Happy Reading!
><
"Acha buruan turun, Delga udah nunggu kamu dari tadi, tuh!"
Suara Nara menggema di rumah besar itu, Acha yang tengah bercermin di depan kaca lantas mempercepat gerakannya untuk merias diri. Setelah dirasa cukup, gadis itu meraih ransel yang berada di ranjang dan segera turun ke bawah.
Nampak Nara yang masih sibuk berkutat di dapur, mempersiapkan bekal untuk anak-anaknya. Sedangkan Gravi yang tidak terlihat sebab pekerjaan menuntutnya untuk datang lebih awal ke kantor.
"Nih bekal kamu sama Delga ya," ucap Nara sembari memberikan satu paperbag kecil.
Acha tak lupa menyampaikan terimakasih, lantas setelah meraih jemari sang Mama dan menyalaminya. Di luar sana, ada Delga yang masih setiap menunggu. Membiarkan sang puan menyelesaikan urusannya.
"Hai," sapa Delga dengan senyum yang mengembang, Acha menyambutnya tak kalah senang.
Lantas lelaki itu memakaikan helm yang sudah ia bawakan kepada Acha. Membantu gadis itu naik ke atas motor sport-nya. Sederhana, namun perlakuan itu mampu membuat Acha mengulum bibir sepanjang waktu, menahan euforia aneh yang tercipta di antara keduanya.
"Delga, lo nggak usah jajan nanti, ya. Mama udah bawain bekal buat lo juga," ucap Acha begitu kendaraan itu mulai melaju.
"Iya, Cha. Makasih ya," balas Delga. Lelaki itu cukup beruntung sebab Nara sering membawakannya bekal, seperti serasa memiliki ibu disaat ia sering kehilangan perannya. Nara, seperti malaikat baginya.
Tak lama gerbang SMA Cakrawala mulai terlihat, kedatangan mereka disambut hangat oleh siswa lain yang berpapasan dengannya. Setelah kabar bahwa Acha adalah adik kembar dari Atlanta dan putri kesayangan Gravi, tak ada satupun orang yang berani menganggunya lagi. Apalagi seringkali dia berangkat sekolah bersama Delga, lelaki yang diklaim sebagai pacar mereka semua.
"Jeya, tungguin gue!" Acha memekik kecil kala melihat Jeya yang juga baru saja datang.
Sejauh Ini, Acha hanya berteman dengan Jeya saja yang menurutnya tak pandang bulu. Jeya tak terlalu peduli bahwa Acha adalah seorang putri konglomerat kaya, namun seringkali gadis itu pasti menggoda Acha dengan mengatakan bahwa Papanya masih sangat tampan.
Lalu gadis dengan surai hitam kecoklatan itu berhenti, menunggu Acha yang masih mencopot helmnya dibantu oleh Delga.
"Cielah, yang pagi-pagi dah dianter kesayangan," goda Jeya sembari menyenggol lengan sahabatnya.
Acha mendengus geli, namun tak urung pipinya kembali merah seperti biasanya. Gadis itu berbalik, menatap Delga yang baru saja bertemu dengan inti Revicks yang lain. Lalu ketika tatapan mereka kembali bertemu, Acha langsung memalingkan pandangannya ke arah yang lain.
"Salting gitu, peletnya Delga kuat banget ya Cha?" Sadar Jeya selalu menggodanya, Acha langsung mempercepat langkah.
"Diem deh lo, Je. Perut gue mules dengernya!" cerca Acha dengan kesal.
Lalu keduanya jalan beriringan menyusuri koridor sekolah, cukup ramai dan mampu membuat Acha menjadi sorotan.
"Je, habis sekolah lo free nggak? Gue pengen cari bukunya Mr. R yang baru launching kemarin," tanya Acha.
"Sorry Cha, kalau nanti gue nggak bisa. Papa gue baru pulang dan gue ikut jemput ke Bandara," jawab jeya merasa tak enak hati.
Acha tak mempermasalahkan itu, jika memang Jeya tidak bisa maka dia akan pergi sendirian ke toko buku.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELGARA : LITTLE PROMISE [END]
Teen Fiction[SEQUEL GRAVITASI - BACA GRAVITASI TERLEBIH DAHULU] "Keajaiban tuhan mana yang kamu maksud, Prince? Tuhan aku, atau tuhan kamu?" Jatuh cinta antara dua seniman, gadis pelukis dan seorang pemusik yang misterius, itu terlihat indah. Mengabadikan sekel...