Mendung yang Menggantung

3.9K 258 43
                                    

Meja yang ditempati oleh Syarla dan Nabila sudah penuh, ketiga orang dewasa yang tadi asik berbincang sudah duduk manis siap menyantap menu yang tersaji.

"Syarla dapat undangan dari Alvin, nih," ucap Rony sambil menyerahkan selembar voucher undangan kepada Syarla, sebelum anak sulungnya meraih sendok.

"Undangan apa, Pi?"

"Ke konsernya. Kamu mau datang kan?" tanya Rony yang sudah mulai menyuap makanan.

Syarla menimang beberapa menit, mengingat adanya perempuan yang menemani Alvin sarapan tadi, membuat Syarla jadi kehilangan respek terhadap Rony.

"Kok ragu? Enggak inget di dalam mobil teriak-teriak?" goda Salma membuat cubitan dari Syarla mendarat lembut di lengannya.

"Memangnya Syarla boleh ke konser Kak Alvin, Pi?"

Rony mengangguk mantap, "boleh, asal Papi ikut."

Anggukan Rony memang berhasil membangkitkan senyum di wajah Syarla, sementara jawabannya langsung menumpas senyuman itu menjadi raut sebal.

"Kalian jadi ketemu Anggis?" tanya Salma mengalihkan pembicaraan.

"Jadi Mi, di antar habis ini ya? Kak Anggis sudah kirim lokasi ke Nabila," jawab Nabila cepat. 

Pertemuan dengan Anggis membuat anak bungsu Rony dan Salma bersemangat di hari minggu.

Salma mengangguk mengiakan, tetapi sedetik kemudian ponselnya berdering. Membuat perempuan itu harus melipir dari meja makan untuk mengangkat telepon.

Detik berlarian ke menit, obrolan singkat yang dilakukan Salma oleh seseorang di seberang telepon berakhir.

Air muka masam tergambar jelas sekembalinya Salma ke meja makan.

"Sepertinya Mami enggak bisa nganter kalian ketemu Kak Anggis, nanti sama Papi Rony dan Om Paul saja ya," ujar Salma, menandakan ada panggilan kerja yang membuatnya tidak bisa pulang bersama suami dan anak-anaknya.

"Gua gak bisa Sal," tolak Paul membuat seisi meja menoleh ke arahnya.

"Gua ada janji, buat ambil ayam. Nanti gua pulang pakai ojek online aja."

Pernyataan Paul membuat Rony menatapnya tajam. "Lu mau bikin rumah Bapak Mamak jadi peternakan, Paul?"

"Udah dapat izin dari Mamak, Ron, aman," jawab Paul santai sambil tersenyum.

Rony mengembuskan napas, "sudah gua duga, emang rumah Mamak gak bakal aman kalau sama lu, Paul," tutur Rony sambil menggelengkan kepala.

"Kita diantar sama Papi saja berarti?" tanya Syarla yang langsung mendapat anggukkan dari Rony.

0_0

Taman kota menjadi tempat pilihan pertemuan Anggis, Nabila, dan Syarla.

Tetapi tidak ada yang pernah menduga, jika mobil yang dikendarai Rony terparkir tepat di sisi mobil Anggis.

"Hai Ron," sapa seorang perempuan yang turut keluar dari mobil bersama Anggis.

Rony terdiam beberapa saat, persis seperti Syarla yang membeku ketika melihat Alvin.

"Mama, Om Rony, kita ke sana dulu ya," pamit Anggis, disusul Syarla dan Nabila yang sedang melambaikan tangan ke arah keduanya.

Mentari yang cerah pagi ini seakan mewakili ketiga gadis yang berjalan beriringin menuju ke arah tengah taman kota, meninggalkan mendung yang menggantung di tempat parkir.

"Ya udah kalau gitu, gua pulang dulu ya." Rony turut berpamitan, hendak berjalan menuju mobil.

Tetapi sebuah pertanyaan menahan langkahnya.

Mencoba Mencari Celah dalam Hatimu (MMCDH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang