Happy Reading!
><
Hari pertama Acha pindah ke SMA Kalingga disambut hangat oleh inti Revicks. Gravi menepati janjinya untuk mengantar Acha ke sekolah, dengan syarat pria itu tak boleh terlihat di depan publik.
Acha juga meminta Papanya untuk merahasiakan kepindahannya ke sekolah ini. Gadis itu sadar dengan sangat posisi keluarganya, apalagi seorang Atlanta. Acha hanya takut, dia tak mendapatkan teman yang benar-benar tulus kepadanya.
Dengan wajah berbinar, kedua kaki Acha melangkah melewati kerumunan siswa yang juga baru saja datang. Di sudut parkiran sana, ada Inti Revicks yang tengah duduk santai di atas motor mereka masing-masing, dan agaknya tak menyadari kedatangan Acha.
Tak berniat menyapa, Acha memilih untuk pergi ke ruang guru, dia belum tahu dimana letak kelas barunya.
Tok! Tok!
"Permisi," Acha menyapa dengan sopan di depan ruang guru. Hingga guru wanita paruh baya menghampirinya dengan tergesa-gesa.
"Acha ya?" tebak wanita itu dengan ramah. Acha mengangguk canggung, gadis itu mengeratkan cekalan pada ujung ranselnya.
"Perkenalkan, saya Bu Sekar, kebetulan saya juga wali kelas kamu. Mari, Ibu antar ke kelas," ajaknya tepat saat bel tanda masuk berbunyi.
Acha mengikuti langkah Bu Sekar sembari memperhatikan sekitar. Sudah lama, namun bangunan ini rasanya tak berubah semenjak dia melihat buku album SMA milik Papanya.
Suasana kelas XI Science 1 yang semula ramai mendadak senyap ketika Bu Sekar dan Acha masuk.
Puluhan pasang mata itu tak lepas membidik objek cantik di depan sana. Tentu, baru kali ini mereka melihat gadis itu di SMA Kalingga.
"Selamat pagi anak-anak. Hari ini, kita kedatangan murid baru. Silahkan Acha, perkenalkan diri kamu kepada yang lain," ucap Bu Sekar dengan senyum ramah.
Manik hazel itu membidik mencari inti Revicks yang ternyata tak ada di sini. Ah, Gravi benar-benar memisahkan mereka, pria itu khawatir jika Paris, Kei dan Acha disatukan maka akan menciptakan keributan di kelas barunya.
"Hai, gue Achasa Crsytal. Kalian bisa panggil gue Acha, gue pindahan dari Swiss," ucapnya memperkenalkan diri. Tanpa marga Leonidas tentunya, bisa panjang urusan kalau gadis-gadis di sana tahu bahwa dia adalah kembaran dari Atlanta? Si most wanted, putra dari Gravitasi Caesar Leonidas yang terhormat.
"Kiw, nama lo cakep. Tapi kalau gue panggil sayang aja boleh nggak?"
"Euy, pantesan bening. Nama dia aja Crsytal hahaha."
"Geulis pisan atuh Neng!"
"Bismillah, habis lulus langsung gue lamar lo!"
Pekikan heboh itu terdengar dari seluruh penjuru kelas. Dan terhenti ketika Bu Sekar sudah menatap mereka garang.
Wanita itu mempersilahkan Acha untuk duduk di bangku depan, bersebelahan dengan gadis bersurai blonde yang terlihat ramah.
"Hai, Cha? Because lo udah duduk di sini. Boleh kan gue jadi temen lo?" gadis di sampingnya mengulurkan tangan sembari menunjukkan senyum manis.
Acha menoleh, jika dilihat, gadis ini terlihat antusias dengan kehadirannya. "Hm? Boleh kali."
Gadis itu tertawa kecil, melihat wajah Acha yang nampak membingungkan. "Gue Najeya Hazel Demeka. Panggil gue Jeya," ucapnya memperkenalkan diri.
"Gue Acha, senang bisa berteman sama lo," balas Acha ikut terkekeh.
"Ck, santai aja kali. Gue juga nggak punya banyak temen di sini. Temen sebangku gue udah pindah kemarin," curhatnya dengan sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELGARA : LITTLE PROMISE [END]
Fiksi Remaja[SEQUEL GRAVITASI - BACA GRAVITASI TERLEBIH DAHULU] "Keajaiban tuhan mana yang kamu maksud, Prince? Tuhan aku, atau tuhan kamu?" Jatuh cinta antara dua seniman, gadis pelukis dan seorang pemusik yang misterius, itu terlihat indah. Mengabadikan sekel...