Kehangatan

4.2K 328 32
                                    

Gelap merayap di permukaan dinding, bersepakat dengan dingin yang menguasai ruangan.

Isakan bayi yang baru berakhir, memberi ruang pada sepi untuk datang.

Rumah Mamak Novia yang luas, hanya ditempati oleh Salma dan bayi kecil Syarla saat ini. 

Penghuni yang lain sedang tidak ada di rumah, Novia dan Neyl yang sedang melakukan perjalanan konser ke negara tetangga belum juga pulang. 

Penyambutan kehadiran cucu pertama hanya menjadi sebuah rencana, dan batal karena tiket pesawat yang tidak mau diajak kerja sama.

Kilatan petir yang menggelegar membuat Salma terkesiap, ketakutan yang biasa ia rasakan ketika mendengar petir harus dilawannya.

Karena saat ini selain menenangkan dirinya sendiri, dia harus menenangkan bayi mungil yang masih terpejam di sampingnya.

Sekali lagi petir menyambar, kilatan merah seakan alam marah terlihat jelas di antara gelap malam.

Sambil mendekap bayi Syarla, Salma tak henti-hentinya berucap lirih, "Ron, pulang Ron. Aku takut."

Salma yang dikenal sangat abang-abangan di luaran, nyatanya memiliki sisi manja yang tidak semua orang tahu.

"Sayang, jangan ikut Mami nangis ya. Syarla harus lebih berani dari Mami, biar Mami ikut berani," tutur lembut Salma berbicara pada bayi Syarla yang dianggap mampu mengerti apa yang dikatakannya.

Mendadak ketukan pintu rumah terdengar, tidak segera membuka pintu, Salma justru memeluk Syarla semakin erat.

Ketakutan menjalar di sepanjang nadi, tetapi ketukan itu tidak juga berhenti.

Dengan segala keberanian yang tersisa, Salma meletakkan guling kecil di sisi tubuh Syarla sebelum akhirnya memutuskan untuk meninggalkan si mungil dan berjalan ke depan pintu.

Meraih sapu sebagai senjata, Salma berjalan pelan menuju pintu, memutar kunci pintu dan membuat daun pintu terbuka pelan.

Seorang laki-laki sedang menduduk dalam keadaan basah kuyup. Postur tubuh yang sangat dikenalinya, Salma segera merengkuh suaminya yang akhirnya pulang setelah satu minggu hilang tanpa kabar.

Pertama kalinya seorang Salma menyisihkan kegengsian yang biasanya melekat pada dirinya, "kamu pulang, Ron," bisik Salma tepat di telinga Rony.

"Iya Sal, aku di sini," tutur lembut Rony seakan memeluk segala kelelahan yang sedang Salma rasakan.

"Aku butuh kamu, Ron." Salma belum juga melepaskan pelukannya kepada Rony, mengabaikan kondisi Rony yang basah kuyup.

Sementara itu Rony juga memeluk Salma semakin erat, "maafin aku Sal."

Sekali lagi kilatan menyambar, cahaya kemerahaan yang tadi hanya berupa kilatan sinar kini tampak jelas di mata Salma.

Tidak tahu apa yang terjadi setelah itu, pelukan Rony menjadi pilihan terbaik bagi Salma untuk akhirnya memejamkan mata.

Salma terbangun dari mimpi buruk masa lalunya, ia sontak terduduk, mengusap wajahnya gusar.

Mimpi itu kembali membangkitkan ketakutan Salma saat kehilangan Rony, padahal saat ini, laki-laki basah kuyup di mimpinya sedang tertidur pulas di sampingnya.

Keteduhan wajah Rony baru bisa Salma dapatkan ketika laki-laki itu tengah tertidur, karena ketika bangun, bukan teduh yang Rony tunjukkan melainkan sikap menyebalkan.

"Biasa aja lihatin gua, Sal. Entar lu suka lagi. Tapi kalau lu suka, bagus sih, gua kan suami lu, jadi sah mau lu suka gua sekebun juga." Kalimat panjang Rony membuat Salma memalingkan wajah.

Mencoba Mencari Celah dalam Hatimu (MMCDH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang