49 - He's Gone

4.8K 615 130
                                    

Happy Reading!

>_<

Melewati malam yang terasa lebih panjang, Acha duduk tak tenang di dalam pesawat yang ia tumpangi. Malam dimana ia mendapat kabar bahwa konser Delga luluh lantak sebab Tsunami, ia dan Inti Revicks langsung mengambil penerbangan dan ikut dalam tim relawan.

Atlan berulang kali memintanya untuk tidur dan beristirahat, namun mana mungkin Acha bisa tertidur tenang sementara Delga masih hilang tanpa kabar.

Di dalam pesawat yang ia tumpangi, Acha dapat melihat dengan jelas gemerlap lampu yang kini perlahan hilang. Digantikan oleh kegelapan sebab area pantai menjadi hancur tanpa sisa. Tanpa bulan, tanpa cahaya, malam itu seolah terasa begitu mencekam.

Setelah melakukan pendaratan, Acha masih harus melakukan perjalanan darat dan tak bisa mengikuti tim evakuasi yang sudah menyisir malam itu juga. Terlalu beresiko bagi anak-anak muda itu.

"Pak Damian, anda bisa membawa yang lain ke posko darurat sekarang. Beberapa anak band yang selamat ada di sana. Kami akan melanjutkan pencarian, dan anda bisa mengikuti penyisiran besok pagi," ucap salah satu tim evakuasi yang ada di sana.

Damian yang memang ditugaskan Gravi untuk menemani Acha, inti Revicks serta Raven pun mengangguk memahami instruksi.

"Kalian dengar kan? Istirahat dulu sementara ini di posko yang ada di sana. Om dengar, Cakra, Raden, dan Bastian sudah dievakuasi. Besok pagi kita akan mengikuti tim untuk mencari Delga," ucap pria itu pada anak-anak muda di depannya. Sebagai salah seorang yang masih bisa berpikir waras, Damian tentunya harus bisa mengondisikan mereka.

"Om." Acha menarik ujung jaket yang Damian pakai. Wajahnya memerah sembab, tampak sayu dan seolah tanpa nyawa. "Delga dimana? Dia pasti akan selamat juga kan?" tanyanya dengan lirih.

Damian tak tahu harus menjawab apa, sebab pria itu juga belum mendapat kabar tentang Delga sampai detik ini. "Raven, Abang, ayo cari Delga sekarang aja. Kasian dia sendirian, di sana gelap, di sana dingin. Ayo Abang." Acha menarik tangan Atlan dengan lemah. Begitu berharap Delga bisa ditemukan saat fajar menjelang itu.

"Acha dengerin Abang." Atlan meraih kedua bahu Acha, memaksa kesadaran gadis itu agar kembali dan menatap manik matanya. "Delga anak baik dan pasti akan selamat. Sekarang terlalu beresiko kalau ingin mendekat ke pantai, hari masih gelap dan nggak mungkin kita dapat izin untuk ke sana. Kita temui anak-anak yang lain dulu ya? Baru setelah fajar tiba, kita bisa cari Delga sama-sama," ucapnya memberi pengertian dengan lembut.

Walau hatinya terasa berat, Acha rasa itu keputusan yang baik untuk mereka. Dengan langkah yang terseok, tubuh lemas tanpa tenaga. Anak-anak muda itu memasuki area posko darurat. Mendapati banyaknya orang-orang yang selamat, walau harus mendapat luka dan kehilangan keluarganya yang lain.

Di depan mereka, Cakra, Raden dan Bastian nampak masih terlelap. Dengan beralaskan tikar tipis, dan tubuh yang masih setengah basah, ketiganya tertidur meringkuk menahan hawa dingin yang menyerang.

Menyadari adanya pergerakan di sampingnya, Raden akhirnya terbangun lebih dahulu. "Acha," panggil Raden dengan suara serak.

Inti Revicks ikut bersimpuh di dekatnya, Kei dan Paris hanya bisa saling merangkul. Melihat keadaan sekitar yang begitu sunyi diiringi dengan tangisan lirih penuh duka yang menerpa.

"Delga dimana Cha? Kita gagal jaga dia, kita gagal membawa kembali dia dengan selamat," ucap Raden sembari terisak. "Atlan, tolong selamatkan Delga. Gue mohon, gue nggak bisa maafin diri gue sendiri kalau sampai Delga nggak bisa selamat," sambungnya beralih pada Atlan.

Acha menahan isakannya, tangannya mengenggam erat tangan Raden yang nampaknya masih shock dengan kejadian yang baru saja ia alami.

"Raden, istirahat dulu ya? Habis ini kita bareng-bareng cari Delga," tukas Agam menenangkan. Namun nampaknya Raden tak bisa tenang hanya dengan kalimat-kalimat itu.

DELGARA : LITTLE PROMISE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang