Happy Reading!
><
Hari Sabtu yang notabene adalah hari libur dan kegiatan tak mandi seharian justru terbanding terbalik dengan Acha yang sudah berias diri dengan rapi. Gadis itu kini tengah duduk di meja makan bersama keluarganya, dengan tamu mereka yaitu sang Kakek, Gaver Leonidas.
Nara sendiri terlihat masih menyuapi Bumi, dan Atlan yang makan sambil bermain ponsel.
"Bang, HP nya taruh dulu," tegur Gravi pada sang putra.
Atlan menurut, menaruh benda pipih itu dan melanjutkan sesi makannya. "Pa, tau nggak kenapa Abang suka banget sama ponsel akhir-akhir ini?" tanya Acha sembari melirik Atlan yang menatapnya tajam.
"Abang tuh lagi suka sama cewek, namanya--"
Belum sempat Acha melanjutkan ucapannya, mulut itu sudah disumpal dengan udang, tak lain pelakunya adalah sang Abang.
Gadis itu terlihat ingin protes, namun urung sebab memilih menghabiskan udang yang ada di mulutnya.
"Pa, lihat Abang, jahil banget tau!" adu Acha pada sang Papa yang justru terkekeh geli.
"Sudah jangan berantem," lerai Gaver. "Jadi Acha saja yang mau ikut Kakek ke galeri seni? Atlan atau Bumi nggak mau?" tawar pria tua itu.
Bumi dan Atlan kompak menggeleng. Mereka berdua memang tidak suka pada hal-hal yang berbau seni.
"Atlan mau kumpul sama temen-temen aja Kek, lain kali kita main golf bareng aja," ucap Atlan menolak dengan sopan.
Gaver mengangguk paham. "Ish, circle lo sekarang bapak-bapak ya Bang? Masa dari kemarin nemenin Kakek sama Papa main golf mulu," protes sang gadis kecil itu kesal.
"Jangan remehin orang tua ya Cha. Gini-gini kita juga masih lancar olahraga," sahut Gravi. Seketika meja makan itu dipenuhi oleh tawa kecil yang menghangatkan.
"Perasaan Papa akhir-akhir ini jarang olahraga deh. Lihat tuh, ntar perut Papa hilang rotinya gimana hayo?" goda sang putri dengan jahilnya.
Gravi mendengus malas. "Enak aja, mana mungkin Abs Papa ilang. Papa belum setua itu buat lupa olahraga."
"Udah ah, ayo Kek berangkat. Acha lagi pundung sama Papa," ajak Acha setengah kesal. Keluar dari area meja makan dan keluar terlebih dulu tanpa menunggu Gaver.
Gravi dan Nara sama-sama terkekeh geli melihat respon menggemaskan Acha. Walau usianya sudah menginjak tujuh belas tahun, nyatanya dia masih anak kecil di mata Gravi.
"Kalau gitu Papa pamit dulu ya. Nanti Acha keburu nggak jadi ikut," pamit Gaver yang juga beranjak dari meja makan. Tak lupa mereka bersalaman pada sang Kakek sebelum pergi.
Gravi melirik kepada Atlan, dan membuang pandangannya pada Acha yang sudah tak terlihat. "Anak-anak tumbuh terlalu cepat kayanya ya Ra? Nggak nyangka kita bisa jaga mereka sampai sebesar ini," ucap Gravi yang mendapat senyuman hangat dari Nara dan Atlanta.
🦖🦖
Acha berlari kecil dengan wajah senang sepanjang menyurusuri seluruh penjuru galeri seni. Hari ini Gaver membuka sebuah pameran seni untuk mengumpulkan donasi. Pria itu juga mempersembahkan hal ini kepada sang cucu, karena Acha sangat menyukai apapun tentang seni, terutama lukisan.
Gadis itu juga turut berperan dalam menyumbang beberapa karya lukis, yang hasilnya dipajang di lorong utama.
"Amor, kemari. Kita harus ke aula untuk pembukaan pameran ini," panggil Gaver sedikit keras. Amor adalah panggilan kesayangan Acha dari kedua Kakeknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELGARA : LITTLE PROMISE [END]
Fiksi Remaja[SEQUEL GRAVITASI - BACA GRAVITASI TERLEBIH DAHULU] "Keajaiban tuhan mana yang kamu maksud, Prince? Tuhan aku, atau tuhan kamu?" Jatuh cinta antara dua seniman, gadis pelukis dan seorang pemusik yang misterius, itu terlihat indah. Mengabadikan sekel...