Kejujuran

4.1K 380 32
                                    

Keributan semakin menjadi-jadi karena kehadiran sosok yang juga masuk dalam pemberitaan tiba di rumah Rony.

Tidak lama kemudian, mobil Rony dan Salma juga turut menyusul di belakang, bersama kawanan motor geng Bapak Neyl yang masih tersisa di Jakarta.

Kepungan wartawan bisa dikondisikan dengan adanya geng motor tersebut, sementara Salma dan Rony segera memasuki rumah.

Rony terdiam sebentar, melihat kehadiran seseorang yang sudah berdiri di depan rumahnya.

Ditariknya sudut bibir hingga dapat terbit senyum merekah, lalu merangkul orang tersebut untuk ikut serta masuk ke dalam rumah.

"Gua mau tanggung jawab," ucap seseorang yang mendadak muncul di rumah Rony dan kini sedang duduk di samping pemilik rumah.

Paul turut menyusul, mengisi sofa kosong yang masih tersisa.

Dengan beberapa kali tetap melirik ke arah Nabila yang kini tengah dipeluk oleh Salma.

"Tanggung jawab buat apa, Diman?" tanya Rony yang tidak mengerti apa maksud dari perkataan Diman.

Ya. Seseorang yang memaksa datang ke rumah Rony di tengah kekacauan ini adalah Diman.

"Tentang lagu yang gua buat untuk Syarla, penyebutan putriku pada saat konser, kayaknya bikin netizen berspekulasi macam-macam."

Rony termenung, ia tidak ada di sana saat Diman menyanyikan lagu itu.

Rony justru sibuk mengejar seseorang yang tidak diketahui siapa, tetapi berulang kali mengarahkan lensa kamera ke arah keluarganya.

Mengabaikan obrolan laki-laki di Sofa, Salma dan Nabila masih berusaha membujuk Syarla untuk membuka pintu.

Salma begitu terkejut mendapati putri sulungnya mengunci diri di dalam kamar.

Pasalnya selama ini, Syarla jarang sekali ketahuan menangis, Salma mengenalnya sebagai anak yang banyak tertawa.

Irisan di dalam hati atas hujatan yang sempat dibacanya, tidak sebanding dengan isak tangis yang ia dengar di balik pintu kamar.

"Syarla keluar ya Nak. Mami semakin khawatir kalau kamu tidak mau buka pintu begini," tutur Salma dengan lembut sambil mengusap puncak kepala Nabila untuk menenangkan bungsunya.

Setelah sekian kalimat yang Salma utarakan, akhirnya Syarla memberi respon. "Kenapa Mami enggak bilang  dari awal kalau Syarla bukan anak kandung Papi?"

Salma menghela napas, ternyata tangis Syarla yang sedari tadi terdengar bukan karena duetnya dengan Alvin, melainkan tentang tuduhan tidak jelas dari netizen.

"Syarla keluar dulu ya Sayang, nanti Mami beritahu apa yang benar."

"Apa Syarla masih bisa mempercayai Mami, setelah kebenaran itu Mami sembunyikan selama ini?" tanya Syarla di antara sesegukan.

"Syarla sayang..."

"Syarla mau dengar kebenarannya dari Om Diman, Syarla enggak mau dengar apapun yang dikatakan Mami atau Papi. Syarla gak mau dibohongi lagi, Mi."

Teriakan Syarla sampai di ruang tamu yang membuat ketiga laki-laki di sana turut menoleh ke sumber suara.

"Oke, sekarang Syarla keluar dari kamar, karena Om Diman ada di ruang tamu," tutur Salma penuh penekanan.

Salma menahan bulir air mata yang masih bersembunyi di balik pelupuk.

Tidak lama setelah itu, kunci kamar terdengar diputar dan sosok Syarla dengan mata memerah dibalut muka sembab memunculkan diri.

Ketika Salma dan Nabila berusaha merengkuhnya, gadis itu berlari cepat ke ruang tamu.

"Om Diman, Syarla mau bicara." Tanpa ekspresi Syarla mengajukan permintaan itu.

Setelah didapatinya anggukan kepada dari Diman, Syarla segera melangkah menuju taman di samping rumah. 

Mengabaikan semua sorot mata yang tertuju kepadanya.

"Syarla mau dengar semuanya dari Om Diman."

Diman tersenyum getir, ia tidak tahu dari mana harus memulai penjelasan yang membuatnya harus kembali ke masa lalu.

"Syarla, Om mau tanya. Apa Syarla pernah menyukai sebuah boneka hingga tidak ingin kehilangan boneka tersebut?"

Syarla terdiam, ia mengingat boneka pinguin yang selalu menemaninya tidur setiap malam.

Jangankan kehilangan bonekanya, tidur di rumah Mamak tanpa membawa boneka pinguin itu saja Syarla menangis semalaman.

"Iya Om. Syarla sampai gak bisa tidur waktu gak ada boneka pinguinnya."

"Kalau boneka itu hilang, apa yang akan Syarla lakukan?"

"Syarla tidak mau boneka itu hilang. Meski sekarang Syarla sudah diakhir masa sekolah, Syarla tetap tidak mau kehilangan boneka itu."

Diman tersenyum, kali ini cukup manis, bukan senyum getir yang ditampakkan sebelumnya.

"Orang dewasa juga gitu Syarla, mereka juga memiliki ketakutan atas kehilangan sesuatu yang disukainya. Tetapi lingkungan tidak mau tahu itu. Kami dipaksa merelakan apa yang menurut semesta baik."

Syarla terdiam. Apakah maksudnya Om Diman merelakan dirinya untuk Papi Rony?

"Sehingga ketika celah itu terbuka untuk bisa memiliki apa yang dulu harus direlakannya. Beberapa orang dewasa segera mengambil langkah, lupa sama apa yang terjadi setelahnya."

Diman mengambil napas dalam-dalam.

"Itu juga yang dulu Om Diman pernah rasakan. Om Diman sangat menyukai Mami Salma. Tetapi menurut semesta, Mami Salma lebih tepat bersanding dengan Papi Rony."

"Om Diman marah?" tanya Syarla hati-hati.

"Iya, Om Diman marah. Apalagi ketika dengar kabar Papi Rony menghilang tepat di hari-hari kelahiranmu."

"Lalu?"

"Foto Om Diman saat memelukmu di rumah sakit, setelah kelahiranmu yang digunakan beberapa media untuk pemberitaan, itu tidak menandakan bahwa Syarla putri kandung, Om. Tidak. Ketiadaan foto Papi Rony setelah kelahiran Syarla juga bukan berarti, Papi Rony bukan papinya Syarla..."

Angin berembus sejenak, bersamaan dengan Diman yang belum melanjutkan kalimatnya.

"Kedatangan Om Diman di sana hanyalah dukungan seorang teman untuk Mami Salma yang tengah berjuang."

"Jadi?"

"Iya, Syarla putri kandung Papi Rony."

"Terus soal lagu yang Om Diman buat?"

"Om Diman, sayang sama Syarla seperti anak kandung Om sendiri."

"Karena Syarla anak Mami Salma?"

Diman tersenyum, "Tepatnya karena Syarla terlahir sebagai anak kuat. Jadi, Om Diman yakin. Syarla bisa hadapi badai hujatan dan tuduhan hal yang buruk dari netizen."

"Suatu hari, Om yakin. Syarla bisa lebih bersinar dari bintang. Bungkam semua cacian dengan karya yang menakjubkan, sepakat?" 

Diman membentuk ibu jari mengarah ke atas dan empat jari menutup, kemudian mendekatkan ibu jarinya ke arah ibu jari Syarla yang juga telah membentuk tanda 'Sip' yang sama.

Tanpa mereka sadari ada dua orang yang saling diam di tempat masing-masing mendengar kejujuran yang diucapkan Diman.

"Maaf telah merebutmu dari ketulusan yang begitu dalam," lirih Rony yang masih bisa didengar oleh Salma.

"Seperti katamu, Ron. Kita bersama secara sadar, tidak ada merebut dan direbut," tutur Salma kali ini dengan lembut.

Detik berikutnya rengkuhan Rony telah menjadi milik Salma seutuhnya.

🍣🍣🍣

Selamat Siang semuanya.
Sudah ya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi.
Semua clear, Syarla anak babeh wkwk

Jangan lupa vote mereka ya❤️

Happy Reading 🥳



Mencoba Mencari Celah dalam Hatimu (MMCDH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang