Happy Reading!
><
Delga dan Inti Revicks yang lain segera bergegas keluar Markas setelah mendengar berita bahwa Dargez mendatangi mereka. Benar saja, sosok lelaki dengan scarf berwarna merah itu sudah berdiri angkuh di depan Markas Revicks.
Araven Delbara, langkah kakinya membawanya mendekat ke arah sang ketua Revicks. Tangannya bersedekap di depan dada. Tak ada satupun yang bersuara, keheningan yang diisi oleh suara binatang malam dan langkah kaki Raven membuat suasana semakin mencekam.
Raven berhenti tepat dua langkah di depan Delga. Manik tajamnya membidik tepat ke arah lelaki itu, rahangnya mengetat, tangannya sudah gatal ingin memberi pelajaran pada Revicks.
"Apa yang lo lakuin sama anggota gue, hah?" gertaknya tepat di depan wajah Delga.
Atlan ingin maju, namun Gio menahan langkahnya. Mengode lelaki itu agar tetap di tempatnya.
"Berhenti menyerang dari belakang, Delgara. Ini yang disebut ketua Revicks? Lo bahkan nggak becus jagain anggota lo buat nggak bikin ulah." Raven menunjuk dada Delga dengan sedikit keras.
Diam, itu yang Delga lakukan saat ini. Kesabaran Raven habis, lelaki itu langsung menendang drum besar yang ada di sampingnya.
"Woy, apa yang lo maksud hah? Ngaca tolol, lo yang sering serang anggota Revicks!" pekik Agam tak terima. Lelaki itu benar-benar gemas melihat Delga yang hanya diam saat Raven menjelekkannya.
"Shut up! Sekarang gue tanya, apa motif Revicks menyerang Dargez! Ngaku, atau gue hancurin Markas ini!" ancam Raven dengan amarah yang tertahan. Bahkan urat-urat lehernya terlihat menonjol.
"Revicks nggak pernah melakukan itu, Araven Delbara," sanggah Delga dengan setiap penekanan di kalimatnya.
Lelaki itu tak kalah menatap Raven dengan tajam. "Pergi, dan jangan pernah menginjakkan kaki lo di daerah gue," usirnya setengah berbisik.
Raven tersenyum remeh, dia tak menyangka Delga akan berubah tegas seperti ini. Sudut bibirnya terangkat, mengode anak buahnya untuk segera maju, menerobos masuk ke dalam Markas.
"Woy, berhenti lo semua!" sentak Atlan saat anggota Dargez mulai menendang kursi yang ada di sekitaran Markas.
Bugh!
Satu pukulan mentah mendarat di tengkuk Delga dengan tanpa aba-aba, membuat lelaki itu langsung jatuh tersungkur di tanah.
Melihat ketuanya yang diperlakukan seperti itu membuat anggota Revicks naik pitam. Mereka segera menyerang balik anggota Dargez dengan jumlah yang cukup banyak.
Bugh!
Bugh!
Suara pukulan dan umpatan kasar saling bersahutan, Atlan yang semula berniat membantu Delga kini terhalang oleh anggota Dargez lain yang juga menyerangnya.
Delga terbatuk di tanah, lelaki itu sekuat tenaga kembali berdiri. Nafasnya tak beraturan, menatap Raven yang sudah menyunggingkan senyum melihat keadaannya.
"Lawan gue, Delgara!" bentak Raven. Namun Delga sama sekali tak bergerak.
"You can't do that? Alright, let me do it," ucap sang lawan lalu kembali mendaratkan satu pukulan lagi, kali ini mengenai perut Delga.
Seperti biasa, Delga tak pernah menyerang Raven. Dia hanya menangkis serangan-serangan yang Raven berikan padanya.
Atlan dan Gio yang menyadari sikap Delga hanya bisa saling melempar tatap. Kenapa Delga tak pernah menyerang Raven, sekalipun dia sudah terluka seperti ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
DELGARA : LITTLE PROMISE [END]
Teen Fiction[SEQUEL GRAVITASI - BACA GRAVITASI TERLEBIH DAHULU] "Keajaiban tuhan mana yang kamu maksud, Prince? Tuhan aku, atau tuhan kamu?" Jatuh cinta antara dua seniman, gadis pelukis dan seorang pemusik yang misterius, itu terlihat indah. Mengabadikan sekel...