Kita Bisa

4.7K 263 14
                                    

"Morning everyone!" sapa Paul memasuki rumah Salma dengan pakaian kasual, atasan jas berwarna paduan hitam abu-abu.

Keluarga kecil Rony yang baru saja menyelesaikan ritual pengisian perut di pagi hari tampak terkejut dengan kehadiran tamu tak diundang.

"Om Paul kenapa kesini?" tanya Nabila yang kini sudah mulai dekat dengan teman Papanya itu. 

Latihan intens untuk penampilan hari ini selama satu hari kemarin, cukup untuk membuat dua orang dengan usia terpaut jauh itu menjadi lebih akrab.

"Hai Nabila." Paul lebih memilih untuk menyapa Nabila terlebih dahulu dibandingkan menjawab langsung pertanyaan.

"Aku ke sini? ya jelas buat jemput kamu dong," terang Paul setelah Nabila mengangkat tangan menjawab sapaannya.

"Dih... aku kamu," respon Rony dengan suara seperti di-slow motion yang kini telah memundurkan kursi dan meraih jas yang ia letakkan di sofa.

Rony mengibaskan jas setelah dikenakan di tubuh, "Padahal Papinya Nabila masih bisa nganter ke sekolah loh. Enggak perlu dijemput segala Nabilanya."

"Biar enak aja kalau berangkat bersama gitu," kilah Paul. "Lagian lu kayaknya mau pergi ke acara penting?"

"Iya Paul, ada pertemuan penting, mau kerja dia. Lu udah sarapan?" kali ini Salma yang menyahut.

Perempuan itu juga sudah dibalut dress warna hitam anggun, pernik emas yang kontras dengan warna hitam menegaskan kemewahan.

"Udah, tadi Mamak masak enak," ucap Paul sambil melirik ke arah Rony. 

Niat hati menyombongkan diri, tetapi gagal karena melihat Salma yang berjalan dari arah dapur.

"Bentar-bentar Ini yang mau duet, gua sama Nabila, atau kalian? Mewah amat kayak mau kondangan," komentar Paul salah fokus pada outfit  yang dikenakan Salma.

Pasalnya style Salma sehari-hari lebih sering menggunakan setelan jas dan celana kain dibandingkan dress, menyembunyikan kesan anggun dari seorang Salma. 

Keanggunan yang  tidak sering ditampakkan, tetapi sekalinya terlihat, akan menyilaukan mata.

"Emang kita mau kondangan," balas Salma yang membantu Nabila membawa sisa alat makan.

Paul mengangguk menanggapi, kemudian menyapu pandang sekitar seakan mencari seseorang.

"Syarla mana?" 

"Udah berangkat, ada bimbingan buat lanjut sekolah. Jadi biar nanti bisa menikmati acara juga, jadwal bimbingan dimulai lebih awal," jelas Salma lagi.

Ujung dress Salma bergerak ringan mengikuti gerakan kakinya yang kini melangkah menuju tas dengan jenis shopper bag.

"Kalau Nabila udah sama lu, gua sama Rony langsung meluncur ke tujuan kita aja ya," ucap Salma.

Perempuan itu lantas mendekat ke arah Nabila, kemudian memegang dua pundak anak gadisnya sambil berbisik, "sukses untuk hari ini, sayang. Mami yakin kamu akan melakukan yang terbaik."

Nabila meraih tubuh Salma dan memeluknya erat. "Mami sama Papi nanti datang ke sekolah?" tanya Nabila penuh harap.

Salma yang mengetahui binar di mata anak bungsunya tersebut, jelas tidak ingin membuatnya redup. 

"Mami dan Papi usahakan untuk datang, ya," balas Salma dengan menepuk punggung Nabila berulang kali.

"Jagoan Papi pasti keren, nikmati penampilannya ya sayang, anggap ini konser kamu," bisik Rony tepat di telinga Nabila yang entah sejak kapan sudah berada di dekat anak dan istrinya.

Mencoba Mencari Celah dalam Hatimu (MMCDH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang