10

23.3K 1.1K 316
                                    

11-02-23
31-10-23

Happy Reading<3

•••

Bafi berdiri dan memegang bagian belakang kepalanya.

Aroma amis dan segarnya warna merah darah miliknya membuat ia pusing.

"LO BRENGSEK BAF! LO COWOK YANG GAK TAU DIRI! UDAH NUMPANG, MASIH AJA BELAGU BIKIN GUE MARAH, BIKIN GUE SAKIT HATI, MAU LO APA HAH!? MAU LO APA!?" Bafi memejamkan matanya sejenak karena Kia sudah berada tepat dihadapan wajahnya hingga banyaknya air liur terciprat dengan tangan yang mencekik bagian kerah bajunya. 

Dilantai bawah, Bintang dan Darel berlari saat mendengar bentakan dan suara pecahan dari kamar sang anak.

Tok...tok...tok...

"Kia ada apa nak?" teriak Bintang dan Kia langsung melepaskan cekikannya.

"Awas kalo sampe Lo ngomong ke Buna!" tekan Kia menunjuk wajah Bafi yang hanya diam.

Telinganya seakan tuli karena terlalu banyak darah yang mengucur hingga membasahi pakaiannya.

Tak mau ketahuan, Bafi langsung pergi ke kamar mandi dan mengguyur bagian kepalanya dengan air dingin mengabaikan rasa sakit dan perihnya itu semua.

Bafi juga membekap mulutnya agar tidak berisik karena Bintang dan Darel sedang berbicara dengan Kia didepan kamar.

"Bafi kemana?" tanya Bintang sedikit mengintip kamar anaknya tetapi dihalangi oleh Kia.

"Bafi lagi ganti Bun," alibi Kia membuat Bintang tersenyum menggoda.

"Habis ngapain hayo…." Goda Bintang dan Kia berekspresi pura-pura marah lalu mengajak kedua orang tuanya turun dengan alasan lapar.

Bafi keluar dari kamar mandi, dia duduk di sofa dan membuka handphonenya untuk memeriksa apakah ada klinik yang masih buka, atau ia harus pergi besok sepulang sekolah? Tapi darah ini terus mengucur tak ada tanda ingin berhenti.

Pintu kamar ditutup dan Kia masuk menatap Bafi yang memegang belakang kepalanya.

"Lebay," desis Kia lalu merangkak naik keatas ranjang.

Bafi diam tak bersuara dengan tangan yang terus mengusap darahnya menggunakan tisu.

Setelah dirasa darah tidak mengucur kembali, akhirnya Bafi beranjak mengambil jaket lalu keluar menuju rumahnya untuk merawat dirinya. Sendiri.

•••

Ibu Zulaiha alias ibunya Bafi terbangun saat mendengar ringisan seseorang di ruang tamu. Dengan takut dan perlahan tapi pasti ibu Zulaiha menuju ke ruang tamu dan menyalakan lampunya.

“Bafi?" kaget ibu Zulaiha dan langsung mengambil duduk disamping anaknya ini yang menunduk terlihat kesusahan untuk mengobati luka dibelakang kepalanya.

"Ini kenapa? Kok bisa!?" pekik ibu Zulaiha saat melihat goresan memanjang dan benjolan pada belakang kepala sang anak.

"Tadi habis main sama temen," bohong Bafi.

BafiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang