Bahu Tuk Bersandar

5.5K 312 17
                                    

"Paul, sini deh," suara Novia mengganggu fokus Paul yang sedang memerhatikan striker dari tim bola andalan menggiring bola mendekati gawang.

"Buruan, keburu selesai adegan romantisnya," ulang Novia lagi memaksa Paul untuk ikut bersamanya mengintip sesuatu dari jendela.

Paul seketika menoleh, ketika dia seharusnya berteriak karena poin satu kosong menjadi kemenangan untuk tim andalannya, terabaikan begitu saja, lebih memilih lari menuju sofa tempat novia berdiri sekarang.

Jendela yang bening itu memudahkan Paul dan Novia mengintip tentang apa yang terjadi di kolam renang.

Pemandangan apa yang mampu membuat Paul menganga kalau bukan Rony dan Salma yang sedang duduk bertatap muka, satu lagi, sebuah genggaman erat yang seakan disorot oleh sinar purnama.

Paul dan Novia cukup lama terdiam, seakan larut dalam sebuah cerita indah yang divisualkan oleh semesta melalui kedua manusia di sana.

"Mamak sudah duga, sebenarnya mereka itu ada rasa," ucap Novia yang kini sudah membalikkan wajah dan duduk di sofa.

Paul melakukan hal yang sama, sambil bergumam, "gengsi mereka terlalu tinggi, Ma."

Obrolan mereka terhenti, ketika bunyi langkah kaki mendekat terdengar semakin jelas.

Novia secara perlahan berjalan jongkok menuju kamar, berupaya agar tidak ketahuan bahwa sudah memata-matai mereka. Sementara Paul memilih berbaring sambil mendekatkan ponsel ke telinga, seakan baru saja melakukan panggilan.

Salma dan Rony memasuki rumah tanpa suara, hanya genggaman tangan seakan begitu erat.

"Paul.. paul.. paul..." panggil Rony sambil menggerakkan tubuh Paul.

"Jangan kebiasaan telepon sampai tidur Paul. Jauhkan ponsel dari kepala kalau mau tidur, radiasi ponsel bisa bikin rusak sel-sel otak. Dari dulu masih aja gitu," omel Salma yang kini meraih ponsel di tangan paul dan meletakkan di meja.

Paul mengerjap, seakan benar-benar baru bangun, padahal itu hanya sebuah akting dari aksi tidur pura-puranya.

"Apa sih orang tidur di omelin," gerutunya.

"Terus tv kalau udah enggak ditonton dimatiin, jangan lupa juga bangunin Bapak untuk pindah ke kamar biar badannya enggak pegel semua!" seloroh Salma, persis seperti kakak perempuan yang mengomeli adiknya.

Setelah mematikan televisi dan membersihkan sisa camilan yang tadi menjadi teman nonton bola Paul.

"Salam buat Mamak ya, enggak enak kalau mesti bangunin Mamak dulu. Biar beliau istirahat saja," ucap Salma yang kemudian disusul aksi tos Paul dan Rony.

Di bawah semburat purnama dan lampu jalan, mobil Rony menelusuri jalan, bersatu dengan kepadatan ibu kota, di mana malam menjadi pusat keramaian.

0_0

Pelataran rumah mereka menyambut tuan rumah dengan nyanyian sunyi, sebab tidak ada suara apapun di luar pintu rumah, kecuali suara pagar yang ditarik untuk keamanan penghuninya.

Tetapi suara isak tangis menyapa gendang telinga Rony dan Salma begitu pintu rumah mereka buka.

Syarla dan Nabila sedang duduk di ruang tamu sambil berpelukan.

"Hey... ada apa?" tanya Salma yang langsung berjalan cepat menuju ke arah dua putrinya.

Nabila yang sedang terisak, mencoba ditenangkan oleh Syarla, membuat Rony turut mendekat tanpa suara, hanya matanya yang mengungkap kekhawatiran.

"Teman duet Nabila dikeluarkan dari sekolah Mi," tutur Syarla menjelaskan mewakili adiknya yang masih terisak.

"Teman duet yang buat lomba?" tanya Salma yang sekilas ingat bahwa anak bungsunya akan mengikuti perlombaan menyanyi.

Kali ini Nabila menegakkan tubuh, merenggangkan pelukan hangat dari Syarla yang sudah membuatnya merasa sedikit tenang.

"Iya Mi. Perihal lomba, Nabila masih bisa atur strategi, tapi buat pentas di ulang tahun sekolah besok lusa, Nabila enggak tahu mesti tampil dengan siapa," jelas Nabila.

"Mami coba hubungi pihak sekolah dulu ya, mumpung belum terlalu malam," ucap Salma yang kemudian berjalan beberapa langkah dari mereka, sambil menunggu bunyi tut itu diterima oleh nomor yang dituju.

Sementara Rony memilih duduk di bahu sofa dan berupaya menguatkan Nabila dengan beberapa kalimat penyemangat, dengan dukungan Syarla juga, Nabila sudah mulai menghentikan isak tangisnya.

"Besok Mami sama Papi bakal ke sekolah kalian, sekarang kalian istirahat saja, biar besok enggak bangun kesiangan," titah Salma yang segera dibalas anggukkan oleh Syarla dan Nabila.

Seperginya Syarla dan Nabila, Rony mengubah posisi duduknya menjadi di sofa bersamaan dengan, Salma yang menghela napas lantas menjatuhkan tubuh di sisi Rony sambil meletakkan kepala pada pundak Rony seakan membagikan beban pikiran.

Tangan Rony kemudian terangkat, mengusap puncak kepala Salma, membuat Salma memejamkan mata perlahan.

Mendadak Salma memaksakan matanya terbuka, "Bisa ketiduran di sini aku."

Rony menarik lengan Salma yang hendak beranjak, "jika dengan begini lelahmu hilang, begini saja tidak apa. Sebab jika kau butuh bahu tuk bersandar, aku ada di garis terdepan."

Salma melirik ke arah suaminya sebentar, kemudian tersenyum lebar.

🍣🍣🍣

Selamat berpuasa bagi yang menjalankan 🥳🥳🥳
Terima kasih atas dukungan dari vote dan komen, semoga cerita ini bisa menemani kalian. Happy Reading.
❤️❤️❤️

Mencoba Mencari Celah dalam Hatimu (MMCDH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang