06 - Family Time

12K 1.1K 73
                                    

Happy Reading!

><

Tuntutan pekerjaan sebagai seorang pengusaha memaksa Gravi untuk meninggalkan keluarganya selama hampir seminggu penuh. Banyaknya jadwal meeting, pekerjaan ke luar kota ataupun lembur jika ada proyek yang tengah digarap membuatnya bisa jauh dari keluarga selama berhari-hari.

Seperti hari ini, di weekend yang cukup cerah, Gravi mengajak keluarganya untuk sekedar piknik kecil di taman belakang rumah. Sehari sebelum keberangkatannya ke Belanda untuk urusan pekerjaan.

Dengan bergelar tikar di atas rerumputan hijau, keluarga itu berkumpul hanya untuk sekedar family time. Membicarakan hal-hal yang sekiranya perlu untuk diceritakan, saling bercanda dan bertukar pikiran.

Gravitasi Caesar Leonidas, pria itu sadar bahwa dia pernah brengsek di masa lalu. Sebab itulah dia ada di sini, di tengah-tengah keluarga kecilnya. Berusaha memberi rumah yang nyaman untuk mereka pulang, memberi arti sebuah hangatnya peluk Ayah untuk anak-anaknya. Supaya mereka tak merasakan apa yang sudah Gravi dan Nara rasakan.

Melihat Acha dan Atlan yang berdebat soal makanan, dan Bumi yang bermain dengan hamster milik Acha, membuat Gravi menarik kurva lengkung pada sudut bibirnya.

Dia berhasil, setidaknya memberi rasa aman dan nyaman pada anak-anaknya. Mencintai satu sosok wanita sampai akhir hidupnya, wanita yang sudah menemaninya selama hampir tujuh belas tahun lamanya.

"Kak Acha! Itu roti punya Bumbum yang beli sama Papa, kenapa dihabisin sih?" suara milik Bumi terdengar keras, memaksa Acha untuk menghentikan tangannya yang sibuk menyuapkan sepotong kue ke mulutnya.

"Oh ini?" Acha mengangkat kue itu, menunjukkannya pada Bumi. "Kakak dikasih sama Abang, bukan ambil punya Bumi," elak gadis itu pada sang adik.

Bumi yang menyadari kuenya berkurang namun tak ada yang mengambilnya lantas bersedekap tangan. "Kalau bukan Kak Acha yang ambil siapa? Masa Lili sama Lulu sih," monolog anak itu sembari memperhatikan hamster kecil yang masih berlarian di rumput.

"Mana ada, aneh-aneh lo bocah," komentar Atlan tak habis fikir.

Melihat anak-anaknya yang saling beradu argumen, Gravi hanya bisa tersenyum senang. Wanita yang sedari tadi duduk di tikar sampingnya itupun menepuk bahunya pelan.

"Lihatin apa sih senyum-senyum kaya gitu?" tanya Nara penasaran.

Gravi yang ditanya lantas mendekatkan diri ke arah Nara, menarik pinggang wanita itu supaya lebih dekat dengannya.

"Aku senang lihat mereka akur, Ra. Aku bahagia bisa hidup sama kamu sampai detik ini. Aku bahagia lihat kehadiran anak-anak hebat kaya mereka. Aku bukan orang baik, tapi tuhan kasih aku bahagia tanpa akhir seperti ini," detik itu sebulir air mata lolos dari pelupuk mata Gravi. Pria yang dikatakan sudah tak muda lagi itupun hanya mengulas senyum tipis.

Nara mengusap lengan milik suaminya, menghantarkan rasa tenang sebab dia tahu Gravi sedang mati-matian menahan tangis yang ingin meledak.

"Aku juga bersyukur punya kamu dan keluarga kecil kita, Gravi. Kamu Papa yang hebat, kamu berhasil membuat keluarga kecil kita bahagia. Putri kecil kita, Achasa dan kedua jagoan kita, Atlanta serta Bumi, aku selalu mendoakan hal yang baik untuk mereka."

Kalimat yang lolos dari mulut Nara berhasil membuat tangis Gravi pecah. Lantas dekapan hangat dari sang wanita Gravi dapatkan. Punggung tegapnya yang bergetar kecil perlahan kembali tenang.

"Papa kenapa nangis, Ma?" Bumi bertanya dengan bingung. Atlan dan Acha yang awalnya tak tahu akhirnya ikut menengok juga.

"Papa cuma kelilipan debu aja," alibinya sembari memalingkan wajah. Lantas ketiga cucu dari Keluarga Leonidas dan Valentiorus itu mendekat, mencari tahu sebab Papa mereka menangis.

DELGARA : LITTLE PROMISE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang