21 - Bagaimana Luka Itu Tercipta

5.4K 662 15
                                    

Happy Reading!

><

Delga menambah laju kecepatan motornya saat ia rasa waktu hampir menunjukkan pukul tujuh malam. Baru saja ia berkumpul kembali dengan inti Revicks lama di rumah Gravi, Delga baru teringat jika dia juga mempunyai jadwal latihan bersama anak Starze.

Setelah memarkirkan kendaraan yang ia pakai, lelaki bertubuh jangkung itu segera masuk ke dalam studio musik. Sudah nampak manajernya, Jonathan bersama dengan tiga temannya yang lain.

"Bang Jo, gue telat ya?" tanya Delga tak enak hati.

Jonathan yang masih berfokus pada laptopnya itu hanya menoleh sekilas. "Nggak kok, santai. Gue juga baru dateng," katanya. "Sini, ada beberapa hal yang harus gue perbincangkan sama lo," ajak Jo.

Usia mereka yang terpaut tak cukup jauh membuat Starze tidak terlalu canggung dengan manajernya.

Delga duduk di kursi samping Jonathan, tampak anggota yang lain juga sudah serius ingin mendengarkan obrolan si vokalis itu.

"Tentang lirik lagu baru yang lo tulis itu, udah gue acc dan kita tinggal lanjutin proyeknya," kata Jo. Nampak raut binar senang Delga tunjukkan sebab kerja kerasnya beberapa hari terakhir akhirnya terbayar.

Ia memang sempat menulis lirik lagu yang sudah lama ingin ia luncurkan, namun menunggu instruksi dari sang manajer. Kalimatnya sederhana, hanya berisi untaian penuh kasih yang ia tujukan pada perempuan kesayangannya, gadis yang menemani Delga di hampir sepanjang umurnya.

"Dan lain waktu Pak Gerald pengen ketemu sama lo, sebenarnya bisa aja beliau menyampaikan ini lewat gue, tapi katanya beliau mau ketemu lo secara langsung," ungkap pria berumur sekitar dua puluh lima tahun itu.

"Tumben banget Bang, ada masalah?" tanya Raden khawatir. Sebab tak biasanya Pak Gerald atau kepala agensi di sana ingin membuang waktu hanya untuk menemui anak-anak bandnya.

Jo mengangkat bahu tanda ia tak tahu. "Kita tunggu Pak Gerald pulang dari luar negeri aja, tapi gue rasa ini bukan masalah yang serius," ucap sang manajer menenangkan.

"Biar nggak kemaleman, mendingan kita mulai latihannya sekarang. Ayo!" ajaknya pada keempat lelaki di depannya.

Anggota Starze mengangguk bersamaan, lantas berdiri untuk mengambil posisi masing-masing.

Delga yang hendak berdiri langsung berpegangan pada kursi kala rasa sakit itu kembali menyerang kepalanya, persis seperti apa yang ia rasakan sewaktu bertanding tinju dengan Atlan.

"Delga, lo nggak papa?" Cakra yang melihat Delga kesakitan segera merespon. Sontak pertanyan itu menimbulkan rasa penasaran dari yang lain, tak terkecuali Jo.

"Lo sakit? Mau kita tunda dulu sesi latian kali ini?" tanya Bastian yang langsung menghampiri Delga.

Delga menahan langkah Bastian, mengode lelaki itu agar tetap diam di tempatnya. "Gue nggak papa, cuma pusing dikit," jawabnya menenangkan.

"Delga, wajah lo pucat. Istirahat dulu aja ya? Kita masih punya banyak waktu, lo jangan khawatir." Jo ikut menimpali, memberi saran pada Delga agar beristirahat saja dan melanjutkan lain kali.

"Nggak usah, kita lanjut malam ini. Gue nggak papa serius," kekeuh Delga berusaha baik-baik saja.

Jo dan anggota Starze saling pandang, Delga memang tipikial orang yang keras kepala. Namun di luar itu, dia seringkali mengabaikan kesehatannya. Bukan sekali dua kali Delga datang dengan wajah pucat yang seringkali membuat Jo kasihan. Tapi akhir-akhir ini, lelaki itu juga mudah lelah, terbukti dengan ia yang meminta jam istirahat berkali-kali.

DELGARA : LITTLE PROMISE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang