Jemari dan Pena

3.7K 262 20
                                    

Di tengah obrolan mereka, ponsel milik Salma bergetar, menampilkan sebuah pesan masuk dari sebuah kontak yang diberi nama 'Mamakku Sayang'.

[Salma, kau lagi di luar kah? nanti pulang ke rumah Mamak ya, ada suatu hal penting!]

Salma terdiam cukup lama ketika membaca pesan yang dikirim oleh Mamak Novia. Pasalnya belum pernah Novia mengirim pesan dengan tanda seru dan suatu hal penting.

"Ron," panggil Salma dengan lirih tak mau mengganggu obrolan seru antara Anggis dan anak-anak.

Belum sempat Salma menunjukkan pesan Mamak, suara Bang Josse menginterupsi mereka.

"Wah, suatu kehormatan, bidadari yang pergi ke khayangan telah kembali pulang. Apa kedatangan anda ingin menyampaikan sesuatu melalui lagu?"

Tatapan Bang Josse yang mengarah ke meja Rony dan Salma, seakan menjadikan meja keduanya di sorot. 

Kali ini bukan tentang Rony dan Salma, tetapi tentang perempuan cantik yang juga duduk di sana, sebut saja mama Anggis.

"Boleh ngasih lagu?" tanya perempuan itu melalui gerakan bibir.

"Tentu saja boleh, please welcome.... bidadari bergaun bunga-bunga," ucap Bang Josse membuat gemuruh tepuk tangan mengantarkan perempuan itu berjalan dengan anggun menuju ke depan panggung.

Anggis, Syarla, dan Nabila segera mengekor kepergian perempuan itu, bukan untuk ikut ke atas panggung, melainkan kembali ke meja mereka yang paling depan.

Sejenak Rony terpana, ekor matanya pun turut menemani langkah perempuan itu menuju panggung.

Bahkan Salma yang perempuan juga tersihir oleh keanggunan yang dimiliki perempuan itu.

Ketika suaranya yang lembut mulai menyusup ke gendang telinga setiap pengunjung, Salma dan Rony kembali tersadar, bahwa ada suatu hal yang sempat terhenti.

"Tadi gimana Sal? Kenapa?" tanya Rony sudah kembali melihat ke arah ponsel Salma yang kini telah berlayar gelap.

"Wededeh, terpesona lu ya sama dia? gagal move on nih bang?" ledek Salma, suasana kembali tenang ketika meja ini tersisa mereka berdua.

"Jangan mancing, entar nangis," tukas Rony balas meledek, tentu dengan tawa kecil di akhirnya.

Salma hanya berdecak menanggapi.

"Tadi Mamak kirim pesan, pulang dari sini, kita suruh ke rumah Mamak." Salma mengalihkan pembicaraan, kembali menjawab pertanyaan Rony di awal.

"Ini udah malem Sal, Mamak bukannya udah istirahat jam segini?" tanya Rony sambil melirik arloji yang menunjukkan pukul sembilan malam.

"Gak tahu gua Ron, nih baca sendiri," tutur Salma sambil menyerahkan ponselnya ke arah Rony.

Seperti ekspresi Salma ketika membaca pesan pertama kali, Rony juga tampak kebingungan membaca pesan dari Mamak.

"Aneh deh Sal. Kita balik sekarang aja yuk," Rony segera berkemas, kemudian berjalan menuju meja Nabila dan Syarla untuk mengajak kedua putrinya pulang.

Sementara Salma memasukkan ponsel dan beberapa barang yang tadi dia keluarkan.

Ajakan Rony yang mendadak untuk pulang, membuat suara merdu di depan panggung seperti angin lalu.

Hingga ketika Salma menyusul Rony ke bangku anak-anak, langkah Salma sempat berhenti sejenak, ketika lirik lagu yang dibawakan oleh perempuan itu terasa menusuk ulu hati.

"Bila cinta tak lagi untukku..."

"Bila hati tak lagi padaku..."

"Mengapa harus dia yang merebut dirimu..."

Salma yang membeku beberapa menit, kembali tersadar ketika Rony menarik tangannya.

"Ayo Sal, yee malah ngelamun," ucap Rony begitu Salma tersadar dari lamunannya.

Nabila dan Syarla berjalan cepat di depan, membuat Salma dan Rony mengikuti tempo lari mereka.

Ketika sampai di tempat parkir, ketiga bidadari Rony memasuki mobil dengan segera, sementara Rony yang sebelumnya membuka pintu, kembali menutupnya.

Seperti ada seseorang yang menahan Rony, karena terdengar suara berbincang.

Tidak butuh waktu lama, seorang laki-laki tampak berjalan melewati mobil mereka bersamaan dengan Rony yang masuk ke dalam.

Punggung laki-laki itu tampak tidak asing oleh pandangan Salma yang tidak sengaja melihatnya.

"Dia datang juga." Kalimat pertama yang Rony ucapkan ketika memasuki mobil.

Salma hanya diam tidak berkenan menanggapi.

"Mau sepi atau ramai?" tanya Rony sambil berbalik menatap bangku penumpang yang telah dihuni oleh dua putrinya.

"Ramai," jawab Syarla dan Nabila serentak. Mereka tahu betul kode apa yang ditanyakan oleh Papi mereka.

Sedetik kemudian, pemutar musik dinyalakan, suara merdu tanpa diiringi alunan musik menjadi pembuka, mulai memenuhi mobil, bersamaan dengan itu mobil yang dikendarai Rony mulai keluar dari barisan tempat parkir.

"Tak segampang itu...."

"Ku mencari penggantimu..."

"Tak segampang itu.. ku menemukan sosok seperti dirimu...."

Alunan musik merangkak masuk kemudian, membuat Nabila dan Syarla menjadi histeris, seakan keduanya sedang menonton konser.

"Suara idolaku ini," ungkap Syarla dengan tawa kecil sambil melirik Salma.

"Suara Mamiku ini, kerennya tidak perlu diragukan," ujar Nabila tidak mau kalah.

"Mami kalian emang 1345678910." Rony turut bersuara, tidak mau kalah dengan kedua putrinya.

"Kenapa tuh Pi?" balas Syarla dan Nabila bersamaan.

"Tak ada duanya." Kalimat singkat Rony berhasil membuat gelak tawa di kursi penumpang, sementara Salma reflek menutup wajah dengan tangan.

Setelah mampu mengondisikan mimik wajah yang sangat kentara kalau sedang salting, Salma akhirnya menanggapi dengan mode cool-nya, "kalian lebay."

Rony memang paling tahu, bahwa hawa tidak nyaman ketika dia mengatakan kehadiran seseorang yang berhasil mengubah mood Salma, memang harus segera dialihkan.

Beruntung ia memiliki Syarla dan Nabila yang kini sudah bisa mendukungnya untuk mengembalikan mood Salma.

Edisi karoke di dalam mobil yang menjadi ciri khas keluarga ini, menjadikan perjalanan ke rumah Mamak tidak membosankan.

Apalagi playlist pemutar musik berisi lagu-lagu yang mereka pernah bawakan, nuansa nostalgia kadang mampir sekilas. 

Hingga menjadi penyebab jemari dan pena yang membuat puisi seindah Syarla dan Nabila saling pandang dan tersenyum tipis.

Ketika memasuki jalan menuju rumah Mamak, Rony mulai menghentikan aksi turut menanyinya.

Membiarkan suara Syarla dan Nabila yang mendominasi.

Apalagi ketika melihat pelataran rumah Mamak penuh dengan barisan motor, seakan ada serbuan geng motor.

Sebelum turun dari mobil, Salma menahan lengan Rony sejenak, pemutar musik juga sudah terhenti entah sejak kapan.

Atmosfir aneh menyelimuti penghuni mobil, Syarla dan Nabila juga saling tatap.

Tatapan penuh pertanyaan yang dilontarkan oleh Salma, segera dijawab dengan mengendikkan bahu oleh Rony.

Pertanyaan yang memenuhi otak, akhirnya ditransfer melalui pertanyaan yang diajukan oleh Syarla, "Mi.. Pi.. Mamak dan Bapak baik-baik saja, kan?"

🍣🍣🍣

Selamat siang warga salmon, eh wkwk
Sebelumnya mau minta maaf karena kemarin enggak update 🙏

Jadi, siang ini aku bawakan salmon satu paket dengan anak-anaknya ya😅

Terima kasih untuk yang setia menunggu kelanjutan ceritanya, dan selamat membaca ❣️🍣



Mencoba Mencari Celah dalam Hatimu (MMCDH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang