Rumah

6.7K 322 14
                                    

Perjalanan menuju rumah Mamak Novia tidak terasa melelahkan, meski jalanan ibu kota selalu identik dengan kemacetan. 

Pemutar musik dan menyanyi bersama menjadi pengusir jenuh, sebuah ritual yang biasa dilakukan di keluarga ini. Kabar baiknya Mami Salma, Papi Rony, Nabila dan Paul sama-sama memiliki suara indah.

Bisa dikatakan usaha mereka mengusir jenuh seharusnya bisa direkam untuk dinikmati semua orang sebagai bentuk konser virtual.

Kendaraan roda empat memasuki pelataran rumah yang cukup luas sekaligus rindang.

Setelah mengucap salam secara bersamaan, masing-masing menemui Mamak dan Bapak untuk bersalaman.

"Apa kabar Mamakku?" tanya Rony yang langsung melipir ke dapur, menuju Mamak Novia yang masih bercelemek dan sedang memegang spatula.

"Baiklah kabar Mamak. Kau lama amat tak pernah kunjungi Mamak kau ini," ucap Novia tanpa mengalihkan perhatian dari sebuah makanan yang berada di hadapannya.

"Wah Naniura?" ucap Rony spontan ketika melirik ikan mas yang sedang direndam oleh garam dan air jeruk, juga beberapa bahan tersedia yang tidak sengaja tersapu mata.

"Kau kangen masakan Mamak, kan?"

Rony segera mengangguk dan memeluk Mamaknya sebentar.

"Paul, ini adalah sashimi ala batak. Kalau sashimi ala jepang pakainya ikan salmon, kalau ala batak pakainya ikan mas. Betul kan Ma?" Salma tiba-tiba sudah berada di dapur bersama Paul.

"Betul Salma, sudah pernah kau coba masak resep dari Mamak?"

Pertanyaan dari Novia membuat Rony tertawa terbahak-bahak, hingga membuat semua orang yang ada di rumah itu terkejut.

"Belum kau masak juga rupanya?"

"Nanti, besok, atau lusa ya Ma coba Salma masak," ucap Salma sambil menatap Rony dengan tajam.  

"Btw ini nanti kalau Syarla datang, pasti bakal minta diajarin sampai bisa," imbuh Salma yang kini telah berdiri di samping Novia, setelah Mamak Novia memberikan spatula, Salma melanjutkan kegiatan menyangrai yang sebelumnya dilakukan Novia.

"Kalian berdua bantu bereskan meja," perintah Novia sambil mengusir Paul dan Rony yang hanya berdiri mematung, membuat gerakan Mamak Novia terbatas.

Sementara itu, Nabila memilih menemani Bapak Neyl yang sedang bermain gitar di depan kolam renang, sebelumnya Nabila ingin menemui sang Mamak, tetapi melihat keriuhan di dapur, Nabila memilih melipir dulu.

Bersamaan dengan keteraturan manusia di rumah yang sudah fokus dengan kegiatan masing-masing.

Meskipun perintah menyiapkan meja diabaikan oleh dua orang yang justru memilih merebahkan diri di sofa, suara pintu terbuka bersamaan dengan suara tinggi yang nyaring mengusir keheningan.

"Nabila kok bisa sama Mami sama Papi di sini, padahal tadi aku samperin dulu ke rumah loh," seru Syarla yang baru saja tiba dengan seragam sekolah dan sherpa jaket berwarna putih senada dengan hoodie sherpa yang dikenakan Nabila, sekaligus sama dengan sherpa jaket yang menutup wajah Rony yang terbaring sofa.

"Tadi aku udah kirim pesan ke Kak Syarla kalau aku ke sini sama Mami dan Papi."

"Apa iya?" tanya Syarla sambil mengeluarkan ponsel dari dalam tas sekolahnya. "Iya ternyata, paket dataku tadi habis, jadi pas aku cek di jalan enggak ada pesan masuk."

Mendengar penjelasan Syarla, Neyl mendadak berteriak, "Salma Rony, orang tua macam apa kalian yang tidak memberi uang saku buat anak sekolah. Masa beli paket data saja, Syarla gak bisa?"

Rony yang terkejut mendadak bangun, mengumpulkan beberapa nyawanya yang sedang jalan kemana-mana.

Kemudian dia tidur lagi ketika melihat Salma berjalan ke arah Neyl, betapa bersyukurnya Rony yang dapat melanjutkan tidurnya karena Salma yang akan membantu menyelesaikan masalah Syarla.

"Bulan ini sudah ditransfer kan uang saku bulanannya?" tanya Salma yang mendadak muncul dari arah pintu.

"Udah Mi udah, Syarla cuma lupa enggak isi data," jelas Syarla, membuat Salma spontan melirik ke arah Neyl yang kini sedang memainkan senar gitar dengan jari-jarinya dan mata yang terpejam.

Salma menghela napas, kebiasan Bapak Neyl yang dulunya atasan di kantor tidak berubah bahkan setelah memiliki dua cucu. Neyl yang suka memancing keributan tetapi dengan cepat bertingkah seakan tidak terjadi apa-apa. Persis seperti Rony.

"Kalian, kumpul sini semua," kali ini suara Novia membelah keheningan.

Lagi-lagi membuat Rony terpaksa bangun dengan nyawa yang belum terkumpul.

"Sambil nunggu matang naniura, kita main gim dulu," ucap Novia membuat seluruh anggota keluarganya saling pandang.

"Mau main gim apa Mamak? Kita bisa tidur dulu sambil nunggu naniura masak, enggak perlulah main game segala," tolak Rony.

"Kau itu, kemana-mana tidur saja, tidur terus. Biar Rony tidak tidur terus, kita main gim saja, sekalian obat rindu bareng Paul," tegas Novia, membuat Rony menghela napas.

Baru saja Novia ingin menjelaskan peraturan game, Syarla tiba-tiba mendekat ke arah Paul, sambil memandang dari atas sampai bawah.

"Om Paul?"

"Hai Syarla," sapa Paul ramah.

"Kok Om Paul jadi kayak orang bule?"

Salma berdecak, "dari dulu juga gitu orangnya Syarla, ngada-ngada aja kamu."

"Di foto sama aku dulu, rambut Om Paul warna hitam. Ini kenapa jadi cokelat, habis ketumpahan cokelat?" tanya Syarla lagi.

Rony menepuk wajahnya bersamaan dengan Salma yang menggelengkan kepala.

"Nantilah Mamak jelaskan kenapa rambut Om Paul warna cokelat. Sekarang kau dengar dulu Mamak mau jelaskan tata cara bermain gimnya. Awas ya kau, kalau gak paham karena tidak perhatikan Mamak!"

🍣🍣🍣

Update kemalaman huhu
Tapi gapapa, bisa kalian nikmati besok yaaaa!
Selamat menjalankan puasa hari ketiga🙏
Terima kasih atas semua support dan respon positif untuk yang sudah membaca cerita ini🙌

Mencoba Mencari Celah dalam Hatimu (MMCDH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang