Surat Cinta untuk Syarla

3.7K 311 54
                                    

"Gua gak tahu Sal." Rony merenggangkan pelukannya kepada Salma.

"Siapa Papa Anggis, Ron?!"

"Beneran gua gak tahu Sal. Lu kan tahu sendiri, kalau kita kenal Anggis setelah Flora pulang dari Singapura."

"Sekali lagi gua tanya, SIAPA PAPA ANGGIS RON?" suara Salma yang sebelumnya lirih kini meninggi, memenuhi setiap sudut kosong ruang tamu.

Rony mengusap wajahnya gusar, jawaban dia tidak membuat Salma menghentikan pertanyaan.

"Demi Tuhan gua enggak tahu Sal." Kembali mendengar jawaban yang sama, Salma langsung bangkit dari duduknya.

Mengabaikan rasa sakit karena tubuhnya yang dihempas ke lantai oleh Flora.

"Jangan bawa-bawa Tuhan di atas kebohongan. Mending lu jujur sama gua Ron, daripada gua tahu dari orang lain," tukas Salma, membuat Rony segera menyusul untuk bangkit.

"Apa maksudnya tahu dari orang lain?"

"Ya tahu siapa Papa Anggis sebenarnya, Rony."

Rony menghela napas. "Ya bagus kalau ada yang ngasih tahu, toh gua juga enggak tahu."

"Ron..." panggil Salma seakan ingin mengatakan sesuatu tetapi ragu.

"Lu bukan Papanya Anggis, kan?" tanya Salma akhirnya setelah memberanikan diri menyampaikan kegelisahan hatinya.

Rony terbelalak mendengar pertanyaan yang meluncur dari bibir Salma, sambil menganga sepersekian detik, membuat Salma sedikit gelisah karena takut Rony marah, menit kemudian Rony justru terbahak-bahak.

"Lu habis baca wattpad... atau nonton drakor... atau lihat sinetron? Aneh banget pertanyaannya," tukas Rony di antara tawanya.

"Ron, gua serius nanya."

"Gua juga serius jawab, Sal. Tapi pertanyaan lu tuh, enggak masuk ke otak gua."

Salma melipat wajah, sekali lagi ia tidak dapat menemukan keseriusan dari wajah sang suami, padahal kepalanya sudah hampir meledak memikirkan apa yang ditanyakan tadi.

"Kalau lu belum kasih tahu gua siapa Papanya Anggis, gua gak mau ngomong sama lu," tandas Salma yang mulai melangkah menuju kamarnya.

Rony memutar mata malas, ia tahu betul, ancaman Salma di saat marah seringkali menjadi kenyataan yang harus dia terima. 

Itu berarti Rony harus menerima Salma akan diam dalam jangka waktu lama.

Dengan tidak mengingingkan hal itu, Rony berlari menyusul Salma untuk bernegosiasi.

"Jangan diemin gua dong Sal. Gua kan udah jujur bilang gak tahu. Kalau lu penasan banget, entar gua hubungi Flora deh tanya siapa Papanya Anggis, itu juga kalau lu izinin."

Kalimat panjang Rony berhasil menghentikan langkah Salma.

"Hubungi Flora buat cari tahu atau sekongkol buat nutupin kebenaran dari gua?"

"Aduh salah lagi." Rony berucap pelan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ingat ya Ron! kita bakal puasa ngomong sebelum gua tahu kebenarannya."

Salma yang hendak melanjutkan langkah ke kamar, justru berbalik ke ruang tamu karena mendengar bunyi pintu diketuk.

Rony diam, memilih berdiri di tempat sambil mengintip siapa tamu yang datang di saat yang tidak tepat ini.

"Diman?" suara Salma yang terdengar dikeraskan sambil membuka pintu rumah.

"Masuk Dim." 

Seorang laki-laki yang suaranya sempat terdengar pada panggilan istrinya pagi kemarin, hingga membuat Rony kalang kabut mencari keberadaan istrinya dengan dalih memberikan charger ponsel, justru malah ditemuinya di rumah.

Mencoba Mencari Celah dalam Hatimu (MMCDH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang