30

13K 1.1K 940
                                    

27-06-23
31-12-23

Happy Reading

•••

DEG.

PYARRR....

Bertepatan dengan selesainya penjelasan Gavin, gelas yang dipegang Kia jatuh dengan hati dan jantung bergemuruh.

"J-jadi Bafi?"

"Iya, sumpah bub aku gak tahan lagi lihatnya, bayangin deh. Yang bikin bayinya aku, yang-

"Tapi kenapa dulu kamu pergi ninggalin aku!?" Emosi Kia mulai tersulut saat Gavin mejelaskan dengan gampangnya.

Ini bukan tentang bayi Gavin maupun bayi Bafi nantinya. Tapi ini mengenai hati Bati yang sudah rela berkorban sejak awal hingga sekarang tanpa rasa takut dan lelah.

"DARI DULU KAMU GAK PERNAH MAU ANAK INI LAHIR KAN!? KAMU SELALU PAKSA AKU BUAT GUGURIN JANIN INI! SELALU MURKA KALAU AKU MINTA TANGGUNG JAWAB DARI KAMU! DAN SEKARANG? DENGAN SEENAKNYA KAMU BILANG KALAU KAMU CEMBURU DAN IRI SAMA BAFI? SOSOK PRIA YANG DARI AWAL SELALU ADA SETELAH KAMU MENGHILANG!? Stress kamu Gav!" Bentak Kia dengan nafasnya yang terus naik turun tak mempedulikan keselamatan bayinya.

"Sshhh aduh" Gavin yang tadinya juga ingin ikut emosi, terurung saat melihat banyaknya cairan merembes dari rok Kia.

Tak berpikir lama Gavin langsung menggendong Kia dan mencari taxi membawanya menuju rumah sakit terdekat untuk mendapat pertolongan.

•••

Langkah Bafi yang tadinya berlari jadi terhenti saat melihat pria bernama Gavin duduk didepan ruang IGD.

Tersenyum segaris, tubuh Bafi berbalik dan menjauh dari sana menuju tempat dimana dirinya bisa menemukan ketenangan.

"Tuhan, kalau memang jalan kehidupan kami berakhir disini, tolong hilangkan juga perasaan ini"

•••

"Untung mas nya cepat membawa kemari, saat ini kondisi janin masih lemah, mungkin ibunya terlalu banyak pikiran, jadi tolong diusahakan jauh-jauh dari pikiran negatif yang bisa mempengaruhi kondisi janin kedepannya. Untuk kamar inap sebentar lagi akan kami informasikan"

"Baik sus, terimakasih" jawab Gavin dan langsung membuka pintu IGD dimana Kia terbaring lemah disana.

"Kia" Lirih Gavin menyentuh tangan putih itu dan menciumnya lama.

"Kamu harus janji sama aku buat hidup bareng, aku juga bakal janji untuk-

"Baf" Gavin menoleh dengan kilatan mata tak suka saat Kia mengigau menyebut nama pria lain, sedangkan dia masih berada disana dan ingin mengeluarkan kata bijak lainnya untuk menarik hati Kia.

"B-Bafi mana?" Tanya Kia pelan dan melihat ke seluruh, tidak ada tanda-tanda Bafi disini.

"Ayo minum dulu" alibi Gavin dengan menyodorkan segelas air dan diterima oleh Kia karena memang merasa haus.

"Anakku gak papa kan Vin?"

"Anak kita. Iya dia baik-baik aja kok. Kan ayahnya kuat" gurau Gavin tetap tak masuk di perasaan Kia kerena sedari tadi pikirannya menuju pada Bafi.

Bagaimana dengan Bafi? Apakah Bafi bisa tetap menerima dirinya dan sang anak? Bagaimana jika Bafi menceraikannya? Bayang-bayang menakutkan itu membuat Kia menangis sedih.

"Hiks.... Mau sama B--Bafi" tangis Kia sesegukan.

"Bub kamu apa-apaan sih? Udah ada aku disini! Bafi juga paling males ketemu sama kamu. Tanggung jawab dia udah selesai, kam-

BafiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang