi.
"Adik lo emang lucu," cetus Delga yang berhasil membuat Atlan memutar bola matanya jengah.
Tak lama Nara dan Gravi ikut menyusul ke meja makan. Bumi memang sengaja belum dibangunkan, karena semalaman penuh ia begadang bersama Gravi dan Atlan.
"Acha mana?" tanya Gravi begitu duduk di kursi utama. Sedangkan kursi yang lain sudah terisi oleh Delga dan Atlan.
"Lagi di kamar mandi Pa," jawab Atlan.
Gravi mengangguk, membiarkan Nara mengambilkan sarapan untuknya. Bersamaan dengan itu, Acha kembali dengan wajah yang lebih segar. Disambut senyuman hangat Delga yang sudah duduk tenang di meja makan.
"Ayo Cha buruan gabung. Kita sarapan bareng," ajak Nara dengan senang. Sudah lama Delga tidak bergabung dengan keluarga Gravi seperti ini.
"Delga harus makan yang banyak ya," pesan Nara memperingati. Delga hanya meresponnya dengan anggukan kecil serta senyum khasnya.
Satu hal yang harus disyukuri Delga, adalah mengenal keluarga Leonidas.
🦖🦖
Setelah perbincangan yang cukup hangat di meja makan tadi. Acha akhirnya mengajak Delga untuk jalan-jalan saja setelah mandi. Daripada di rumah, dan Gravi akan menganggunya. Lebih baik mereka yang keluar saja.
Seperti biasa, tanpa arah mereka menghabiskan waktu dengan berkeliling kota. Matahari masih belum tinggi, dan hari juga belum panas.
"Prince, pengen ke pantai deh," ucap Acha sembari meletakkan dagunya di bahu Delga yang nyaman.
"Nggak usah yang jauh-jauh ya? Lo nggak bawa jaket tebel kalau mau sampai sore," pesan Delga yang diangguki oleh Acha.
Setelahnya, Delga menancapkan gasnya kembali. Menuju pantai yang diinginkan oleh Acha sebagai tempat mereka melepas penat.
Tak lama perjalanan, mereka sampai ke tempat tujuan dengan aman. Mata Acha berbinar, menyapukan pandangannya ke hamparan pasir nan ombak biru yang saling bergelung.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELGARA : LITTLE PROMISE [END]
Novela Juvenil[SEQUEL GRAVITASI - BACA GRAVITASI TERLEBIH DAHULU] "Keajaiban tuhan mana yang kamu maksud, Prince? Tuhan aku, atau tuhan kamu?" Jatuh cinta antara dua seniman, gadis pelukis dan seorang pemusik yang misterius, itu terlihat indah. Mengabadikan sekel...