42 - Araven Delbara

3.6K 517 184
                                    

Happy Reading!

>_<

Begitu mendengar Delga memanggil namanya, Acha langsung beranjak. Tak peduli dengan tatapan penuh harap Delga yang seolah meminta dirinya tetap tinggal.

Namun sebelum Acha melangkah pergi, tangan Jeya lebih dulu bergerak menahannya. Memaksa Acha untuk tetap diam di tempat dengan menunduk. Menahan sesak serta air mata yang sudah berada di pelupuk matanya.

"Cha, kita perlu bicara," ucap Jeya dengan suara tenang.

Acha hanya mengangguk pelan, seolah tidak sadar bahwa kini ia tepat berada di samping brangkar Delga. Mendengar ucapan tadi, Acha dipaksa untuk tetap waras. Pandangannya begitu kosong, Delga bisa melihat sorot kekecewaan di sana.

"Jelasin semua yang gue denger tadi, Prince," tuntut Acha dengan suara bergetar. Begitu mengangkat kepalanya, pandangan keduanya saling beradu. Tanpa bisa mencegah air mata yang mengalir, Acha tetap memaksa untuk bersikap tegas pada keduanya.

"Cha--"

"Gue nggak minta lo buat bicara, Je. Jadi tolong, simpan penjelasan lo rapat-rapat," sela Acha sebelum Jeya angkat bicara.

Sebab sekalipun perasaan Acha sudah hancur, dia tetap berusaha untuk terlihat kuat di depan mereka. Meski Acha menahan diri mati-matian untuk tidak berteriak dan mengatakan bahwa ia begitu membenci fakta ini, namun Acha berusaha meredam amarahnya.

"Maaf," balas Delga begitu lirih. Seakan tak mampu menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan Jeya. Delga sadar, begitu Acha tahu, gadis itu pasti akan lebih kecewa. Bahkan melihat tangan Acha yang bergetar, Delga sudah tak mampu lagi berbicara.

"Prince tolong, aku nggak akan marah apapun yang terjadi. Tapi aku cuma minta penjelasan, apa itu terlalu susah untuk kamu lakuin?" Acha bertanya dengan lebih lembut, namun terdengar nada menuntut di sana.

Delga berusaha mendudukkan dirinya, meraih jemari Acha, namun secepat itu juga gadis itu langsung menghindar.

"Delga, udah dijodohin sama gue, Cha. Maaf, maaf karena udah menghianati lo dan berbohong selama ini," jelas Jeya tanpa rasa bersalah. Bahkan tak ada keraguan ketika ia mengatakan itu.

"Kenapa bisa, Je? Gue temen lo, gue selalu menceritakan kalau Delga adalah pacar gue. Tapi kenapa, lo ngelakuin ini?" Acha beralih tanya pada Jeya. Berkata dengan parau, dan menatap Jeya dengan perasaan yang sulit di artikan.

"Cha, bukan kemauan aku untuk kaya gini. Itu semua di luar kendali aku. Aku mohon, dengerin penjelasan aku dulu ya?"

Delga berhasil mengenggam tangan Acha, namun gadis itu menghempasnya dengan kuat. Delga yang hanya bisa duduk di atas brangkar tak tahu harus melakukan apa, tatapan Acha begitu membuatnya terluka.

"Gue harus percaya sama siapa lagi? Temen, bahkan sahabat masa kecil gue aja berbohong. Lantas gue harus percaya sama siapa?" Pecah sudah tangis Acha yang sudah ia tahan sedari tadi. Mengusak rambutnya dengan kasar, isakan gadis itu membuat Delga ingin memeluknya. Namun ia sadar, bahwa ia tak akan bisa menggapai Acha kembali.

"Cha, gue udah jatuh cinta sama Delga jauh sebelum lo kembali ke Indonesia. Dia yang peluk gue saat gue sendirian, dia yang berhasil nyelamatin nyawa gue saat gue hampir bunuh diri waktu itu. Dan ketika itu pula, lo kembali ke Indonesia, lo merebut Delga dari gue Cha." Jeya berkata tak kalah parau.

Termangu sesaat, bibir Acha terlalu kelu hanya untuk merespon pernyataan Jeya. Otaknya masih mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Semuanya terlalu abu-abu, dan semuanya terlalu tiba-tiba untuk membuatnya kecewa.

DELGARA : LITTLE PROMISE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang