Drama Pagi Ini

4K 263 27
                                    

"Ku titipkan Salma padamu Ron," bisik Mamak Novia yang sudah siap dengan jaket kulitnya.

Fajar belum juga muncul, masih bergumul dengan selimut mendung. Si bola api masih terlelap, membiarkan bumi tempat keluarga Rony tinggal tertutup embun.

"Ini bener berangkat sekarang, Pak? Matahari saja belum tampak," tanya Rony pada Bapak Neyl, dengan dirinya yang masih dalam pelukan Mamak.

Salma mematung di bingkai pintu, langkahnya melepas kepergian Mamak Novia terasa kaku.

Melihat hal itu, Novia melepas pelukan dari Rony dan berjalan mendekati Salma.

"Jangan pernah merasa kesepian ya, Salma sayang," tutur Mamak Novia dengan tangan terlentang siap untuk disambut pelukan Salma.

Tetapi Salma tidak menanggapi, ia bagaikan manekin yang tidak merespon apapun.

Tanpa mengatakan banyak hal, Novia segera meraih tubuh menantu yang sudah seperti anaknya sendiri. Membiarkan butiran hangat yang berasal dari penampungan air mata tidak mampu lagi menahannya.

Salma kembali menangis, tanpa suara.

Sebagaimana keheningan embun yang menyapa dedaunan tanpa terdengar bunyi air hujan.

Air mata alam yang begitu menyejukkan, tertuang tanpa deras dan menakutkan, mampu menyisakan kesegaran, kelegaan, persis seperti air mata manusia yang jatuh tanpa isakkan.

"Mami... Kak Syarla enggak mau bangun." Rengekkan Nabila membuat Salma segera melepas pelukan Novia, tentu dengan mengusap air mata yang tersisa di pipinya.

Nabila dengan piyama bermotif ayam, sedang berjalan ke depan sambil memeluk boneka ayam kesayangannnya.

"Gak papa... mungkin Kak Syarla kecapean," tutur Salma menenangkan. 

"Cucu kecilnya Mamak Novia, jangan sedih ya. Biarkan saja Kak Syarla tidur, kasihan kalau dipaksa bangun," Novia turut menenangkan cucunya.

Belum sempat mengutarakan banyak pesan, Bapak Neyl segera memanggil Novia untuk segera menuju ke motor.

Sedetik kemudian iring-iringan motor menyusuri jalanan rumah Mamak, meninggalkan pelataran rumah, menyisakan asap sebelum akhirnya barisan motor itu menghilang dari pandangan orang-orang di rumah ini.

0_0

"AAAAAAA!"

Salma yang sedang menyiapkan makanan terkesiap mendengar teriakkan dari arah kamar anak-anaknya.

Tidak jauh berbeda dengan Rony dan Paul yang sedang bermain bulu tangkis di halaman rumah.

Raket yang kedua orang itu pegang, dilempar sembarangan.

"Ada apa Syarla?" pekik Salma yang sudah berdiri di ambang pintu bersama boneka pinguin kesayangannya.

"Mamak Novia sudah pergi, Syarla enggak tahu," ungkap Syarla di antara tangisannya. 

Dengan segera Syarla bangkit dari tempat tidurnya, beranjak meraih pigura di nakas dan memeluk foto mamak, sambil berujar, "Syarla minta maaf ya Mamak, Syarla minta maaf karena enggak bisa bangun buat ngantar kepergian Mamak."

Tiga orang dewasa yang berdiri di depan pintu saling pandang, khususnya Salma dan Rony yang pada akhirnya geleng-geleng kepala melihat tingkah anak sulungnya itu.

"Udah Syar. Enggak usah nangis bombay gitu, sini bantu Mami nyiapin sarapan pagi," tutur Salma yang kini sudah memasuki kamar.

"Mami kenapa enggak bangunin Syarla sih?" gerutu Syarla, dalam sedetik saja, air mata dan isak tangis di dalamnya seketika sirna.

"Mami tadi udah bangunin kamu, tapi kamu aja yang enggak bangun." Salma berusaha mengatakan hal yang biasa ibu-ibu katakan ketika anaknya protes tidak dibangunkan.

"Iya Kak, Mami udah bangunin Kak Syarla, Nabila juga udah bangunin Kakak." Nabila turut mengamini kalimat Maminya, dengan masih berdiri di dekat meja. 

Jika dilihat dari ponsel yang berada di depannya, anak bungsu Papi Rony dan Mami Salma sedang olahraga mengikuti gerakan video tiktok.

"Diam Nab! Kamu pasti mau pamer karena bisa bangun lebih awal dari aku kan?" 

Rony berjalan mendekat, "duduk Syarla. Sekarang Papi tanya siapa yang bikin kamu gak bisa bangun pagi?"

Semua terdiam, mencerna pertanyaan Rony yang tidak tahu akan dibawa kemana.

Nabila yang memiliki ikatan batin kuat dengan Papinya segera berkomentar, "boneka pinguin Kak Syarla, Pi."

"Bisa kasih boneka pinguin ke Papi?" tanya Rony dengan lembut.

Dengan kebingungan, Syarla menurut, segera melepas boneka pinguin di pelukannya dan menyerahkan ke Rony.

Setelah menerima boneka pinguin itu, pada awalnya Rony mengusap lembut, sebelum akhirnya, sebuah kata-kata yang tidak pernah diduga akan lolos dari bibirnya begitu saja.

"Biar ku bakar boneka ini," tukas Rony sambil membanting boneka itu ke kasur.

"Pagi-pagi sudah pada drama, kalian mau jadi artis, ha?" tanya Rony yang sudah tersulut emosi, meski tampak marah laki-laki itu masih berkata dengan lembut, hanya penuh tekanan.

"Sorry Pi, bukannya Papi sama Mami udah jadi artis ya?" celetuk Nabila dengan polosnya.

Mendengar hal itu Salma tertawa, memang sepertinya amarah tidak bisa menguasai keluarga ini. 

"Ma.. gosong Ma.." teriakkan Paul berhasil menghentikan tawa Salma.

Segera ia menuju dapur, dilihatnya menu sarapan pagi mereka mulai menghitam dengan sedikit asap dan bau yang menyengat.

0_0

"Ada hikmah dalam setiap kejadian dan hikmah kejadian pagi ini di rumah adalah kita sarapan di luar," ucap Syarla yang sudah berjalan lebih dulu menuju sebuah tempat makan yang sudah buka sejak pagi.

Antusias Syarla yang didukung dengan senyum sumringah di wajah Nabila berbanding terbalik dengan air muka Rony yang baru saja keluar dari mobil.

"Untung aku sayang anak-anak ku," lirih Rony yang segera mengekor keluarga kecilnya.

"Kita ambil bangku ujung ya Mi," teriak Syarla masih dengan semangat yang menggebu.

Tetapi sedetik kemudian langkah Syarla terdiam, membuat Nabila, Salma, dan Paul yang menyusul di belakang juga turut menghentikan langkah.

"Jadi sudah pada pesan makanan?" tanya Rony begitu sampai di dalam, sebelum akhirnya menyadari bahwa keluarganya tengah membeku di tempat.

Pemandangan di depan sana membuat Rony menyadari suatu hal.

Seorang laki-laki tengah menyantap sarapan paginya dengan seorang perempuan.

Ketika berbalik, laki-laki itu mengukir senyumnya, "Hai Salma..." sapanya ramah.

".. dan keluarga," imbuhnya.

Melihat kecanggungan yang terjadi, Rony segera mengambil alih suasana.

"Hai, Vin. Apa kabar?" sapa Rony segera menjabat tangan Alvin.

"Gua sehat. Kalian juga?" balas Alvin sambil mengukir senyum manis di wajahnya.

Sambil melirik perempuan yang duduk di meja yang sama dengan Alvin, Syarla segera melenggang, tidak memerdulikan basa basi antara Alvin dan Papinya.

Semangat yang menggebu seketika surut bersama nafsu makan yang mendadak menghilang.

Perbicangan Alvin dan Rony semakin panjang ketika Paul dan Salma turut serta di sana.

Sementara Nabila segera menyusul Syarla, seakan memahami datangnya mendung yang menyelimuti perasaan sang Kakak.

🍣🍣🍣

Selamat pagi teman-teman, maaf ya baru update🙏
Segala bentuk protes melalui komentar saya terima😅
Terima kasih yang sudah mendukung dan menunggu cerita ini💞

Salam damai dan spontan✌️😁
Happy Reading 🥳






Mencoba Mencari Celah dalam Hatimu (MMCDH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang