Happy Reading!
><
Tidak adanya Nara dan Gravi di rumah membuat Acha memutuskan untuk tidur lebih awal. Atlan sudah duduk tenang di kamarnya juga dengan memainkan game, dengan catatan lelaki itu sudah tidak dapat diganggu.
Setelah mengisi ulang air di dapur, gadis itu bersiap untuk tidur. Namun tak lengkap rasanya jika belum mengintip balkon sebelah. Selalu, seperti itu setiap malamnya.
Lampu kamar Delga terlihat menyala, nampak lelaki itu juga tengah duduk di kursi belajarnya. Entah menuliskan apa, Acha juga tak tahu itu.
"Sstt... Prince!" panggil Acha setengah berbisik.
Mendengar seruan yang familiar di telinganya, Delga menoleh sekilas. Dan mendapati Acha tengah melambai kepadanya.
"Kenapa belum tidur, hm?" Delga memutuskan untuk keluar, jarak keduanya yang hanya dibatasi oleh pembatas balkon membuat mereka tak berteriak terlalu keras.
"Nggak bisa tidur, Abang udah sibuk sama game-nya. Kirain dia main sama lo," balas Acha dengan lesu.
Tak seperti biasanya, udara malam ini tak terasa begitu dingin. Seolah menjadi euforia di antara keduanya, bisikan angin rindu membawa untaian rasa yang tak bisa terjabarkan melalui kalimat.
"Tidur gih, mau gue nyanyi atau dongeng?" tawar Delga. Seolah mendapatkan sesuatu yang menarik dan sudah lama tak ia rasakan, Acha langsung berbinar senang.
Terakhir kali ia mendengar nyanyian merdu ataupun dongeng pengantar tidur dari Delga adalah sebelum keberangkatannya ke Swiss dua tahun yang lalu.
"Nyanyiin aja, dongengnya besok lagi ya?"
Delgara mengangguk, lelaki itu mengambil gitar di kamarnya lalu melompat ke balkon milik kamar Acha. Malam seolah milik keduanya, tak peduli akan tetangga yang mendengar petikan merdu Delga, lelaki itu tetap menuruti permintaan Acha.
Nyanyian Delga seperti pengantar tidur untuk Acha. Menenangkan, dan juga membuatnya tertidur nyenyak. Tanpa mengatakan untaian cinta pun, Acha sudah tahu bahwa Delga begitu menyayanginya, lewat caranya membahagiakan Acha bagaimanapun itu.
Delga pun memilih untuk menyanyikan lagu Die For You. Acha menarik selimut di atas ranjangnya, menatap sang Tuan yang sudah duduk dengan gitar di pangkuannya pada balkon kamar Acha.
Indah, merdu, dan tenang. Acha selalu merasakan itu ketika mendengar Delga bernyanyi.
Definisi hal indah di antara milyaran bintang di angkasa.
Acha menutup matanya sembari mengulum senyum. Sadar bahwa Delga tengah memperhatikannya dengan lekat. Sedangkan lelaki itu tak pernah sekalipun mengalihkan pandangannya dari objek yang tengah bergelung di selimut itu.
"Tidur nyenyak, princess," katanya setelah lagu yang ia bawakan selesai. Dan Acha sudah nampak larut dalam mimpinya.
Sudut bibirnya terangkat dengan sempurna. Melihat Acha yang seperti ini sudah membuatnya damai. Entah bagaimana kehidupannya jika Delga tak bertemu dengan keluarga Gravi. Mungkin ia tak akan sampai pada hari ini, karena dasarnya dia juga seseorang yang lemah jika tak ada penyangganya.
Puas bergelut dengan pikirannya, Delga memutuskan untuk beranjak. Masuk ke dalam kamar Acha, membenarkan letak selimut agar gadis itu tak kedinginan. Kemudian tangannya bergerak untuk mengusap rambut milik Acha.
Gravi tak masalah jika Delga melakukan itu, sebab pria itu tahu bahwa Delga adalah lelaki yang bisa menjaga anak gadisnya dengan baik. Bahkan terkesan tak pernah melampaui batas.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELGARA : LITTLE PROMISE [END]
Teen Fiction[SEQUEL GRAVITASI - BACA GRAVITASI TERLEBIH DAHULU] "Keajaiban tuhan mana yang kamu maksud, Prince? Tuhan aku, atau tuhan kamu?" Jatuh cinta antara dua seniman, gadis pelukis dan seorang pemusik yang misterius, itu terlihat indah. Mengabadikan sekel...