Bafi

17

22-03-23
25-11-23

Happy Reading<3

•••

Bafi tak melupakan kewajibannya, setelah berbelanja dan selesai pukul 12 siang tadi, Bafi langsung kembali ke rumah mertuanya untuk memastikan keadaan sang istri.

Saat Bafi masuk ke dalam rumah....

"AAAKKKKK!!!!"

BRAK.

BUGH.

AWSS.

DUGH.

Keributan terdengar dari dapur membuat Bafi langsung berlari untuk memeriksa.

Matanya melotot nyaris keluar saat melihat rambut sang istri yang terkena percikan api.

Dengan gesit Bafi mematikan kompor dapur terlebih dahulu lalu menarik sang istri menuju wastafel untuk membasuh rambutnya.

"Kamu gak papa!?" tanpa sadar suara Bafi sedikit menyentak Kia saking khawatirnya.

Demi apapun, ia tak akan pernah memaafkan dirinya jika hal buruk terjadi kepada istrinya.

Bafi juga melihat luka lebam pada punggung tangan sang istri.

Bafi berlalu mengambil tepung lalu menenaburkannya diatas luka lebam tadi.

"Makanan tadi pagi habis?" tanya Bafi masih sedikit tersulut hingga membuat Kia takut.

Kia menggeleng pelan seakan sadar apa yang dilakukan. Bafi langsung tersungkur ke lantai lalu menumpukan tangannya diatas lutut Kia meminta maaf.

"Maaf, maaaaff banget yaaaa? Aku tadi khawatir," jelas Bafi memandang bersalah kearah Kia yang malah diam memperhatikan lukanya seksama.

Bafi meraup wajahnya kasar lalu berdiri hendak membuatkan makanan.

Baru saja hendak membersihkan meja makan dan dapur, tatapan Bafi terhenti pada satu piring berisi bubur ayam pagi tadi dan satu plastik bungkus kemasan roti yang sudah terbuka.

Bafi tersenyum masam, mungkin Kia memang tidak ingin mencoba masakannya.

"Mau kemana?" tanya Kia melihat Bafi yang berjalan keluar dapur.

"Ke depan sebentar."

•••

"Nasi padang sama es tehnya 1 ya pak."
"Siap mas."

Bafi membuka dompetnya yang usang. Disana terdapat 1 lembar uang bewarna biru dan beberapa lembar uang bewarna abu.

Sebenarnya papa mertuanya ingin membuatkan dirinya kartu rekening.

Tapi mengingat Kia yang sudah tak menerima pernikahannya karena uang, ia juga tak mau membuat Kia semakin membencinya, jadi ia terkadang masih meminta ibunya uang. Tak jarang ia juga harus bekerja, entah menjadi guru les dadakan dengan adik kelasnya, ataupun menjadi guru TPQ dan profesi lain sebagainya.