Salmon Goreng

9.7K 450 15
                                    

"Ini beneran salmon goreng, Mi?" Syarla yang baru saja tiba di meja makan terkejut melihat daging salmon yang telah dibumbui terhidang dengan aroma sedap menguar.

"Itu maunya Papimu kan?" sahut Salma dari arah dapur yang sedang menyiapkan minuman hangat untuk melengkapi menu sarapan pagi mereka.

"Ya salmon kan ikan, bisa digoreng, enggak apa-apa goreng aja." Rony yang telah menggunakan pakaian rapi kemeja dengan blezer turut bergabung ke meja makan bersama keluarga kecilnya.

"Kurang sehat tapi Pi kalau salmon digoreng, nanti bisa bikin kandungan omega tiganya rusak, lebih baik diolah pake cara lain." Nabila si bungsu turut bergabung dari arah dapur sambil membawa dua gelas cairan putih yang kemudian salah satunya diberikan pada Syarla.

Syarla meraih segelas susu yang dibawa oleh Nabila dan meneguknya sedikit, "lebih segar salmon mentah kayak di sushi itu loh Mi, dagingnya manis."

Mendengar perdebatan di meja, Salma berkacak pinggang, "kalau enggak mau, enggak usah makan. Sana-sana pada langsung berangkat saja!"

Melihat Salma yang terpancing amarah, bukannya takut, kedua anaknya justru tampak menahan tawa, sementara Rony telah meledakkan tawa.

"Poin kemarahan hari ini tercatat satu pukul 06.15," ledek Rony membuat laki-laki itu seketika mendapat pukulan ringan dari celemek yang baru saja Salma lepaskan dari tubuhnya.

Keputusan Rony dan Salma untuk menyetujui permintaan Neyl ternyata tidak terlalu buruk sebab rumah ini selalu dipenuhi tawa dan canda, seperti embun yang menyejukkan di pagi hari. Kehangatan keluarga kecil ini juga menyejukkan hati.

Sarapan pagi mereka berhenti ketika Syarla baru merasakan satu gigitan salmon, "ini bukan salmon goreng."

Ternyata obrolan tentang salmon goreng tidak berhenti di sana, apalagi ketika Nabila menyetujui apa yang disampaikan kakaknya.

"Ini dipanggang ya Mi?" tanya Nabila sambil menyuap beberapa kali salmon yang terasa pas dengan lidahnya.

"Nah, lanjutin makannya. Kalian itu bukan juri master chef yang harus nilai atau mengidentifikasi makanan. Makan aja udah kayak Papi kalian tuh."

"Jangan lupa bagi resepnya ya Mi, ini enak buanget!" ungkap Syarla dengan mata berbinar. Perihal makanan, kepedulian Syarla naik menjadi dua kali lipat.

"Sudah tertulis di buku resep keluarga, silahkan dipelajari, nanti kalau pada pengen masak ini, kamu yang bikin ya Syarla."

Sementara itu Rony memilih tidak terlibat dengan perbincangan mereka, karena lebih fokus pada salmon, salah satu jenis ikan yang disukainya.

Membiarkan istri dan dua anak perempuannya berdiskusi masalah dapur, karena jika mereka masak sesuatu yang enak, keuntungan juga berada dipihaknya.

Ketika piring telah kehilangan beban beratnya dan gelas-gelas juga sudah kehilangan cairan yang memenuhinya tadi, Syarla dan Nabila bekerja sama untuk membersihkan alat makan sebelum berangkat sekolah.

0_0

Kendaraan roda empat masih terpakir di halaman sekolah Syarla dan Nabila, karena dua gadis itu baru saja memasuki gedung sekolah.

Rony segera melajukan mobil dengan Salma di sampingnya yang tengah mengecek sesuatu pada benda elektronik berbentuk persegi empat.

"Mamak Novia kenapa di bandara, Ron?" tanya Salma kepada Rony yang kini tengah serius mengemudi.

"Sama bapak?"

"Enggak. Bentar, captionnya di foto, menunggu anak laki-laki ku pulang." Salma menatap Rony dari samping, kemudian bertanya, "Lu punya adik Ron?"

Pengaturan bahasa ketika mereka hanya berdua saja, telah diubah. Berbeda ketika mereka bersama Syarla dan Nabila.

"Sejak kapan gua punya adik?"

"Ya siapa tahu, disembunyikan di luar negeri? karena takut lu kasih pengaruh buruk kalau dia di sini?"

"Hidup gua bukan sinetron Sal."

Meskipun sudah mengelak apa yang dikatakan Salma, Rony tiba-tiba mengingat sesuatu.

"Perasaan gua mendadak nggak enak, ada yang bakal datang, tapi bukan adik gua, tapi disayang Mamak."

"Oh ya, siapa? saudara sepupu?"

"Anak laki-laki Mamak," balas Rony datar tetap dengan fokus ke depan.

"Kembaran lu?"

"Kayaknya bukan perhatian Mamak aja deh yang bakal direbut, perhatian lu juga Sal."

"Siapa sih Ron? jangan bikin gua penasaran deh."

"Siapa lagi kalau bukan-----"

"PAUL?" suara Rony dan Salma bersamaan menyebutkan satu nama.

Salma tertawa lebar, sementara Rony menghela napas.

Paul adalah sahabat dekat mereka yang bahkan sudah dianggap anak oleh Novia, seperti Rony yang merupakan anak kandungnya sendiri.

"Mamak kayaknya sayang banget sih sama Paul, sampai dijemput ke Bandara segala," tutur Salma.

Rony menggeleng, "Itu Paulnya yang manja."

Salma tertawa mendengar tanggapan Rony, kemudian menyalakan pemutar musik, dan  lagu Goo Goo Dolls menjadi pengisi suasana. Rony dan Salma menyanyikan bersama seperti sedang melakukan karaoke di dalam mobil.

Kebisingan di dalam mobil ini lebih nikmat dinikmati dibandingkan kebisingan di luar, yaitu senandung bunyi tin di tengah kemacetan.

🍣🍣🍣

Terima kasih untuk teman-teman yang sudah membaca. Boleh bagikan kesan membaca cerita ini di komentar ya 🙌




Mencoba Mencari Celah dalam Hatimu (MMCDH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang